Presiden Pusamania: Gomez Harusnya Bersikap Ksatria
Samarinda, nomorsatukaltim.com – Suporter Borneo FC Samarinda –Pusamania mempertanyakan profesionalitas Mario Gomez pasca memutus kontraknya secara sepihak. Padahal untuk pelatih sekaliber Gomez, yang notabene pernah membesut Valencia dan Inter Milan. Tidakan seperti itu sangat tidak pantas.
Walau belum menorehkan prestasi dalam dua periodenya membesut Borneo FC Samarinda. Mario Gomez sempat menghadirkan harapan bagi publik sepak bola Samarinda. Pasalnya Gomez dianggap mampu membangun pondasi tim untuk jangka panjang. Berkat hobinya mengorbitkan pemain muda.
Maka kepergiannya secara mendadak dan atas asas ‘sak udele dewe’ itu dianggap Pusamania sebagai pengkhianatan. Baik untuk Borneo dan suporternya, juga pada nilai-nilai sportivitas sepak bola. Terlebih, Gomez termasuk pelatih dengan catatan karier yang bagus. Di mana pada masa awal karier manajerialnya. Ia pernah menjadi asisten pelatih untuk RD Mallorca, Valencia, hingga Inter Milan yang kala itu diperkuat deretan bintang macam Toldo, Materazzi, Blanc, Zanetti, Vieri, hingga Ronaldo da Lima.
Presiden Pusamania, Tomi Hermanto menyebut perbuatan Gomez itu sama sekali tak mencerminkan kelasnya sebagai seorang pelatih yang pernah merasakan titel domestik Malaysia dan Piala AFC tersebut.
"Saya pikir langkah ini tidak lazim dilakukan seorang head coach, baru 2 kali tanding di awal kompetisi sudah mengundurkan diri. Dengan membawa pasukannya lagi," kata Tomi, merujuk ikut mundurnya pelatih fisik Marcos Gonzales dan pelatih kiper Jorge Rodrigues.
Hingga saat ini, manajemen dan Gomez memang belum buka suara mengenai penyebab keretakan itu terjadi. Tomi sendiri belum mendapat informasi akurat, tentang alasan kepergian Gomez yang tiba-tiba itu. Namun ia menduga telah terjadi missed communication antara Gomez dan manajemen klub.
"Saya masih memperdalam apa sebenarnya masalah yang mendasari. Tapi lagi-lagi itu ranah manajemen. Menurut saya paling masalah komunikasi," terangnya.
Terlepas apa pun hal internal yang terjadi. Tomi merasa tidak ada pembenaran sama sekali atas tindakan Gomez dan dua tangan kanannya. Pasalnya masalah seperti itu sudah lazim terjadi dalam sepak bola. Friksi antara pelatih dan manajemen bahkan turut terjadi di klub-klub elite Eropa.
Karena tidak mungkin sebuah tim berjalan tanpa masalah. Karena di dalamnya melibatkan banyak kepala dan gagasannya. Maka harusnya setiap permasalahan dan ketidakcocokan sudut pandang dapat dibicarakan dulu. Jangan langung mengambil tindakan di kala emosi melanda. Yang justru dapat merugikan tim atau pun individu yang terlibat.
"Pasti ada sesuatu yang krusial. Saya rasa masalah komunikasi. Mungkin salah bicara atau komunikasi kurang baik antara manajemen dan pelatih," sambungnya.
Diketahui buntut dari kisruh tersebut, Borneo FC Samarinda mengklaim akan membawa kasus ini ke Badan Penyelesai Sengketa (DRC) FIFA. Karena Gomez terbukti bersalah dengan melanggar kontraknya yang baru akan kadaluarsa pada Desember nanti.
"Ya kalau begini kami mendukung langkah manajemen untuk melaporkan ke FIFA," jelasnya
Soal siapa yang akan menggantikan peran Gomez nantinya, Tomi tak mau berandai-andai. Ia hanya berharap Borneo tak lagi gegabah dalam merekrut pelatih. Pasalnya dalam dua musim terakhir, Pesut Etam selalu berkonflik dengan pelatih kepala.
Edson Tavares dipecat Borneo setelah hanya memimpin 3 laga pada musim lalu. Sikap arogan Edson ditengarai menjadi masalahnya. Teranyar, Gomez yang baru memimpin 2 laga memutus kontraknya. Entah apa yang jadi penyebabnya. Tomi, sebagaimana Pusamania lainnya. Berharap Borneo bisa ditangani oleh pelatih yang punya kesamaan visi dengan klub. Agar proses pembangunan tim tidak terus dimulai dari nol.
Selanjutnya, dan yang terpenting saat ini adalah. Klub mesti bisa berjalan di jalur yang tepat di bawah kepemimpinan Ahmad Amiruddin yang ditunjuk sebagai pelatih interim. Sangat penting untuk menjaga fokus dan kualitas di tengah kompetisi yang terus bergulir saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: