Pencegahan, BUMA Gandeng BNNP Kaltim

Pencegahan, BUMA Gandeng BNNP Kaltim

Penyalahgunaan narkoba melibatkan karyawan swasta masih tinggi. Merupakan jenis pekerjaan yang menempati urutan pertama pengguna narkoba sebesar 55 persen. Selanjutnya adalah pengangguran 22 persen, dan wiraswasta 13 persen. Pekerja dari sektor pertambangan batu bara pun termasuk yang rawan terpapar narkoba.

DEMI mencegah dan memberantas narkoba di internal perusahaan, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) telah mengambil sejumlah langkah. BUMA menggandeng Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kaltim. Pada 14 April 2021, BUMA dan BNNP Kaltim mengadakan virtual talk show bertemakan “Waspada Narkoba di Tengah Wabah Corona.” Selaku pemateri adalah Khairun Nisa, penyuluh narkoba ahli pertama BNNP Kaltim. Acara virtual tersebut diikuti direksi, manajemen, pekerja, dan keluarga BUMA di Berau. Kepada peserta talk show, Nisa menjelaskan, bahwa karyawan swasta yang terpapar narkoba di Kaltim termasuk tinggi. Menurut hasil survei pada 2018, Kaltim menempati urutan kelima penyalahgunaan narkoba secara nasional. Angka pravelensi (jumlah yang terpapar dibanding populasi) pekerja yang terpapar narkoba dalam setahun adalah 2,0 atau sebanyak 30.814 jiwa. Meskipun begitu, pekerja dari sektor pertambangan dan penggalian yang terpapar narkoba mengalami penurunan signifikan dalam satu dasawarsa terakhir. Menurut data BNNP Kaltim, angka pravelensi pekerja dari sektor ini mencapai 7,5 pada 2009. Angka pravelensi tersebut turun menjadi 4,3 pada 2012; dan turun lagi menjadi 2,4 pada 2017. Penyalahgunaan narkoba oleh pekerja dari sektor pertambangan berada di posisi kedua setelah pekerja konstruksi. “Dilihat dari usia terpapar, rentang umur 30-56 tahun adalah yang tertinggi yakni 56 persen,” terang Nisa. Sementara itu, jenis narkoba terbanyak yang disalahgunakan adalah ganja (65,5 persen), sabu-sabu (38 persen), dan ekstasi (18 persen). Pekerja dari sektor pertambangan dinilai rawan terpapar narkoba, karena efek dari barang haram tersebut. Dampak narkoba yang sering  diiming-imingi oleh bandar adalah efek “selalu on”. Sabu-sabu, ekstasi, dan kokain bisa memicu tubuh bekerja melampaui batas maksimum. Badan yang “selalu on” dapat memikat para pekerja di segala level mulai operator, driver, hingga direksi. Mereka bisa bekerja terus-menerus di bawah pengaruh narkoba. “Yang tidak disadari, narkoba punya banyak dampak negatif seperti kerusakan otak, organ dalam, halusinasi, hingga kematian karena overdosis,” terang Nisa. Manager Business Unit BUMA, Teguh Susilo mengatakan, bahwa diskusi daring diadakan BUMA untuk memerangi penyalahgunaan narkoba. Lewat edukasi dari BNNP Kaltim, karyawan, manajemen dan direksi BUMA mengetahui betapa rawan dan berisikonya peredaran narkoba. Diskusi tersebut bukan satu-satunya. Teguh menambahkan, langkah berikutnya yang diambil perusahaan dalam memerangi narkoba berupa tindakan taktis. Perusahaan secara internal akan mengadakan inspeksi mendadak, razia, baik reguler maupun insidensial. Termasuk pula, pemeriksaan urine yang menggandeng BNNP Kaltim. “Kami berkomitmen memperkuat upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan di internal perusahaan,” kunci Teguh. */APP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: