Melirik Angka Kemiskinan

Melirik Angka Kemiskinan

PANDEMIK COVID-19 yang tak kunjung usai memberikan keresahan tersendiri bagi penduduk. Berbagai sendi kehidupan luluh lantak olehnya, yang entah berapa lama lagi akan mencapai titik akhir. Bagaimanapun, kehidupan harus tetap berjalan di tengah pandemik walaupun bayang kemiskinan masih menghantui.

Sebab, meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk membebaskan diri dari kemiskinan, kenyataan menunjukan bahwa bangsa ini belum bisa melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan seringkali tidak mampu mendorong kemandirian penduduk miskin. Hal ini karena pada umumnya program-program tersebut diberikan kepada penduduk miskin yang tidak memahami bagaimana mereka harus mengelola bantuan yang diberikan. Pendekatan yang demikian belum tentu memberikan hasil yang efektif dan maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk tersebut. Dikarenakan bantuan yang mereka terima tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif yang dapat memberikan dampak keberlanjutan jangka panjang melainkan untuk kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang sering bersifat konsumtif. Namun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa sepenuhnya bahwa program yang diberikan tidak memberikan hasil. Hal ini bisa  disebabkan mereka tidak bisa mengelola dengan baik karena keterbatasan tingkat pendidikan dan pengetahuan. Dampaknya bisa mengakibatkan program pengentasan rakyat miskin yang bersifat pemberdayaan tidak akan berpengaruh banyak dalam mendorong mereka keluar dari kemiskinan. Kemiskinan adalah sesuatu yang sangat multidimensional dan memang sulit untuk diukur. Diantara banyak definisi yang ada, Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung kemiskinan sebagai gejala economic poverty yaitu ketidakmampuan dari sisi ekonomi yang diukur dengan pendekatan pengeluaran makanan, ditambah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar non makanan (pendidikan, kesehatan dasar, perumahan dan sandang). Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada September 2020 tercatat sebesar 243,99 ribu(6,64 persen).  Jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 230,26ribu (6,10 persen), berarti jumlah penduduk miskin secara absolut bertambah sebanyak 13,73 ribu orang dan secara persentase bertambah sebesar 0,54  persen. (Berita Resmi Statistik, Tingkat Kemiskinan Di Kalimantan Timur September 2020, BPS Kaltim, 2021). Jika melihat dari keberadaan penduduk miskin tersebut berdomisili, maka diperoleh bahwa di daerah perkotaan terjadi kenaikan, baik secara absolut maupun persentase. Sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami penurunan. Selama  periode Maret 2020 hingga September 2020 penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 14,84 ribu orang dari 113,27 ribu orang pada Maret 2020 menjadi 128,11 ribu orang pada September 2020 dan secara persentase naik 0,65 persen poin. Penduduk miskin di daerah perdesaan turun sebanyak 1,11 ribu orang dari 116,99 ribu orang pada Maret 2020 menjadi 115,88 ribu orang pada September 2020. Banyak penyebab meningkatnya penduduk miskin di Propinsi Kalimantan TImur, salah satunya adalah terjadi peningkatan Garis Kemiskinan yang tidak dibarengi dengan peningkatan pengeluaran konsumsi penduduk, khususnya pada penduduk berstatus hampir miskin. Kenaikan beberapa harga komoditas yang sering dikonsumsi penduduk seperti beras, rokok kretek filter,gula pasir juga menjadi salah satu penyebab menurunnya daya beli penduduk pada golongan penduduk kurang mampu sehingga penduduk hampir miskin jatuh ke dalam status penduduk miskin. Selama Maret 2020 sampai dengan September 2020, garis kemiskinan naik sebesar 1,11 persen, dari Rp 662.302,- per kapita per bulan menjadi Rp 669.622 per kapita per bulan. Dimana Garis Kemiskinan Makanan (GKM) menyumbang sebesar 70,28 persen terhadap Garis Kemiskinan (GK). Berbagai upaya pengentasan kemiskinan perlu dilakukan secara simultan agar penduduk miskin merdeka dari belenggu kemiskinannya. Program padat karya tunai dengan pemanfaatan dana desa bisa menjadi pendorong dalam mengurangi kemiskinan, terutama di pedesaan. Demikian juga memberikan ruang yang luas dalam inovasi dan kreativitas akan mengangkat harkat martabat negara ini. Pandemik yang hingga saat ini masih berlangsung membuat kita harus berjuang lebih keras untuk terlepas dari belenggu kemiskinan, saat ini kita jatuh tetapi jangan pernah menyerah. Kemiskinan harus segera dientaskan, agar Kaltim bangkit tidak hanya menjadi sekedar semboyan belaka dan Indonesia kembali menjadi Macan Asia. (* Statistisi Pertama_BPS Kabupaten Berau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: