Suyanto: Suka Memberi Tumpangan

Suyanto: Suka Memberi Tumpangan

Suyanto tak pernah membayangkan memiliki banyak peran dalam masa hidupnya hingga saat ini. Padahal cita-citanya dulu sederhana. Hanya ingin menjadi seorang sopir bus antar kota.

Penajam, nomorsatukaltim.com - Tapi perjalanan kelahiran Mojokerto, 25 November 1961 itu jauh melampaui impiannya. Selama hampir 40 tahun ia tercatat sebagai abdi negara. Tahun ini, pria yang biasa disapa babe akan menutup karir pegawai negeri sipilnya menjadi Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Penajam Paser Utara (PPU). "Saya tak pernah menyangka justru bisa malang melintang di dunia birokrat," ucapnya mengawali kisah perjalanan karirnya. Besar di Surabaya, Suyanto lahir dari keluarga sederhana. Kadang untuk berangkat dan pulang sekolah kerap ia bergantungan di belakang bus. Ia tahu sekali rasanya tak punya kendaraan pribadi. Dari situlah niatnya untuk menjadi seorang sopir muncul. Namun apa yang ia jalani justru melenceng jauh dari apa yang ia mau. Setelah lulus dari SMA Pemuda Surabaya 1981 silam, anak pertama dari 5 bersaudara ini melanjutkan pendidikan menjadi seorang guru. Menyelesaikan pendidikan Diploma 1 IPA di IKIP Surabaya 1982. Jadilah Suyanto seorang ‘Oemar Bakri’. Suyanto muda ditugaskan di Kalimantan Timur. Mengajar di SMPN 1 Tanah Grogot 1983-1984. Lalu dipindahkan ke SMPN 1 Muara Komam 1984-1987. Lanjut 1988-2001 ia mengajar di SMPN 1 Penajam, di masa yang sama juga ia pengajar honorer di SMPN 1 Balikpapan. Dalam masa itu juga ia meningkatkan kompetensinya. Dengan melanjutkan Diploma 3 IPA Universitas Terbuka (UT) lulus 1999 dan Sarjana Pendidikan di Universitas Mulawarman pada 2001. Jadi final. Karir Suyanto adalah seorang guru dan terus begitu pikirnya. Tapi nasib berkata lain. Pada 2002 PPU terbentuk. Pada masa awal periode pemerintahan, sumber daya manusia sangat kurang. Ia beralih dari pegawai fungsional menjadi pegawai struktural. Berpindah-kerjalah ia menjadi seorang staf di Kantor DPRD PPU pada tahun itu. Hingga 2003, ia naik jabatan menjadi Kepala Sub Bagian DPRD PPU. Sampai 2005, ia mendapatkan mandat untuk menjadi Lurah Penajam. Sembari itu, Suyanto menambah bekal pendidikannya dengan menempuh studi magister di Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta. Makanya setahun menjadi lurah, ia ditarik lagi menjadi Kepala Bagian Keuangan di DPRD PPU. Pada 2008 ia dipercaya menjadi kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) PPU hingga 2011. Lalu digeser menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) PPU. Lalu setahun ia mengepalai Dinas Perindustrian, Perdagangan dan KUKM PPU pada 2012-2013. Dan terakhir, 2013 hingga kini, ia duduk menjadi Kepala Disdukcapil PPU. "Saya pikir dulu itu, pensiun berada di golongan III A. Tak disangka saya malah sudah mencapai golongan IV C," ungkapnya. Suyanto mengakui banyak hal yang sudah diraih dalam karirnya itu. Dari satu hal yang selalu ia junjung. "Yaitu melayani masyarakat dengan baik," tegasnya. Prinsip itu terus merasuk hingga ke perasaannya. Bahwa sebuah pengabdian pada sesama manusia tak boleh ikut sirna seiring habisnya masa tugasnya menjadi seorang pegawai. Nah, ada pengabdian gaya baru yang telah Suyanto lakukan. Setidaknya pekerjaan barunya ini nanti akan mengisi masa pensiunnya. Yaitu membuat taman edukasi. Namanya Wana Wisata Api-Api (WWA).

Babak Baru

Seperti nama tempatnya, destinasi ini ada di Desa Api-Api Kecamatan Waru. Berjarak sekira 40 kilometer dari Kantor Bupati PPU. Dasar pemikiran berdirinya objek ini ialah pemerataan pembangunan di daerah berjuluk Benuo Taka ini. "Saya sudah memperhatikan. Sejak PPU ini ada, pembangunan selalu terkonsentrasi di ibu kotanya saja. Jadi wilayah yang selalu ramai itu ada di Penajam saja," ujarnya. Awal mulanya, pada 2009 lalu ia membeli sebidang tanah seluas 2 hektare di sana. Diniatkan untuk menjadi kebun keluarga. Ia ingin menanam pohon-pohon buah di sana. Melihat suasana yang tidak begitu ramai tadi, terbesit niatan untuk mendirikan sebuah pusat keramaian. Melihat juga potensi yang ada, sektor wisata dianggap mampu menjadi wajah baru. Pada 2010 diubahlah lahan kebun tadi menjadi sebuah objek wisata edukasi. Area juga diperluas menjadi 10 hektare. Semua persiapan selesai, 2011 WWA resmi dibuka. Berbagai wahana tersedia. Mulai outbound, shooting target, mini motto, trampolin dan flying fox dan paint ball serta ATV ada di sana. Konsepnya memang berbasis alam. Ada juga arena permainan tambahan yakni sepeda gantung, mandi bola, serta perahu dan masih banyak lagi. Ditambah sejak 2018 lalu ia dipercaya menjadi Ketua Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) PPU hingga kini. Gairah inilah yang mengarah berbagai atraksi itu muncul. WWA juga menyajikan pemandangan hutan wisata yang asri. Menjadi tempat yang nyaman untuk dijadikan kunjungan keluarga. Mengingat perjalanan masa lalunya, Suyanto punya kebiasaan memberi tumpangan orang yang ditemuinya sedang jalan kaki. "Kalau ketemu orang jalan kaki, saya selalu memberikan tumpangan ke manapun orang itu menuju. Saya tahu rasanya tidak enak. Makanya saya ingin selalu membantu orang lain semampu saya," pungkasnya. *RSY/YOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: