Dibalik Dominasi Milenial dan Gen Z

Dibalik Dominasi Milenial dan Gen Z

PENDUDUK merupakan titik sentral pembangunan, karena peran penduduk sebagai subjek sekaligus objek dalam proses pembangunan. Struktur umur penduduk Kabupaten Berau saat ini masih didominasi oleh kelompok milenial dan generasi Z atau dengan kata lain didominasi oleh kelompok usia produktif.

Menurut William H. Frey analysis of Cencus Bureau Population Estimate (25 June, 2020), generasi milenial lahir antara 1981-1996, dengan usia saat ini sekitar 24-39 tahun. Sedangkan gen Z lahir antara tahun 1997-2012, dengan usia saat ini 8-23 tahun. Kedua generasi ini dibesarkan di tengah teknologi, internet dan media sosial. Sebagian besar cara berkomunikasi mereka melalui media sosial dan teks, sehingga membuat kelompok ini dapat diasumsikan sebagai pencandu teknologi atau anti-sosial dan banyak menghabiskan waktu dengan ponselnya serta mayoritas lebih memilih layanan streaming. Keberadaan generasi ini tidak bisa dipandang sebelah mata terhadap perkembangan penduduk di suatu wilayah karena terus menunjukkan dominasi yang cukup besar dan tentunya generasi ini memiliki pengaruh yang sangat nyata dalam menentukan keberhasilan bonus demografi yang akan terjadi. Keberadaan kelompok ini yang semakin dominan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia termasuk juga di Kabupaten Berau.  Berdasarkan rilis hasil SP2020 oleh BPS mencatat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Berau hingga September 2020  sebanyak 248.035 jiwa, mengalami penambahan sebesar 68.956 jiwa jika dibandingkan dengan hasil sensus penduduk 10 tahun lalu, disebutkan juga bahwa komposisi penduduk di Kabupaten Berau didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) dengan masing-masing sebanyak 28,88 persen (71.630 jiwa) dan 28,75 persen (71.298 jiwa). Selain itu berdasarkan hasil SP2020 diperoleh bahwa ratio ketergantungan penduduk Kabupaten Berau mengalami penurunan 15,24 persen dibandingkan 10 tahun yang lalu yaitu menjadi sebesar 37,68 persen  yang artinya setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 37 hingga 38 penduduk usia nonproduktif. Penurunan rasio ketergantungan akan berdampak positif pada penurunan besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhan penduduk usia non produktif sehingga sumber daya dapat dialihkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan penduduk. Melihat angka dependency ratio Kabupaten Berau yang mengalami penurunan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Berau sudah hampir mengalami bonus demografi kependudukan. Gejala bonus demografi ditandai dengan penurunan rasio ketergantungan (dependency ratio) yang disebabkan oleh transisi demografi.  Semakin tinggi persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk usia belum produktif dan penduduk tidak produktif lagi. Bonus demografi membawa anugerah bagi akselerasi pembangunan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Dominasi usia produktif akan mendorong percepatan Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Berau pada khususnya untuk masuk ke revolusi industri 4.0, karena generasi ini terkenal mudah beradaptasi dengan teknologi, bukan hanya sebagai konsumen tapi juga creator. Hal ini dibuktikan dengan posisi Indonesia dalam startup di dunia sudah masuk ke peringkat 5 besar dari sisi jumlah dengan total 2.200 usaha startup berdasarkan data startup ranking.  Hal tersebut menjadi bukti masa depan ekonomi digital ada di Indonesia. Selain itu, manfaat bonus demografi lainnya adalah membuat beban hidup menjadi lebih ringan. Sebab, penduduk usia nonproduktif yang harus ditanggung penduduk usia produktif lebih sedikit.  Berbagai dampak positif tersebut bisa kita dapatkan jika dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Jika tidak, hal yang terjadi adalah sebaliknya yakni bencana demografi, tingginya jumlah penduduk usia produktif tentu akan berbanding lurus dengan jumlah angkatan kerja. Artinya apa? kita membutuhkan lapangan kerja dalam jumlah besar. Jika lapangan kerja yang tersedia tidak mencukupi bahkan jauh dari ekspektasi, maka kita akan mengalami ledakan pengangguran. Ketidakseimbangan Sumber Daya Manuasia (SDM) dengan standar kualifikasi juga menjadi mimpi buruk dimasa bonus demografi,  jumlah masyarakat usia produktif yang besar akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan skill yang mumpuni. Ada tantangan yang cukup besar dengan kondisi ini jika demografi usia produktif tidak dikelola optimal.  Solusinya adalah pemerintah sebaiknya terus membenahi sektor-sektor utama penyerap tenaga kerja serta dukungan beragam insentif seperti adopsi teknologi modern, pelatihan, akses pasar dan pengolahan paska panen untuk bidang pertanian.  Untuk sektor industri manufaktur kunci pembukaan lapangan kerja ada di upgrade skill dan penguasaan keahlian terapan tertentu.  Adapun dari sisi investasi, perlu didukung dengan pembukaan kawasan industri serta infrastruktur pendukung. Kejelian pemerintah untuk menangkap peluang emas bonus demografi ini sangat diperlukan, jangan sampai momen ini terlewatkan begitu saja.  Meski demikian, kita tidak bisa bergantung sepenuhnya pada pemerintah, kita juga perlu melakukan berbagai upaya untuk menghadapi persaingan lapangan kerja yang semakin ketat.  Dari sisi hard skill, kita bisa meningkatkan kemampuan personal dengan berbagai cara, seperti mengikuti pelatihan, mengejar pendidikan yang berkualitas, hingga mengambil sertifikasi. Kesempatan ini harus benar-benar dikelola serta diupayakan secara maksimal dengan memanfaatkan windows of opportunity yang ada. Investasi sumber daya manusia dan menciptakan lapangan kerja menjadi kunci penting yang harus dipersiapkan.   Jika momentum ini berhasil diraih maka kesempatan kita untuk menjadi Kabupaten yang lebih maju kian terbuka. Semoga. (* Statistisi Pertama BPS Kab. Berau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: