Atlet Tarung Derajat Ini Pernah Buat Pria Tersungkur
Samarinda, nomorsatukaltim.com– Petarung tarung derajat, Sasva Vannes. Pernah memiliki pengalaman tak mengenakkan. Satu kejadian yang akhirnya memotivasi dirinya terjun ke olahraga beladiri. Berawal bullyan teman di bangku sekolah dasar, hingga kini sederet prestasi berhasil dia bukukan.
Belum lama ini nomorsatukaltim.com berkesempatan mengulik secuil cerita menarik. Dari gadis petarung cabor beladiri produk dalam negeri ini. Termasuk cita-cita dan harapannya yang tetap meninggi di ajang Porprov 2022 Berau nanti. Anak dari pasangan Khairul Anwar dan Rita Sari Dewi ini. Lahir di Samarinda pada 16 November 2003. Mengenal olahraga tarung derajat dari kesempatan yang tak disengaja. Saat ikut orang tuanya antar kakaknya berlatih sepak bola di Stadion Madya Sempaja. Disana. Vannes melihat anak remaja berlatih. Berteriak dan saling adu fisik. Dia mengamati, gerakan demi gerakannya cukup menarik perhatiannya. Hingga dirinya memutuskan untuk ikut berlatih dan mengantarkannya menjadi atlet potensial saat ini. “Waktu itu Kelas III SD, ikut nganterin kakak main bola. Ketepatan disana ada latihan bela diri. Nah sejak itu kemudian saya ikut latihan,” kenangnya. “Setelah beberapa bulan, dengan di bantu senior, Kami buat tempat latihan di sekolahan. Sampai sekarang camp kami berada di SMPN-2 Samarinda,” tambahnya. Dan cerita yang paling diingat Vannes ialah saat teman pria di sekolahnya yang kerap jahil. Saking kesalnya dia memberanikan diri melawan sang teman. Tebak apa yang terjadi? Sang teman jatuh tersungkur dan tak pernah mengganggunya lagi. “Pernah dijahilin temen sekolah. Karena terus-terusan begitu ya akhirnya saya lawan. Eh dianya tumbang, sejak kejadian itu, Alhamdulillah tidak ada yang jahil lagi,” kenangnya sembari ketawa. Disinggung soal kelas di cabor tarung derajat. Dia katakan ada beberapa urutan kelas juga sabuk sebagai bukti kenaikan kelas. Dari pemula hingga kelas profesional. Termasuk perbedaan sabuk hijau, biru dan garis garis yang memiliki arti masing masing. “Di Kodrat ada beberapa tahapan kelas, dari Kurata 1 hingga Kurata 3 yang sabuknya berwarna hijau. Lalu Kurata 4 dan 5 sabuk warna biru. Bedanya kurata 3 & 5 masing - masing bergaris 2,” jelasnya. Vannes sendiri sudah mengikuti berbagai ajang kejuaraan. Dari even lokal hingga nasional. Termasuk saat berhasil mengantongi medali emas Popnas 2015 Bandung Jabar. “Alhamdulillah kejurda pertama saya ikuti berhasil mendapatkan medali perak. Lalu kejurda berikutnya di PPU saya dapat emas, waktu itu kelas 1 SMP. Dan juga medali emas Popnas 2015,” tutur anak bungsu dari tiga bersaudara ini. Sayang, Vannes kurang beruntung pada kejuaraan PON XX Papua. Dia kalah bersaing dengan senior. Menempati posisi kelima dalam Pra PON 2019 lalu. Vannes harus menyimpan hasrat untuk bertanding di ajang multi even empat tahunan itu. “Iya, di PON Papua nanti saya kurang beruntung, karena hanya diambil empat nomor teratas, sementara saat Pra PON saya berada di peringkat lima. Tidak apa-apa belum jodohnya. Tapi saya akan berjuang lebih keras untuk mendapatkan tempat di periode berikutnya,” tekadnya. Bagi Vannes, menjadi atlet Kodrat adalah pilihan yang tepat. Karena selain belajar beladiri. Dia juga mendapatkan ilmu sikap rendah hati, suatu sikap terpuji yang harusnya dimiliki setiap orang demi mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan damai. “Menjadi petarung Kodrat itu sebenarnya belajar melatih diri lebih berakhlak. Berkepribadian yang mengutamakan sikap rendah diri. Karena sebenarnya, pertarungan itu tidak selamanya menggunakan otot, pertarungan dengan hati juga penting dan kerap diperlukan,” katanya mengakhiri. (frd/fdl)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: