Balikpapan Masih Aman, Belum Ada Temuan oleh Satgas RT

Balikpapan Masih Aman, Belum Ada Temuan oleh Satgas RT

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Satgas di tingkat RT di Balikpapan diharuskan melapor. Terkait hasil penyekatan pergerakan pendatang dari luar daerah.

Penyekatan itu merupakan upaya satgas. Demi meminimalisasi lonjakan pendatang dan pemudik pasca lebaran dari luar daerah. Dimana satgas di tingkat RT juga diminta memerhatikan para pendatang yang memasuki wilayahnya. Dengan cara meminta orang bersangkutan menunjukkan dokumen non reaktif hasil rapid antigen. Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Balikpapan Andi Sri Juliarty menyebut sampai saat ini belum menerima laporan adanya pendatang yang terjaring di tingkat PPKM mikro. "Belum ada. Senin ini kita baru mendapat laporan dari para camat dan lurah. Tapi saya kira tidak ada. Karena kalau ada yang positif pasti harus langsung dilaporkan ke diskes," katanya baru-baru ini. Selama pasca lebaran, satgas sudah memprediksi adanya peningkatan kasus positif COVID-19. Sehingga pengecekan ganda yang dilakukan satgas tingkat RT diharapkan bisa memaksimalkan proses tracing pendatang yang terpapar virus corona. Bahkan satgas berencana menandai rumah para pendatang atau warga Balikpapan yang baru pulang dari luar daerah. Terutama setelah masa libur panjang keagamaan, dengan menempelkan stiker di rumah yang bersangkutan. Namun demikian, dari hasil pengamatannya dua hari melakukan sampling acak rapid antigen di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Balikpapan dan Pelabuhan Semayang, didapati bahwa banyak pelaku perjalanan dengan tujuan bukan ke Balikpapan. Namun ke kabupaten/kota lain. "Turunnya memang di Balikpapan, tapi mereka bekerja di perkebunan, di pelosok-pelosok," tukasnya. Ia menyebut, satgas menyiapkan sekitar 600 sampling alat rapid antigen yang ditempatkan di dua pusat kedatangan para pelaku perjalanan tersebut. Namun data terakhir menunjukkan penggunaan sampling tersebut masih sangat minim. Kurang dari 10 persen dari total sampling atau hanya sekitar 15 alat saja yang terpakai. "Karena banyak pelaku perjalanan dengan tujuan kota lain, kemudian banyak yang sudah bawa dokumen rapid antigen," tukasnya. Namun demikian, masih ada ditemukan warga luar daerah yang datang tanpa membawa dokumen skrining dari daerah asalnya. "Ada yang tidak bawa apa-apa. GeNose pun tidak. Itu dia yang bawa mobil, seorang supir (dari pelabuhan)," katanya. Dokter Dio, sapaanya sempat menanyakan alasannya, ternyata ada beberapa supir mobil logistik yang tidak sempat melakukan skrining alat rapid antigen atau Genose, karena terlalu sibuk mengurus proses prosedur masuknya mobil ke kapal. "Banyak yang merasa kerepotan. Karena memasukkan kapal saja harus melalui prosedur," imbuhnya. (ryn/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: