Media Brief Naif ala Man United
Manajemen Manchester United tak bisa menutup mata terhadap besarnya desakan untuk segera memecat Ole Gunnar Solksjaer. Namun akumulasi kesalahan di rezim Ole tak bisa mereka tutup dengan kesalahan lainnya. Media Briefing dilancarkan. Demi citra positif klub tetap aman. OLEH: AHMAD AGUS ARIFIN Samarinda, nomorsatukaltim.com - KEKALAHAN memalukan Manchester United di North West Derby lalu mestinya menjadi penghujung karier Ole di Old Trafford. Itu yang diminta oleh mayoritas penggemar United. Kalah 5-0 dari rival abadi dirasa sudah cukup. Cukup untuk menutup bab karier tak mengesankan Ole sejak Desember 2018. Yang dikeluhkan penggemar atau bahkan pundit ternama bukan soal 3 musim berlalu tanpa sebiji pun trofi. Tapi lebih ke … Ole tidak punya pakem permainan yang jelas! Memiliki deretan bintang yang total market value-nya sebesar 907 juta euro. Ronaldo dkk sama sekali tidak menunjukkan permainan tim, yang dikomandoi seorang pelatih. Jika pada akhirnya Ole berhasil memasuki musim keempatnya, itu tak lebih karena dia adalah legenda besar klub, penurut dengan atasan, dan performa baik dari beberapa individu pemain. Manchester United adalah klub super elite. Bahkan pendukung Liverpool, Man City, dan Persiba Balikpapan sepakat soal itu. Jadi aneh, ketika tim sebesar MU (Bukan Madura United), tidak bermain dengan identitas yang jelas. Lebih aneh lagi ketika tim yang punya sederet bintang top. Tidak mampu memenangi 1 dari 11 trofi yang mungkin diraih dalam 3 musim terakhir. Bahkan musim ini MU sedang kesulitan bersaing di liga, serta sudah gugur di Piala Liga. Dalam 12 laga yang sudah MU lalui musim ini di semua ajang, sebelum melawan Liverpool. Mereka memenanginya 6 kali, imbang 2 kali, dan kalah 4 kali. Sungguh minor. Tapi tahu, kah? Posisi Ole 100 persen aman. Dewan direksi klub punya suara bulat terkait proyeksi mereka bersama sang legenda. Mereka tak mengakui itu, namun lewat media briefing, MU ingin sekali mengatakan pada para penggemarnya untuk tetap percaya proses yang dilakukan Ole. Dan kekalahan (lainnya) dari Liverpool, bikin dewan direksi panas dingin. Suara para pemegang kuasa akhirnya terpecah. Mayoritas ikut-ikutan muak dan ingin mendepak Ole. Sebagian lainnya masih percaya proses. Terlebih Sir Alex Ferguson berada di sisi #OleStay. Lagi-lagi, mereka menyampaikan informasi itu lewat media briefing. Langkah ini memang penting. Untuk menjaga citra klub, agar tak dijauhi sponsor potensial. Mereka harus selalu tampak elegan. Bahkan dalam situasi paling sulit sekali pun. Ini pula yang sedang dilakukan MU. Ada niatan memecat Ole, tapi ogah mengakuinya secara langsung. Rencana pemecatan Ole ini dititipkan pada jurnalis dan media olahraga paling dipercaya di Britania Raya. Fans gegap gempita menyambutnya. Namun beberapa jam berselang direvisi, setelah upaya pendekatan klub ke Zidane mental. Serta penolakan klub terhadap Conte. Ole diberi kesempatan lagi, setidaknya di laga kontra Spurs dini hari nanti, Ole masih akan duduk di bench MU. Bahkan, pertandingan ini akan kembali mendapuk Ole sebagai sebenar-benarnya pelatih MU. Begini, selama ini, ia memang sangat jarang memimpin sesi latihan. Kieran McKenna dan Michael Carrick yang mengambil alih. Yang sialnya, antara McKenna dan Ole tidak satu frekuensi soal taktik. Jadi di sesi latihan McKenna memberi asupan permainan fisikal, khas kick and rush. Sementara di pertandingan, Ole mau MU bermain menyerang dan atraktif lewat aliran bola pendek. Serta pressing ketat. Ya, tidak nyambung. Wajar jika akhirnya para pemain memilih bermain individu. Karena itu pula, beberapa pemain melakukan konfrontasi terhadap Ole. Dalam forum terbuka, para pemain mempertanyakan kapasitas Ole dalam melatih. Serta realisasi janji manis Ole yang sesumbar akan merotasi skuat. Yang pada akhirnya, Ole tetap senang memainkan susunan pemain yang sama. Meski beberapa di antaranya sedang memble. Di hari pertama Ole mengambil alih sesi latihan itu, Sir Alex datang ke lapangan latihan. Turut meninjau langsung. Aktivitas lebih rincinya tidak tersiar. Laga melawan Spurs ini, disebut sebagai tidak terlalu berpengaruh lagi. Karena MU sedang mencari pengganti Ole. Jika dapat, seketika itu pula manajer asal Norwegia itu dipecat. Tapi kalau belum dapat sampai akhir musim, maka kemenangan dari Spurs dan beberapa laga selanjutnya, setidaknya bisa mempertahankan pekerjaan Ole hingga habis musim. Intinya, semua rentetan kabar di atas adalah valid. Tapi tidak dinyatakan langsung oleh klub. Jurnalis dan media kredibel lah yang membocorkan info rahasia yang sebenarnya sudah diatur lewat media briefing itu. Sampai sini, manuver MU lewat media briefing yang ingin menyiarkan sisa kepercayaan mereka terhadap Ole, lalu bantuan Sir Alex di sesi latihan itu. Tidak mendapat respons baik. Penggemar bukan makin respek, malah penafsiran soal Ole yang tak bisa apa-apa itu semakin jadi. Dan yang terjadi selanjutnya, MU kembali harus repot-repot bikin rekayasa berita. Kalau Sir Alex tidak berkunjung ke sesi latihan Ole. Tapi kebetulan ke Carrington untuk pengukuran jas. Elah, begini banget untuk melindungi citra klub. Media briefing yang dibangun dengan terstruktur, guna menjaga kepercayaan puluhan juta penggemarnya itu. Mendadak kacau. Manuver yang dilakukan justru menampakkan bahwa manajemen United, bahkan tidak cukup baik dalam melakukan manipulasi berita. Oh, ya. Sebelum dilanjutkan, sampai sini, sudah 7 kali kata ‘media briefing’ disebut. Bicara-bicara (ngomong-ngomong) Anda pasti sudah tahu apa itu media briefing. Itu adalah cara klub-klub profesional menggiring opini. Paling sering, digunakan saat bursa transfer. Dalam kasus penjualan contohnya. Sporting Lisbon ingin menguangkan Bruno Fernandes. Lantaran si pemain telah layak bermain di level yang lebih tinggi ketimbang di Liga Portugal. MU datang menawar, tapi harganya lebih kecil dari yang ditawarkan. Negosiasi ditahan. Sporting kemudian mengarang cerita kalau beberapa klub elite telah memasukkan penawaran buat Fernandes. Termasuk Liverpool. Diberitakan lah ‘kesah’ itu oleh media-media ternama Portugal. Jadi ramai, kan. MU otomatis ketar-ketir, dan terpaksa memenuhi valuasi angka transfer yang diminta Sporting. Begitu. Dalam kasus pembelian. MU tertarik pada Sancho. Membuat tawaran resmi. Tapi Dortmund mematok harga tak masuk akal. Dua hingga 3 kali lipat dari harga pasar si pemain. Untuk menekan MU, tim Jerman meminta media lokal untuk meninggi-ninggikan talenta Sancho. Bikin fans MU ketar-ketir, dan memaksa klub membeli Sancho berapa pun harganya. Tapi di sisi lain, MU tak mau kecolongan lagi. Mereka membalas dengan media briefing pula. Bahwa United memberi opsi; ambil atau lupakan. Yang diberitakan oleh media Inggris. Dortmund khawatir setelah membaca ulasan media. Kemudian menjual si pemain andalan di bawah harga yang mereka inginkan. Ya, begitu lah kira-kira media briefing itu. Rekayasa berita untuk meraih tujuan tertentu. Pembaca akan mengira bahwa jurnalis atau media tertentu, mendapat informasi A1 secara diam-diam. Padahal, isu itu adalah titipan dari klub. * MU sendiri, adalah klub yang rajin sekali melakukan media briefing. Sejak masih dikendalikan oleh Ed Woodward, sampai kini dipegang oleh Neil Ashton. Mantan pemred The Sun, yang kini dikontrak menjadi humasnya MU. Ashton, belakangan cukup sibuk mengarang narasi untuk mengamankan posisi MU di mata penggemar dan sponsor. Pemecatan Ole punya banyak konsekuensi. Dilakukan sebelum mendapat manajer baru yang sesuai keinginan, di luar rencana pemilik saham. Tapi jika tidak dilakukan, aksi demo besar-besaran dari penggemar tak terelakkan. Dalam posisi simalakama itu, Ashton harus pandai mengulur waktu dan menaik turunkan kepercayaan semua orang pada MU. Fabrizio Romano, Times, ESPN, Guardian, MEN, Athletic, BBC. Menjadi andalan Ashton untuk menitipkan isu demi isu pada penggemar. Alasan lain menggunakan jasa jurnalis dan media di atas. Adalah untuk menyaring hoaks yang datang bertubi-tubi setelah insiden 5-0 itu. Ingat, ini MU. Dan Enggak MU Enggak Makan masih berlaku sampai sekarang. Sedikit saja celah negatif yang dibuat MU. Bertebaran lah berita bohong yang sudah garansi dibaca banyak orang. MU diam, berita bohong semakin banyak. MU bicara, akan dipelintir juga. Maka media briefing bareng media top tier, adalah pilihan bijak. Karena taruhannya itu tadi, citra klub. Bisa dikatakan, MU adalah klub yang sering sukses menuai manfaat dari media briefing ini. Informasi-informasi yang mereka susun ‘di bawah meja’ berhasil menjaga kepercayaan penggemar dan sponsor. Tapi dalam situasi Ole ini, media briefing yang mereka lakukan sangat rancu dan naif. Tidak terjadi keselarasan dan ketersinambungan rekayasa. Dari yang awalnya bilang mau memecat Ole, kemudian membocorkan situasi ruang ganti; konfrontasi pemain. Menghancurkan citra Ole dengan menyebut dia tidak pernah memimpin sesi latihan. Membocorkan jadwal rapat pimpinan yang membahas nasib Ole sehari setelah laga. Kemudian berita dibalik menjadi Ole masih dipercaya, tapi klub sedang berusaha mencari manajer baru. Lalu diperbarui dengan MU gagal mendapat manajer yang sesuai kriteria ketika musim berjalan. Sehingga Ole harus tetap berada di klub. Media briefing dilanjutkan dengan Ole memimpin sesi latihannya secara langsung, tidak lagi dikuasakan pada McKenna. Yang sehari sebelumnya diberitakan lewat skema yang sama. Bahwa dia dan Carrick tidak cukup bagus menjadi staf pelatih sekelas MU. Berlanjut ke Sir Alex Ferguson dan Martin Edwards yang datang ke sesi latihan Ole. Menunjukkan seolah-olah pelatih legendaris itu turun gunung demi menenangkan fans. Namun setelah respons yang datang tidak sesuai ekspektasi, MU kembali melakukan media briefing. Menyebut via BBC, bahwa kehadiran SAF di Carrington adalah untuk memenuhi jadwal ukur jas. Di mana agenda ini sudah lama terjadwal. Dan bahwa SAF sama sekali tidak melakukan tatap mata dengan Ole di hari yang dimaksud. Pemberitaan terakhir ini, kemudian terbaca bahwa rentetan berita rahasia yang diedarkan beberapa media kredibel secara berkesinambungan itu adalah sesuatu yang direncanakan alias media briefing. Dilakukan secara buru-buru pun asal-asalan. Bagaimana tidak, alasan ukur jas itu sulit diterima akal sehat. Oke, SAF masih memungkinkan melakukan itu. Tapi Martin Edwards yang merupakan chairman di era SAF. Yang kini tidak ada perkerjaan apa-apa di MU. Demi apa melakukan pengukuran jas? MU di era kini, sudah kurang becus dalam hal sepak bola. Tidak cukup pintar dalam mengarang berita. Ini klub atau ormas, sih? Catatan: yang menulis artikel ini adalah penggemar berat Manchester United juga. Hehe. (*AVA/YOS)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: