Siasat Borneo FC Usai Melepas Dedi Hartono
Liga 1 musim 2020 lalu. Borneo FC Samarinda memiliki pasangan penyerang sayap kanan yang super ideal. Dedi Hartono dan Terens Puhiri. Keduanya saling bahu-membahu membuat barisan serang di sektor kanan begitu menakutkan. Sayang, duet itu hanya berlangsung di 3 laga. Karena musim 2021, Dedi Hartono dipastikan tak lagi jadi bagian dari Pesut Etam.
DUET Dedi Hartono dan Terens Puhiri di posisi penyerang kanan benar-benar unik. Karena keduanya tidak saling melapisi. Tapi melengkapi. Terens punya kecepatan, makanya ia dijuluki The Flash. Umpan krosingnya belum terlalu bagus. Tapi keberaniannya menusuk ke kotak penalti sering bikin bek lawan kocar-kacir. Bahkan ketika ada peluang tembak. Terens tanpa ampun melakukan shots. Yang memang masih perlu banyak perbaikan soal akurasinya.
Terens adalah kombinasi antara pemain sayap klasik dan modern. Andalannya masih umpan silang. Khas penyerang sayap Indonesia. Tapi keberaniannya masuk ke area penalti dan menembak. Itu jarang dipunyai pemain berposisi sama dengannya. Karena tipikal pemain kita, di kotak penalti pun. Para pemain sayap masih lebih senang memberi umpan silang pada penyerang tengah.
Lain lagi dengan Dedi Hartono. Sudah senior, saat ini usianya 33 tahun. Tapi permainan Dedi sangatlah otentik. Tak banyak atau bahkan hampir tidak ada pemain sayap Indonesia yang menyerupai gaya mainnya.
Begini, Dedi tidak punya kecepatan. Lincah juga tidak. Tapi Dedi punya visi bermain yang jelas. Umpan-umpan pendek. Permainan satu-dua jadi kekuatannya. Selepas mengoper, Dedi langsung mencari ruang kosong. Tak berlama-lama memegang bola. Diberikan lagi ke rekannya.
Dan pada momen bagus untuk melepas umpan silang. Dedi tidak menendang bola ke udara. Untuk dijangkau lewat sundulan oleh penyerang tengah. Tapi ia membuat umpan datar.
Dari samping, umpan datar. Pola seperti ini sering bikin tim lawan kelabakan. Barisan bek yang mayoritas pemain tinggi besar. Sering tak siap menghalau bola bawah. Jarang sekali Dedi membuat umpan silang atas. Tahu alasannya?
Suatu ketika, pada nomorsatukaltim.com. Dedi menyebut ia sengaja melakukan itu. Karena dengan bola atas, kemungkinan rekan menjangkau bola lebih kecil. Pertama kalah jumlah. Kedua, bek kebanyakan tinggi.
Tapi dengan umpan datar. Kemungkinan bola terjangkau kawan dan lawan jadi 50:50. Sedikit lebih besar peluang golnya lewat metode itu.
Dengan karakteristik yang berbeda ini. Saat itu, Borneo FC seperti memiliki hal besar di sektor sayap kanan. Terens dan Dedi dengan permainannya yang berbeda. Jadi pelatih punya dua opsi yang berbeda.
Siapa starter siapa pengganti. Akan sama menguntungkan tim. Karena kehadiran keduanya di lapangan dapat memberi warna permainan tersendiri.
Musim lalu, Dedi Hartono bermain di 3 laga. Selama 169 menit. Dua kali bermain dari bangku cadangan. Dan membuat 2 asis. Sementara Terens yang mengalami cedera di laga kedua. Bermain 2 kali selama 61 menit. Dan membuat 1 asis.
Dari 3 laga musim lalu itu. Borneo FC membuat 6 gol. Dan 3 di antaranya dikreasikan oleh Dedi dan Terens. Satu gol dari titik putih. Satu gol bunuh diri bek Persija. Dan satu lagi dikreasikan oleh Fransisco Torres pada gol Javlon Guseynov saat mengalahkan Persipura 2-0 di Stadion Segiri. Pas berbarengan dengan perayaan hari jadi klub yang ke-6.
Sederhananya, dari 6 gol itu. 3 dihasilkan dari sayap kanan. Serta 1 dari area lain. Kalau dihitung dari keseluruhan gol. Maka besaran kontribusi duo Dedi-Terens adalah 50 persen. Tapi kalau dihitung gol dari open play saja. Maka kontribusi keduanya sebesar 75 persen! Aduhai sekali bukan?
Itulah kenapa duet Dedi dan Terens disebut sangat menguntungkan Borneo FC Samarinda. Sayangnya, romantisme duet ini hanya berlangsung di 3 laga itu saja. Musim depan, Dedi tak masuk proyeksi Mario Gomez. Maka kontraknya pun tak diperpanjang. Terens kembali menjadi tumpuan di sayap kanan. Tanpa tandem sepadan. Atau setidaknya, belum diketahui apakah rekan seposisinya nanti bakal segarang Dedi atau tidak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: