Produksi Lebih Murah, PHM Operasikan Sumur tanpa Rig

Produksi Lebih Murah, PHM Operasikan Sumur tanpa Rig

Accommodation working barge Seahaven-7  PT Roylea untuk Rigless GP Project sedang alongside di depan sumur trial Rigless GP Project. (ist) Balikpapan, DiswayKaltim.com – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) mulai mengoperasikan teknologi baru untuk menggarap sumur-sumur produksi di wilayah kerjanya. Anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia itu sukses mengembangkan penggunaan Hydraulic Workover Unit (HWU). Teknologi ini sebagai alternatif pengganti rig untuk pemasangan teknologi komplesi (completion) sumur. Dengan filter kepasiran, yaitu Multi Zone Single Trip - Gravel Pack (MZST–GP). General Manager PHM John Anis mengatakan, inovasi yang dibuat para engineer PHM itu sangat membanggakan. Karena operasi pemasangan sistem MZST-GP baru pertama kali dilakukan. “Penggunaan teknologi baru itu dalam upaya mengefisienkan biaya pengerjaan sumur-sumur produksi yang semula menggunakan rig menjadi tanpa menggunakan rig (rigless),” ujarnya, Selasa (24/9/2019). Selain mengupayakan efisiensi, PHM melalui pengembangan berbagai inovasi juga berupaya melawan tren penurunan produksi secara alamiah di wilayah kerja Mahakam. “Dan yang paling utama, kami tidak boleh sedikit pun mengorbankan aspek keselamatan,” kata John Anis. Operator wilayah kerja Mahakam dengan dukungan SKK Migas itu melakukan uji coba di sumur produksi TN-AA371. Sumur di Lapangan Tunu itu berpotensi mengalami masalah kepasiran. Pada uji coba itu PHM mampu menghemat biaya MZST–GP hingga 37 persen. Atau setara dengan USD 340.000 lebih murah dibanding penggunaan rig konvensional untuk operasi yang sama. Sejauh ini metode rigless masih terus dikembangkan dan diuji oleh tim PHM. Namun John Anis berharap dengan berbagai inovasi lainnya, metode rigless ini bisa berkontribusi untuk tercapainya penurunan biaya sumur hingga 40 persen untuk area rawa-rawa (swamp) Delta Mahakam. Dan 50 persen untuk area lepas pantai (offshore) di tahun 2020. Teknologi MZST-GP telah diaplikasikan pada 170 sumur di Lapangan Tunu. Atau sekitar 10 persen dari jumlah sumur di lapangan gas tersebut yang berpotensi mengalami masalah kepasiran. Namun pemasangan MZST-GP selama ini masih menggunakan rig. Sehingga biaya komplesi relatif lebih mahal dibandingkan HWU. Diskusi ujicoba metode HWU ini telah dimulai sejak November 2018. Dilanjutkan dengan berbagai persiapan intensif pada awal 2019. Dan kegiatan pengerjaan sumur dilaksanakan pada Juni 2019 lalu. “Keberhasilan ini merupakan sebuah tonggak sejarah, mengingat sistem MZST-GP ini tergolong teknologi komplesi yang sangat kompleks dan instalasinya melibatkan banyak pihak. Dan yang terpenting, kami menemukan metode untuk mengurangi pemakaian rig sehingga signifikan memangkas biaya sumur,” tambah John Anis. HWU dipilih sebagai alternatif karena merupakan sebuah unit yang mandiri, portable, dan dapat dipasang pada sebagian besar kepala sumur. Beberapa perlengkapan yang selama ini ada di rig, disesuaikan untuk dipasang di HWU agar mampu mentransmisikan semua beban dorong/tarik melalui struktur yang ada di unit ke kepala sumur. Tanpa menggunakan sistem top drive yang biasa terdapat  pada rig konvensional. Karena unit HWU berukuran kecil (small footprint) dan cocok dioperasikan di lokasi yang sempit seperti di area rawa. Berkat keberhasilan uji coba ini, PHM meneruskan studi untuk memperluas variasi kegiatan operasi pengerjaan sumur tanpa rig (rigless). Di antaranya Rigless Workover (sedang dilaksanakan di Lapangan Tunu, Tambora dan Handil, mau pun offshore). Dan Offline Well Sidetrack Preparation (akan dilaksanakan dalam waktu dekat), Rigless Completion, dan Rigless Drilling. (*/k/fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: