Semua Pihak Berupaya Menjaga Hiu Paus Derawan

Semua Pihak Berupaya Menjaga Hiu Paus Derawan

Berau, Nomorsatukaltim.com- Seekor hiu paus atau whale shark di Kepulauan Derawan Kabupaten Berau tak sengaja terjerat jaring nelayan, akhir Desember lalu. Para nelayan dan aktivis berhasil melepas jaring yang menjerat bagian ekor ikan gigantis itu. Meski bukan peristiwa pertama kali, para ahli menyatakan tidak ada konflik antara hiu paus dan nelayan di kawasan ini.   Keberadaan hiu paus di Kabupaten Berau sudah lama menjadi daya tarik utama wisatawan. Ikan yang punya nama lain hiu totol itu kerap menampakkan diri kepada penyelam. Bahkan hampir setiap pagi, keberadaan hiu paus terlihat di sekitar alat tangkap nelayan di perairan Pulau Derawan dan Talisayan. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Berau, Ilyas Natsir mengatakan, keberadaan hiu paus sudah lama diketahui masyarakat pesisir Berau. Terutama di Kecamatan Pulau Derawan dan Kecamatan Talisayan. Keberadaannya, menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Berau, baik itu hanya melihat dari atas kapal, maupun berinteraksi langsung di dalam air. "Dampak dari wisata hiu paus ini menambah daya taris destinasi wisata Berau. Dan, juga mengundang wisatawan dalam maupun luar negeri untuk datang ke Berau," katanya, kemarin. Saat ini, untuk menjaga agar hiu paus itu tetap berada di sekitar laut Berau, khususnya di Pulau Derawan dan Talisayan, pemerintah bersama pengelola wisata, memberikan sosialisasi tata cara berinteraksi dengan hiu paus kepada nelayan. Diantaranya, tidak menyalakan mesin kapal saat berada di sekitar aktivitas hiu paus, tidak menangkapnya dengan alat tangkap, serta tidak menyentuh atau menaikinya secara langsung ketika berinteraksi di dalam air. Hal itu kata dia agar tidak membuat hiu paus terganggu dan setres. "Sudah sering kami sampaikan itu masyarakat dan pengunjung. Saya kira semua pengunjung wisatawan sudah banyak paham tentang itu. Apalagi, pemandu wisatanya juga pasti akan memberikan edukasi kepada wisatawan yang dibawanya bagaimana berinteraksi dengan benar," terangnya. Selain itu, untuk nelayan yang alat tangkapnya kerap menjadi lokasi hiu paus bermain atau beraktivitas dikatakannya sudah terbiasa. Bahkan, setiap nelayan membersihkan alat tangkap bagannya, ikan kecil sisa tangkapan juga kembali dibuang untuk dimakan hiu paus. Selama ini terpublikasinya keberadaan hiu paus di Derawan, pihaknya belum mendapati adanya konflik yang terjadi. Begitu juga serangan hiu paus kepada nelayan ataupun manusia. "Karena hiu paus ini salah satu ikan yang ramah terhadap manusia, meskipun ukurannya sampai 7 meter. Ikan itu hanya memakan ikan kecil. Kalau pun tertangkap jaring, nelayan pasti melepasnya kembali," ujarnya. Sementara itu, Marine Biodiversity Officer for Derawan Marine Protected Area (MPA), Kartika Sumolang mengatakan, berdasarkan informasi yang didapat, kemunculan hiu paus kerap terlihat, seiring adanya alat tangkap bagan perahu yang mulai marak di Berau sekitar tahun 2015. Sejauh ini tambah Kartika, pemantauan yang dilakukan, hiu paus akan muncul ke permukaan pada saat pagi hari, saat nelayan bagan membersihkan jaringnya. Selama kemunculan hiu paus di Berau, dirinya belum mendapat informasi adanya konflik antara manusia dan ikan tersebut. "Tidak ada potensi konflik, karena nelayan bagan juga merasa beruntung karena hiu paus dianggap sebagai pembawa ikan. Seperti iklus rantai makanan, dimana hiu paus akan mengikuti ikan kecil, dan ikan kecil memakan plankton. Nah, plankton ini yang menjadi makanan si hiu paus," pungkasnya. (*) Reporter: Hendra Kurniawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: