Cegah Stunting dengan B2SH

Cegah Stunting dengan B2SH

TANJUNG REDEB, DISWAY –  Pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) masih menjadi perhatian khusus Kepala Dinas Pangan Berau, Fattah Hidayat.

Dia menjelaskan, pola pangan B2SH merupakan lanjutan dari 4 sehat 5 sempurna. Untuk Bumi Batiwakkal, pola pangan harapan masih mencapai 87 persen, dengan bobot berlebih pada konsumsi karbohidrat. Namun, konsumsi protein belum mencapai 57 persen dan sayur-sayuran hanya mencapai 9 persen dari kewajiban 12 persen. Padahal, konsumsi sayuran dan protein sangat berperan penting untuk pencegahan gizi buruk dan peningkatan kesehatan di tengah pandemik COVID-19. Sementara, pola pangan harapan melalui B2SA bisa mencegah stunting di Kabupaten Berau. “Terbukti, balita kategori stanting tahun 2020 hanya mencapai 15 persen. Jumlah itu menurun drastis dari tahun 2018 sebesar 34 persen,” terangnya. Kendati demikian, stunting masih mengancam balita di Kabupaten Berau. Terutama daerah pesisir, meski sumber protein melimpah. Namun, jarang tersentuh sayuran hijau. “Harapan kami, penerapan B2SH ini sudah berlaku ya, tidak perlu pangan yang mahal,” jelasnya kepada Disway Berau, Minggu (7/3). Sementara, beberapa gerakan untuk keseimbangan pola pangan harapan agar tidak berlebihan pada karbohidrat. Caranya, dengan pemanfaatan potensi pangan lokal pengganti beras, seperti singkong, ubi jalar, sukun. “Jadi masyarakat tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja. Contohnya singkong, daunnya juga digunakan untuk memenuhi serat,” jelasnya. Fattah menambahkan, program pekarangan pangan lestari (P2L) masih terus disosialisasikan, terutama bagi para wanita. Sebab, pekarangan rumah memiliki potensi menghasilkan sayuran untuk membantu pembentukan pola pangan harapan. Sebagai upaya pencegahan penyakit berbahaya atau gizi buruk. “Selain itu sudah ada beberapa contoh peningkatan ekonomi keluarga dari program P2L,” tandasnya. */RAP/JUN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: