Kutim Datangkan Mesin Insinerator, Kelola Sampah Jadi Batako

Kutim Datangkan Mesin Insinerator, Kelola Sampah Jadi Batako

Kutim, nomorsatukaltim.com – Pemkab Kutai Timur membuat gebrakan baru dalam pengolahan sampah dengan teknologi tinggi. Mendatangkan mesin insinerator dan kini sudah mulai beroperasi di Sangatta Utara. Sampah bisa diubah menjadi bahan bermanfaat, seperti batako dan paving blok.

Pengembang mesin insinerator, Djaka Winarso mengatakan, mesin hasil riset 12 tahun ini mengubah cara pandang pengelolaan sampah. Jika biasanya sampah hanya ditumpuk di Tempat Pembuangan Akhir, dengan mesin ini sampah bisa habis. “Jadi sampah di Indonesia rata-rata bercampur. Kering, basah semua tercampur. Saya dan beberapa rekan coba ciptakan mesin pemusnah sampah di Bandung,” ujarnya. Mengenai teknis, ia memastikan mesin insinerator bisa menghancurkan sampah basah dan kering. Caranya dengan mencampur semua sampah lalu dikeringkan dengan steam uap panas. “Dengan kering kalorinya jadi tinggi, hingga mudah untuk dimusnahkan. Setelah itu masuk tungku untuk dibakar. Dan menjadi abu yang jadi bahan membuat batako,” paparnya. Memang cara itu cukup sederhana, namun semua itu dijalankan dengan teknologi insinerator tersebut. Dalam satu siklus proses tersebut memakan waktu 1 jam dan menghabiskan sampah seberat 2 ton. Mesin diklaim dapat terus bekerja dan siklus tersebut dapat terus berjalan selama sampah masih ada. “Tapi rencananya kami coba untuk jalankan 16 jam per hari dulu,” bebernya. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) jadi nama yang dipakai. Dibutuhkan 8 hingga 10 orang untuk mengoperasikan. Hasilnya yang menjadi abu hanya 5 persen dari total sampah yang masuk. “Jadi misalnya ada 50 ton sampah masuk, berarti jadi abu hanya sekitar 2,5 ton saja dan itu bisa menjadi seribu batako,” kata Djaka. Tidak hanya itu, ia juga menjamin jika alatnya sangat minim menghasilkan polusi. Penyaring emisi yang juga dari air telah disiapkan. Ada beberapa bak dan kolam yang disiapkan sehingga hasil pembakaran tidak menyebabkan polusi. “Jadi yang keluar di cerobong itu sebenarnya uap, bukan asap hasil pembakaran sampah,” tuturnya. Kemudian pihaknya juga memastikan tetap ada alih teknologi kepada pekerja lokal. Waktu setahun dirasa cukup untuk mendampingi teknisi Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Terpenting menurutnya mengajarkan cara pemakaian boiler tungku pembakaran. Sebab jika dioperasikan dengan benar akan awet. “Walaupun ini bisa dibilang teknologi lama. Tapi bisa 10 tahun masa operasinya jika makainya benar. Nah itu yang akan kami latih. Bahkan kami akan buat sertifikasi terhadap operatornya nanti,” ujarnya. Terpisah Kepala DLH Kutim, Aji Wijaya mengatakan, pihaknya masih mencari orang yang siap mengoperasikan TPST ini. Akan ada sekira 20 orang disiapkan untuk mendapat transfer ilmu untuk operasional alat pemusnah sampah itu. “Beberapa nanti akan disekolahkan dulu. Sebagian langsung praktik di sini,” ujar Aji Wijaya. Dengan adanya TPST ini, DLH bakal memaksimalkan mobilitas pengangkut sampah roda tiga.  Sebab lebih mudah dan efisien. Ia menyebut mungkin bakal ada pengaturan ulang sistem angkutan sampah ini. “Karena sampah harus terus datang, jangan sampai terputus-putus. Jadi roda tiga kami arahkan ke sini semua,” tandasnya. (bct/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: