Bunuh Diri di Balikpapan dan Samarinda Didominasi Usia Produktif
Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Psikolog Patria Rahwamati mengatakan korban percobaan bunuh diri didominasi oleh usia produktif. Dimulai dari 14 hingga 60 tahun. Ada kemungkinan karena situasi emosional mereka yang masih labil dan belum matang, hingga mudah berubah-ubah. "Remaja (usia produktif) memang di kenal sebagai fase perkembangan transisi dari anak-anak ke remaja. Dimana fase ini merupakan awal dimana mereka mulai mengalami beberapa perubahan," ujarnya, Senin (20/12/2021). Lanjut Patria, perubahan yang dimaksud adalah mulai dari fisik. Dimana pria dan wanita mengalami perubahan fungsi fisiologis tubuh. Pada fase ini mereka sering menonjolkan aksi nekat. Seperti ingin mencari perhatian dengan cara ekstrem. Secara psikologis mereka juga mengalami perubahan. Yang mana mereka mulai sadar untuk makin mengenali keadaan diri mereka secara psikologis. Termasuk di dalamnya kemampuan pembentukan diri mereka. Baca juga: Kasus Bunuh Diri Menghantui Dua Kota Besar di Kaltim "Jika mereka didukung secara positif untuk memahami diri dengan baik, maka karakter mereka akan terbentuk dengan baik juga," tambah Patria. Secara sosial juga remaja atau usia produktif mulai berubah. Peralihan masa anak-anak ke remaja mereka mulai ingin berada dalam kelompok sebayak-banyaknya hingga eksistensi diri mereka diakui. Termasuk mengikuti perilaku orang lain demi mendapatkan pengakuan. Kondisi setiap remaja tidak sama, termasuk kondisi kematangan emosionalnya. Ada remaja yang saat dia mengalami masalah, mencari solusi sendiri tanpa berdiskusi atau ada yang berkomunikasi denga orang lain, khususnya keluarga. "Maka tidak jarang perilaku mereka menjurus pada hal-hal yang kurang sesuai, seperti menyakiti diri sendiri atau terjerumus pada pergaulan bebas/negatif," tegas Patria. Lingkungan sosial juga beerpengaruh. Baik itu teman sebaya ataupun dari media akan sangat deras memengaruhi psikologi remaja. Jika tidak punya ketahanan diri emosi dengan baik, maka mudah terjerumus. Apalagi saat ini media dari berbagai platform seperti Youtube, film, hingga animasi-animasi sudah menjadi bagian dari kehidupan. Lalu, apa solusinya? Banyak. Seperti membangun komunikasi yang sehat dan baik dengan orang tua. Mau bersikap terbuka hingga bisa mencari solusi saat menghadapi persoalan. "Bantu remaja untuk memahami dirinya dengan membentuk karakter positif dalam dirinya. Bertemanlah dengan orang-orang yang bisa memberikan energi positif," jelasnya. Selain itu juga dengan beraktifitas secara positif sesuai dengan bakat dan minat. Tidak lupa pula mengimplentasikan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari. "Nah, yang paling terpenting itu adalah bagaimana kita bisa membatasi diri dalam menggunakan media sosial yang berlebihan," tutupnya. (aaa/bom/boy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: