Banyak Belajar dari Mendiang Suami

Banyak Belajar dari Mendiang Suami

Peringatan Hari Kartini tahun ini tentunya berbeda, dan spesial. Untuk pertama kali, Berau dipimpin bupati perempuan. Sosok Kartini masa kini.

SAAT ini, siapa tidak mengenal sosok Sri Juniarsih. Wanita tangguh yang sekarang menjadi Bupati Berau. Ia adalah istri dari almarhum Bupati Berau, Muharram. Sri-sapaannya, menikah dengan Muharram sejak 1994 dan dikaruniai lima anak. Dalam perjalanan hidupnya sekarang, itu tidak terlepas dari peran mendiang suaminya. Menurutnya, almarhum Muharram adalah sosok guru baginya. Tak ayal, apa yang dipelajarinya dari sosok mendiang suaminya, kini diterapkan dalam masa pemerintahannya. Sri mengungkapkan, makna dari Hari Kartini adalah perjuangan bagi setiap wanita. Kini, tidak ada lagi wanita yang belum merasa merdeka. Merdeka yang dimaksudnya adalah, pandangan sosial masyarakat yang menyatakan bahwa wanita adalah penghuni dapur dan hanya boleh mengurus rumah tangga. “Sekarang wanita dan pria itu setara. Apa yang menjadi tanggung jawab seorang pria, kini bisa dilakukan oleh seorang wanita,” tuturnya kepada Disway Berau, Selasa (20/4). Selain itu, perjuangan Kartini melawan diskriminasi mendorong perempuan modern saat ini untuk berani melawan stereotip perempuan yang ujungnya jadi ibu rumah tangga saja. Semua perempuan tidak perlu ragu, karena sejatinya memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mengejar mimpi dan cita-citanya mengenyam pendidikan tinggi. Keinginan Kartini, kata dia, agar perempuan tidak selamanya dicap hanya akan berakhir di dapur dan mengurus rumah, membuka ruang penyetaraan bagi wanita modern bisa berkarya seperti para pria. “Perempuan bebas berekspresi, mengutarakan mimpinya, mewujudkan ide-ide kreatifnya, menyalurkan bakat, membuat gerakan, menyuarakan hasil pemikirannya yang bermanfaat bagi sekitarnya,” ungkapnya. Di era digital sekarang ini, perempuan bisa bekerja dengan berbagai bentuk dan cara yang beragam. Perempuan terdorong melawan stereotipe melalui prestasi perempuan dalam ranah profesional kerja, mengembangkan potensi dalam diri, berkarier bukan sekadar mencari uang dan perekonomian, namun jadi teladan dan menjalankan hak asasi setiap orang. Perempuan modern, ialah perempuan yang memiliki semangat juang tinggi, kepercayaan diri, yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya, perempuan yang memiliki keinginan untuk memerdekakan dirinya, dan memiliki prinsip hidup yang kuat. “Seorang wanita sejatinya memang adalah seorang ibu. Tapi tidak menutup kemungkinan dia akan berkarier. Dan kedua kegiatan itu harus berjalan,” bebernya. Atas perjuangan Raden Ajeng Kartini, ruang bagi perempuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya pada sektor pembangunan. Bahkan, sekarang peran perempuan juga sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan atau kebijakan. “Peran perempuan sekarang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sekarang saja, di Berau banyak kepala dinas yang memang adalah seorang perempuan,” tuturnya. Sementara itu, Wakil Bupati Berau, Gamalis mengatakan, kesetaraan wanita dan pria adalah satu hal yang harus dihargai. Saat ini, tak adalah istilah wanita yang berdiri di belakang pria. Namun, bersebelahan untuk membangun Indonesia jadi lebih baik. “Wanita itu berada di belakang pria, ketika si wanita menjadi makmum salat saja. Selepas itu, mereka (wanita, red) harus ada disamping pria atau bahkan, bisa berada di depan pria untuk mengambil keputusan,” tandasnya */FST/APP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: