2 PR Besar Keolahragaan Kaltim dari Penilaian Legenda Hidup Gulat Bumi Etam

2 PR Besar Keolahragaan Kaltim dari Penilaian Legenda Hidup Gulat Bumi Etam

Samarinda, nomorsatukaltim.com -Konsistensi Kaltim berada di 5 besar daerah dengan peringkat tertinggi di PON sejak 2008. Adalah bukti bahwa Bumi Etam punya potensi besar di dunia olahraga. Namun potensi saja, menurut legenda hidup cabor gulat Indonesia, Suryadi Gunawan tidak cukup. Minimal, ada dua PR yang harus dibereskan kalau Kaltim mau menembus dominasi kontingen Pulau Jawa.

Suryadi Gunawan saat ini memang hanya berfokus di bola tangan Kaltim. Dan belakangan masuk dalam jajaran pengurus cabor baru, MMA Kaltim. Namun begitu, jebolan Olimpiade Seoul, 1988 itu mengaku masih memerhatikan keolahragaan di Kaltim secara luas.

Secara khusus pada nomorsatukaltim.com, Suryadi menyampaikan sedikit uneg-unegnya perihal perkembangan olahraga di Kaltim, dan Samarinda secara khusus.

PR pertama yang masih menjadi kerikil perkembangan olahraga di Kaltim disebutnya adalah sarana dan prasarana. Tempat dan alat latihan dinilainya belum memenuhi standar. Untuk seluruh cabor. Padahal, ketersediaan tempat dan alat latihan itu sangat berpengaruh pada tumbuh kembang atlet. Tanpanya, sebesar apa pun potensi atlet, akan sulit untuk mencapai level ‘meledak’.

Untuk pemenuhan fasilitas ini, Suryadi menolak untuk menuding siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab. Ia menilai ini harusnya menjadi pekerjaan bersama antara pemangku cabor, KONI, sampai pemerintah daerah. Semua harus punya komitmen yang sama.

Jadi ke depan, jangan ada lagi cabor tertentu harus berlatih di arena latihan cabor lain. Dengan berbagai penyesuaian. Memang bisa, toh kreativitas tidak memiliki batas. Tapi di era sport science seperti sekarang. Di mana perkembangan atlet bisa ditingkatkan lewat perhitungan data dan statistik. Venue dan alat latihan sudah semestinya sesuai dengan peruntukannya.

PR kedua adalah keberlanjutan turnamen. Sehebat-hebatnya atlet dalam latihan. Belum tentu begitu di pertandingan. Karena tensinya berbeda. Fisik dan mental yang dibutuhkan juga tak sama.

Nah, jika diibaratkan atlet potensial adalah berlian. Mereka baru berbentuk bongkahan. Harus ditempa dan diasah untuk menjadi secuil logam berharga. Dan satu-satunya cara yang dengan memberi mereka jam terbang yang tinggi. Lewat berbagai turnamen. Jadi tidak ujug-ujug bertanding di multi ajang misalkan, tanpa melewati tahapan turnamen internal, lokal, hingga level provinsi. Termasuk turnamen berdasar kategori usia.

“Harus di mulai dari sarana, itu yang pertama. Kedua buat turnamen regular. Itu dulu kalau mau dunia olahraga kita berkembang,” kata Suryadi.

“Di Korea (Selatan) itu sejak dini sudah diperkenalkan ke setiap arena olahraga. Sementara kita? Ada yang pernah merasakan dilarang masuk ke suatu arena olahraga.” 

“Persoalan anggaran pembinaan dan lain sebagainnya itu perlu. Tapi yang pasti dua itu harus tercukupi terlebih dahulu.”

“Soal anggaran sendiri kita berharap kepada pemerintah agar bisa di alokasikan sendiri. Seperti halnya pendidikan yang mempunyai anggarannya sendiri,” jelasnya.

Soal pendanaan, Suryadi punya pemikiran bahwa sudah selayaknya pemerintah daerah mau berinvestasi besar di dunia olahraga. Dalam kasus ketersediaan dan pemeliharaan venue misalnya. Daerah bisa mengambil manfaat banyak.

Selain bisa punya nama besar di dunia olahraga, di kejuaraan nasional terlebih di PON. Venue yang representatif bisa juga digunakan cabor untuk menggelar turnamen bergengsi. Jika itu terjadi, tidak hanya akan menjadi stimulant perkembangan atlet. Tapi bisa lebih dari itu.

Misalkan, di masa mendatang, Kaltim bisa menjadi venue kejuaraan besar sepak bola. Yang sejauh ini masih terpusat di stadion-stadion di Pulau Jawa. Pun cabor lain, semisal bulu tangkis, voli. Atau bahkan berbagai kejuaraan cabor beladiri. Di mana Kaltim sendiri gudangnya atlet beladiri berbakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: