Wisata Perbukitan di Samarinda Butuh Perhatian

Wisata Perbukitan di Samarinda Butuh Perhatian

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Wisata perbukitan sebagai destinasi baru ramai bermunculan. Seperti Bukit Lonceng di Samarinda Seberang, Puncak Dabo di Jalan Damai dan Bukit Steling di Selili. Awalnya destinasi itu muncul di sosial media. Kemudian viral. Setelah viral, masyarakat pun tertarik untuk mengunjungi. Fenomena itu disebut dengan digital destination.

Wisata perbukitan itu juga muncul karena situasi pandemi. Masyarakat merasa bosan di rumah saja. Hingga akhirnya butuh hiburan untuk berwisata di alam terbuka. Segelintir orang pun memanfaatkan momentum itu. Pengelola Bukit Lonceng Sahyudin mengatakan, destinasi yang dikelolanya baru dibuka 20 Juni 2020 lalu. "Tetapi saat itu belum viral. Masih sepi. Viralnya Agustus 2020," ungkap Udin, Minggu (14/2/2021) kemarin. Destinasi itu berada di Jalan Dwikora, Kelurahan Mangkupalas. Biasanya masyarakat sekitar menyebut jalan itu dengan nama Gunung RCTI atau Gunung Lonceng. Suasananya sangat adem. Beberapa titik sangat cocok untuk milenial yang ingin berswafoto. Destinasi itu dibangun menggunakan dana pribadi. Bukan dari bantuan pemerintah. "Iya (dana pribadi). Bukan dari pemerintah," terang Udin. Selama 10 tahun pembangunan dilakukan Udin. Bersama rekannya Sayid Gazali Bahasyim. Modal awal yang dikeluarkan sebanyak Rp 1 juta. Bukit Lonceng membiayai operasional dan kebutuhan lainnya dari perputaran uang tiket masuk. Yang satu tiket seharga Rp 5 ribu. "Itu saja diputar-putar," lanjutnya. Jika masuk ke dalam, masyarakat akan disuguhi pemandangan beberapa penjual. Seperti penjual gorengan, minuman, dan makanan ringan. Yang berjualan merupakan warga sekitar. Yang memang menjadi syarat ditetapkan oleh pengelola. "Kalau dari luar (wilayah Jalan Dwikora) tidak boleh. Kenapa? Tujuannya kami (pengelola) ingin membantu meningkatkan ekonomi warga sekitar," jelas Udin. Biaya sewa lahan hanya Rp 3 ribu saja. Baik itu saat penjualan laris manis. Atau pun sepi. Bahkan ada beberapa lahan yang memang digratiskan. Para penjual itu tidak direkrut. Melainkan merekalah yang menawarkan diri untuk bisa berjualan di destinasi wisata tersebut. "Ya (mereka berjualan) juga untuk meramaikan, terbantu sekali karena semuanya dikelola bersama masyarakat sini," beber Udin. Udin melanjutkan, Pemkot Samarinda sudah pernah berkunjung ke Bukit Lonceng. Tepatnya di akhir Juni 2020. Kata Udin, bersama rombongan, Wali Kota Syaharie Jaang mengatakan ingin membangkitkan ekonomi pariwisata Samarinda. Bahkan dirinya dijanjikan untuk dibantu pendanaan juga infrastruktur. Infrastruktur yang dikatakan Udin yakni pembangunan musala. "Tapi belum ada. Ya kita sih maklum saja, kan lagi pandemi juga," tuturnya. Beberapa waktu lalu, Udin mengatakan, Dinas Pariwisata (Dispar) Samarinda rutin mengunjungi tempatnya. Bahkan ada kabar akan ada investor yang ingin berinvestasi di destinasi wisata Bukit Lonceng. "Sebenarnya kita juga berharap. Kalau memang ada investor yang ingin bergabung silakan. Asal memang sejalan dan sepemikiran. Tapi kalau ditanya ingin dapat bantuan dari pemerintah atau tidak, ya mau juga," tandasnya. Menanggapi itu, Kepala Dispar Kaltim Sri Wahyuni menyampaikan, pemerintah tentu sangat ingin memberikan bantuan. Asal tempat wisata itu bisa memenuhi persyaratan tertentu. Seperti, fasilitas produktif wisata destinasi yang akan dilihat selama satu tahun. Lalu, komitmen dari pengelola. Juga dari pemerintah daerah. "Kaitannya, tentu dengan pemeriksaan. Telaah perlu kita lakukan pastinya," ujar Sri. Untuk bantuan promosi, Sri menegaskan hal itu selalu dilakukan. Dirinya mencontohkan, pusat informasi di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan menyediakan hal tersebut. Tetapi, informasinya bergilir. Alias ada antrean untuk mempromosikan sebuah destinasi. Karena destinasi wisata di Bumi Mulawarman sangat banyak. "Kita tayangkan, kita rangkul semua, tapi bergilir," tambah Sri. Kadispar Kota Samarinda I Gusti Ayu Sulistiani juga memberikan komentar. Diakui, memang banyak destinasi baru bermunculan di masa pandemi. Dispar, dalam hal ini akan memberikan penilaian. Seperti seberapa rutin sebuah destinasi dikunjungi. "Hingga akhirnya, Pemkot Samarinda menunjuk tempat-tempat itu sebagai destinasi baru," ucapnya. Kata Ayu, destinasi-destinasi wisata di Samarinda akan lebih diperhatikan. Contohnya, seperti wisata Susur Sungai Mahakam. Yang saat ini dalam proses pembangunan. Berdasarkan pengalaman Dispar Samarinda, wisata itu menjadi nilai plus bagi wisatawan lokal. Atau wisatawan domestik yang melakukan perjalanan wisata ke Samarinda. Selain itu, Mahakam Lampion Garden (MLG) juga menjadi perhatian. Kata Ayu, tempat tersebut masih menarik bagi orang Samarinda untuk dijadikan tempat menghabiskan waktu liburan. Suasananya yang mengandalkan pemandangan lampu-lampu. Dinilai sangat estetik jika dipandang malam hari. "Dan itulah yang dibutuhkan masyarakat Samarinda, biar rileks," celetuknya. Ayu melanjutkan, memang di Samarinda belum ada destinasi wisata dengan wilayah yang besar. Maka upaya untuk ditingkatkan baik kualitas wisata dan lainnya pun perlu. Beberapa contoh yang disebutkan di atas, akan rutin ditinjau. Tujuannya tak lain agar pengelolaan bisa berjalan dengan baik."Targetnya biar ada destinasi baru lagi, kunjungan meningkat juga. Itu pasti memberikan dampak positif," pungkas Ayu mengakhiri. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: