Budaya Mengucapkan Terima Kasih
TERIMA kasih (Indonesia), Thanks atau Thank You (Inggris), Teurimong Gaseh Beh (Aceh), Matur Nuwun (Jawa), Hatur Nuhun (Sunda), Mokaseh (Palembang), Kurru Sumange (Sulawesi Selatan), Matur Suksma (Bali), Amanai (Papua) dll.
Sebuah kata yang sering diucapkan seseorang ketika membalas lawan bicara baik pria ataupun perempuan yang memberi sesuatu baik itu ucapan, hadiah, perhatian, mengingatkan (reminder), semangat dalam kondisi baik ataupun tidak baik. Bisa juga kejutan dan dalam banyak bentuk lainnya. Terima kasih adalah Sebuah bentuk ekspresi menghargai yang paling umum dilakukan sebelum bentuk ekspresi lainnya, seperti menjabat tangan, memeluk, mencium dan lain sebagainya. Mudah diucapkan tetapi sulit ataupun “Pelit” untuk dilakukan. Atau karena dirasa seperti hal biasa saja makanya tidak dilakukan. Dengan arti memiliki persepsi sudah lazim dilakukan dan diucapkan ataupun tidak, pasti orang sudah tahu akan terjadi pengucapan kata itu. Kebiasaan kita saat dewasa ini untuk mengucapkan terima kasih, tidak jarang terbentuk saat kita dibiasakan oleh orang tua kita saat kecil, saat tumbuh kembang kita di tengah dan lingkungan keluarga inti dan keluarga besar kita. Budaya mengucapkan maaf “Nuwun Sewu” harus terus dilestarikan dan dibiasakan agar kita bisa menghargai sesama kita ataupun berguna untuk melestarikan cerminan budaya negara kita Indonesia. Katanya manusia ini mahluk sosial yang berarti makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, memiliki dorongan untuk saling berinteraksi dengan manusia lain. Misalnya hidup berkelompok karena memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Dengan menjadi manusia sosial yang berinterkasi mengenal dan dekat dengan mahluk lain patutlah kita bisa menghargai satu sama lain dengan cara memberi ucapan yang sangat simpel tetapi sulit dilakukan, yaitu terima kasih. Banyak contoh nyata perilaku yang bisa kita cermati dan jadikan rujukan dalam hal mengungkapkan rasa terima kasih kita atas apa yang diberikan orang lain kepada kita, seperti saat orang tua mengingatkan kita untuk belajar, bangun pagi dll. Patut dan pantas kita mengucapkan terima kasih Ayah/Ibu telah mengingatkan kakak/adik untuk melakukan hal yang sewajarnya dilakukan seorang pelajar. Atau ketika seorang mahasiswa mengucakan terima kasih kepada dosennya ketika sang dosen mengirimkan informasi bahwa materi dan tugas telah diupload ke Sistem Informasi Akademik (SIA) sebuah institusi pendidikan. Atau hal sepele seperti lomba yang bisa diikuti oleh mahasiswa karena terbuka umum, jadwal bimbingan, informasi kegiatan-kegiatan dalam kampus dan luar kampus seperti pelatihan, webinar, atupun forum diskusi mahasiswa. Hal lainnya yaitu seperti seorang dosen atau mahasiswa mengingatkan untuk tidak merokok di area kampus. Patutlah dosen atau mahasiswa yang diingatkan untuk mematikan rokok tersebut karena sudah ada aturan dan tata tertib yang melarang aktivitas merokok di area kampus pendidikan. Hal-hal alami dan sering kita temui baik di sekitar tempat tinggal kita, lingkungan rumah kita, lingkungan komunitas kita, bisa mengajarkan kepada kita untuk terus meningkatkan budaya terima kasih. Beberapa keuntungan yang mungkin kita dapatkan dari sikap ramah, supel atau care-nya kita kepada banyak orang saat mengucapkan terima kasih, antara lain akan mendapatkan banyak keluarga, teman dan sahabat, dapat banyak pujian tulus dari orang-orang di sekitar kita seperti disenangi oleh banyak mahasiswa ataupun murid, disenangi rekan kerja dan pelanggan baik pelanggan lama ataupun pelanggan baru. Tidak ada yang salah ketika mengucapkan terima kasih, keuntungan banyak kita peroleh, kedekatan kita dengan orang baru ataupun sekitar dapat terjalin, dan memang merupakan Hal yang baik, menjadi cerminan budaya negara Indonesia serta menjadi identitas kita sendiri yang bisa dinilai oleh orang lain haruslah terus kita pupuk, lestarikan dan biasakan. (*) Penulis: Anthonius Dhinar H.W (Dosen Politeknik Sinar Mas Berau Coal KalTim)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: