PON Papua: Atlet PPU Persembahkan Emas untuk Sulsel
PAPUA, nomorsatukaltim.com – Atlet renang asal Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) berhasil menyabet emas dari cabang olahraga renang artistik nomor duet open PON XX Papua. Namun raihan medali dipersembahkan untuk tim Sulawesi Selatan (Sulsel). Nabila Putri Giswatama yang berpasangan dengan Mutiara Nur Azizah meraih poin 36,4167. Total Sulsel memperoleh poin 71,5272 menjadi yang tertinggi dan berhak mendapat medali emas. Nabila Putri Giswatama merupakan putri dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Penajam Paser Utara (PPU) Alimuddin. "Sebagai orang tua pasti bangga, senang. Tapi bukan karena medalinya. Tapi lebih kebanggaan terhadap proses yang sudah dia lakukan. Itu membawakan hasil yang panjang. Itu merupakan sebuah perjalanan panjang dan lama. Kedua, juga membanggakan daerahnya," ujar Alimuddin saat dihubungi Disway Kaltim, Kamis, (7/10). Alimuddin hadir langsung di Kampung Akuatik PON Papua untuk memberikan dukungan pada anak keduanya itu. Alimuddin ini juga Sekretaris Umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Kaltim. Maka itu, ia berharap ini dapat menjadi motivasi. Bagi atlet-atlet muda renang. Untuk terus berlatih. "Karena tanpa berlatih, kita tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Semua harus melalui proses panjang. Seperti anak saya," ucapnya. Nabila bukan sekali mewakili Sulsel di berbagai ajang nasional. Di PON saja dia sudah dua kali ikut serta. Lalu juga pada saat Asian Games 2018 lalu. Meski mewakili Sulsel, Alimuddin menegaskan Nabila asli PPU. Setidaknya sejak lahir di Jakarta 2 Desember 2003 lalu. Hingga selesai pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SDN 001 Penajam. Kepiawaian Nabila dalam renang indah muncul sejak kecil. Pada awalnya mendalami atlet renang lintasan. Tapi saat Kejurnas di Jakarta waktu itu, dia tertarik renang indah. Jadi mulai di bangku 4 SD, Nabila mulai belajar renang indah. Menyadari itu, Alimuddin jelas memberikan dukungan penuh. Nabila memulai perjalanan panjang. Dari nol. Baru mengikuti tingkat regional, lokal baru nasional. Sehingga dengan keinginan kuat itu, setelah menyelesaikan pendidikan SD. Nabila hijrah ke Makassar. Tujuannya agar lebih fokus. "Karena dia memiliki cita-cita dan keinginan yang kuat untuk berkarir di renang indah. Daerah yang pada saat itu memang getol-getolnya melakukan pembinaan atlet renang anak usia dini," sebutnya. Sementara di Kaltim, menurutnya, belum berjalan dengan baik. Masih berada di urutan kelima dalam aspek-aspek Kejurnas, pun pembinaan tidak berjalan dengan baik. Satu sisi, Alimuddin tentu tak ingin mengabaikan momentum. Agar Nabila dapat mengikuti ajang-ajang nasional yang akan berlangsung. "Kebetulan sekolah-sekolah di Makassar dia memberikan support luar biasa, KONI juga luar biasa, Pemkot Pemprov juga luar biasa. Akhirnya meneruskan pendidikan di sana," sambungnya Meski begitu, Nabila meraih medali emas ini bukan dengan hal mudah. Melalui proses panjang sejak dini ia berlatih. Mulai hidup jauh dari orang tua hingga mengorbankan waktunya untuk berlatih. Pun untuk PON kali ini. Nabila juga mengorbankan waktunya untuk melanjutkan kuliah. "Jadi insyaallah tahun depan baru ngambil di jurusan kedokteran atau seni musik. Itu yang dia cita-citakan," kata Alimuddin. Untuk ke depan, Alimuddin berharap di Kaltim khususnya Penajam, akan segera melakukan pembinaan. Utamanya untuk membibit anak-anak usia dini. Khususnya akan ditekankan bahwa tidak ada prestasi olahraga yang kita dapatkan secara instan. "Target kita anak usia dini, dan dalam waktu singkat kita bangkitkan lagi Penajam," tegasnya. Sesungguhnya tim PPU ikutserta dalam PON kali ini. Pada nomor duet renang indah. Namun ia batalkan. Alimuddin menyebutkan alasannya karena keterlambatan pemberitahuan dari KONI PPU. Membuat terlambat juga untuk melakukan persiapan. Karena diberi waktu hanya satu bulan sebelum PON. "Saya sebagai ketua tidak memiliki keinginan hanya untuk sekedar tampil, tanpa sebuah prestasi. Oleh karena itu tim renang indah, kami batalkan," katanya. Dalam hal ini Alimuddin tegas. Tak ingin atlet-atlet yang ia bina hanya sekadar ikut ajang. Tanpa niatan untuk memperoleh prestasi. "Sudah bukan saatnya. Sehingga kita juga tidak akan menjatuhkan mental anak-anak, dan anak-anak juga paham. Bahwa mengikuti event nasional bukan hanya perjalanan yang pendek, tapi juga melalui perjalanan yang panjang. Dan harus terus berlatih," demikiannya. *RSY/YOS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: