Bangun Peradaban Dunia dengan Profil Pelajar Pancasila
“Apakah Anda pernah mengikuti penataran P4 ?” Jika jawabannya “Ya,” pasti Anda bukan generasi Z yang lahir antara tahun 1997-2012. Atau Anda adalah generasi milenial yang lulus SD setelah tahun 1998.
Karena sejak tahun 1998 penataran P4 atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila telah ditiadakan. Itu seiring dengan keluarnya ketatapan MPR RI No XVIII/MPR/1998. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 karangan Merle Calvin Ricklefs, program P4 dirancang oleh Roeslan Abdul Gani dengan mengadakan kursus penataran bagi seluruh lapisan masyarakat, pada departemen pemerintahan, tempat-tempat kerja, sekolah, kampus dan unit kegiatan masyarakat lainnya. Proses pembelajaran penguatan nilai Pancasila dengan P4 ini berlangsung sejak tahun 1978 hingga 1998. Saya termasuk alumninya yang tiga kali kursus. Saat masuk SLTP, masuk SLTA dan memasuki bangku kuliah di Perguruan Tinggi. Hasilnya, saya sangat hafal 36 butir Pancasila sebagai indikator pelaksanaan 5 sila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentu bukan sekedar hafal, karena saya sangat menikmati presentasi dan diskusi asyik dari guru SD, SLTP, SLTA dan dosen di PT saat itu. Mereka guru hebat yang mampu mendeskripsikan dengan tepat Pancasila sebagai panduan karakter hidup anak bangsa. Dalam masa setelah reformasi 1998, penjelasan indikator karakter dari Pancasila tak begitu jelas dipaparkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelajaran di sekolah pun beberapa kali berubah nama dari PMP, PPKN lalu PKN. Setiap orang bebas memiliki persepsi tentang Pancasila. Ada yang mengaku paling Pancasilais namun karakternya jauh dari nilai-nilai Pancasila. Ada yang justeru sangat Pancasilais namun dituduh tak cinta NKRI oleh oknum tertentu. Persatuan anak bangsa tercabik-cabik oleh sesuatu yang tidak jelas. Padahal pendiri dan pejuang bangsa ini merumuskan Pancasila dengan perjuangan yang panjang agar generasi bangsa ini mampu tegak dalam satu visi mencapai tujuan yang sama. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Secercah Harapan pada Profil Pelajar Pancasila Kurikulum Merdeka Belajar yang mulai diterapkan pada tahun 2022 merupakan jawaban untuk atasi krisis pembelajaran di Indonesia. Sekaligus juga penguatan karakter bangsa. Dalam kurikulum ini terdapat projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila. Profil inilah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam sistem pendidikan Indonesia. Termasuk pembelajaran dan asesmen Kurikulum Merdeka. Secara umum terdapat 6 dimensi Profil Pelajar Pancasilais. Pertama Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia. Dimensi ini dijabarkan pada lima elemen kunci, yaitu (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara. Kedua, Berkebinekaan Global yang elemennya meliputi; mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi intercultural dalam berinteraksi dengan sesama serta refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. Ketiga, Bergotong Royong. Yaitu kemampuan melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemennya adalah kolaborasi, kepedulian dan berbagi. Keempat, Mandiri. Yaitu kemampuan untuk bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri adalah kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri. Kelima, Bernalar Kritis. Yaitu kemampuan secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemennya adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, refleksi pemikiran dan proses berpikir serta mengambil keputusan. Keenam, Kreatif. Yaitu kemampuan memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinil, bermakna, bermanfaat dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif adalah menghasilkan gagasan yang orisinil serta karya dan tindakan yang orisinil. Dari paparan tentang 6 Profil Pelajar Pancasila tersebut, pengembangannya dari perpanduan nilai-nilai Pancasila dan skill penting generasi yang harus dikuasai pada abad ke-21, yaitu critical thingking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (bekerja sama) dan communication (komunikasi). Prosesnya melalui budaya sekolah, yaitu iklim sekolah, kebijakan, pola interaksi, komunikasi serta norma yang berlaku di sekolah. Selain itu juga melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler melalui muatan pelajaran atau pengalaman belajar, sedangkan ekstrakurikuler melalui kegiatan pengembangan minat dan bakat. Sebuah kerja besar yang membutuhkan perjuangan gigih seluruh elemen rakyat Indonesia utamanya Pemerintah, pendidik dan orang tua. Sebuah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa lewat pendidikan agar negeri ini maju dan sejahtera, pemerintahnya mampu melindungi seluruh rakyat dan tanah air Indonesia lalu bermartabat dalam peradaban dunia. Seperti cita-cita dalam tema peringatan hari lahirnya Pancasila tahun 2022, “ Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia”. (*/Guru MTsN Samarinda, Sekretaris Dewan Pembina JSIT Kaltim)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: