Jalan Poros Samarinda-Balikpapan Terus Longsor
Kerusakan jalan poros Samarinda-Balikpapan terus terjadi. Pemerintah memerlukan puluhan miliar untuk memperbaiki. Warga dan dunia usaha menjerit karena merugi. Sampai kapan terus begini?
nomorsatukaltim.com - Awal tahun ini, Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur menemukan sembilan ruas jalan longsor di poros Balikpapan-Samarinda. Satu yang paling parah ada di kilometer 7, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara. Nyaris separuh badan jalan poros Samarinda-Balikpapan itu ambrol, sehingga hanya bisa dilintasi kendaraan jenis city car. Untuk menangani kerusakan ini, BBPJN menargetkan perbaikan satu bulan. “Paling tidak sampai berbentuk jalan semi permanen, yang bisa dilalui kendaraan dengan dua lajur,” kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BBPJN Kaltim, Achmat Fajar, kemarin. Longsor di kawasan ini paling parah sehingga memerlukan penanganan darurat. Selain gangguan kepada pengguna jalan, empat kepala keluarga terdampak. Untuk itu, Achmat Fajar menjelaskan, ada dua kegiatan yang akan dilakukan terhadap lokasi itu. Pertama mengembalikan badan jalan, dalam bentuk semi permanen dengan mengamankan titik air, melalui drainase sementara. Lalu melebarkan badan jalan, dengan menambah sekitar 2 meter. Tujuannya supaya dapat segera dilalui kendaraan. Berikutnya, penanaman tiang pancang, mini pile di dasar longsoran sedalam 40 meter. Untuk memotong bidang gelincir longsoran. "Kami akan melebarkan dulu badan jalan supaya bisa digarap semi permanen," ujarnya. Selama pengerjaan, hanya kendaraan maksimum 6 ton yang diberikan akses lewat jalan poros Samarinda-Balikpapan. Sedangkan kendaraan dengan beban lebih dari itu. BBPJN akan berkoordinasi dengan pihak terkait melihat situasi di lokasi. Lebih lanjut Fajar menjelaskan, penanganan permanen terhadap titik longsor itu butuh waktu lebih lama. Yakni satu bulan untuk proses lelang dan tender. Yang jadi satu paket dengan penanganan empat lokasi lainnya. Yaitu di km 14, km 22, km 23 dan km 2,3. "Empat lokasi itu sedang kami gambar. Setelah itu gambar dipermanenkan. Lalu dilelang dalam satu paket," ungkap Fajar. Soal anggaran, BPPJN belum bisa memastikan besarannya. karena baru akan terlihat setelah gambar rancangan desain diselesaikan. Saat ini BBPJN hanya menganggarkan Rp 1 miliar untuk dana taktis yang akan digunakan satu bulan ke depan. Dalam pernyataan malam tadi, BPPJN akan memprioritaskan lokasi longsoran yang sudah mengalami konsolidasi badan jalan, terutama pada km 7 dan km 14. “Disarankan agar secepatnya dikerjakan,” kata Fajar. Soal penyebab longsor yang sering kali terjadi, hasil penyelidikan BPPJN menyebut akibat intensitas hujan dan tanah berjenis sands clay, atau lempung berpasir yang mudah bergerak. Berdasarkan identifikasi BBPJN, terdapat sembilan titik longsor sepanjang jalan nasional yang menghubungkan Balikpapan-Samarinda itu. Yang semuanya akan ditangani tahun ini. Empat di antaranya, sudah tahap lelang. Dan akan dilakukan tender pada Rabu (20/1), hari ini. Sementara lima titik longsor lainnya, dalam tahap perancangan detail engineering design (DED). BBPJN menarget akan merampungkan DED dalam waktu dua minggu. Kemudian dilanjutkan proses lelang proyek. "Kami sudah melakukan penyelidikan tanah. Insyaallah dalam dua minggu selesai kami gambar desain," imbuh Achmat Fajar. Kepala Dinas Perhubungan Kaltim, AFF Sembiring mengatakan pemerintah akan melakukan penanganan secepat mungkin. “Tapi karena jalan itu berstatus jalan nasional, maka upaya perbaikan sepenuhnya menjadi wewenang BBPJN Kaltim,” kata Sembiring. Soal keselamatan pengguna jalan, pemerintah akan melakukan pengalihan jalur kepada kendaraan tertentu. "Yang dialihkan kendaraan niaga, atau kendaraan berat angkutan logistik. Kendaraan pribadi saya kira masih bisa lewat," ujarnya. Sementara Kepala Badan Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Aviv Mukti, mengungkap kelas jalan Soekarno Hatta maksimal menanggung beban 8 ton. Sehingga, kendaraan dengan beban di atas 6 ton kemungkinan akan dialihkan. Sedangkan kendaraan yang Over Dimensi dan Over Load (ODOL), dipastikan tidak melalui jalur tersebut. Terutama saat ada proses pengerjaan atau pemulihan kondisi badan jalan oleh BBPJN. "Kita harus memperhatikan keselamatan pekerja. Di satu sisi juga harus menjaga kelancaran logistik," tukas Aviv.REKAYASA LANTAS
Direktur Lalu Lintas Polda Kaltim, Kombes Pol Singgamata mengatakan polisi akan menerapkan sistem buka-tutup selama perbaikan dan pemulihan kondisi badan jalan. “Itu sebagai rencana tindak lanjut jangka pendek. Khusus kendaraan berat akan diatur langsung Kasat Lantas di Polres Kukar," paparnya. Rekayasa lalu lintas, berupa tutup alih atau buka tutup, akan dilakukan untuk kendaraan pribadi dan kendaraan bermuatan dengan beban maksimal 6 ton. Sementara rekayasa manajemen pengalihan arus. Akan diberlakukan terhadap kendaraan besar. Dengan beban di atas 6 ton. "Akan segera dicarikan jalan alternatif atau lewat jalan tol," terangnya. Singgamata mengaku telah menghubungi Direktur Utama PT Jasamarga Balikpapan Samarinda untuk meminta keringanan biaya bagi kendaraan berat yang melintas selama proses perbaikan. "Saya sudah telepon pengelola jalan tol. Ada peluang. Nanti tinggal bersurat. Gubernur atau Kapolda. Akan dikoordinasikan lebih lanjut," terangnya. Jika opsi tersebut disetujui, kendaraan berat akan dialihkan melalui jalan tol. Pada waktu-waktu tertentu. Terutama pada saat terjadi hujan dan ketika BBPJN sedang melakukan pengerjaan terhadap titik jalan longsor. Karena menurutnya, akan ada biaya yang ditanggung kendaraan angkutan logistik yang rata-rata berukuran besar. Sebab Jalan Soekarno Hatta adalah Jalan Nasional. Jalur logistik. Jangan sampai pengerjaan konstruksi mengganggu alur lalu lintas, ekonomi dan logistik. Sementara rencana tindak lanjut jangka panjang, pihaknya akan mengawal penyelesaian proyek perbaikan jalan longsor tersebut. "Supaya jangan ada kendala dari siapapun. Jangan ada yang menghambat kebutuhan masyarakat yang lebih luas," pungkasnya. Kapolres Kukar, AKBP Irwan Masulin Ginting menyebut sejak awal telah mengerahkan anggota untuk mengawasi lokasi longsor di Kelurahan Purwajaya itu. "Sementara ini kita memberi imbauan agar kendaraan berat tidak melintas. Ada pengamanan jalur 24 jam. Selain itu kita lakukan langkah-langkah koordinasi yang diperlukan," sebutnya. Berdasarkan data BPPJN Kaltim, lokasi longsor terbanyak berada di sepanjang kilometer 38 Kecamatan Samboja, sampai Kecamatan Loa Janan. Total kerusakan jalan mencapai 556 meter. Sedangkan satu longsoran, ada di Jalan Soekarno Hatta Balikpapan sepanjang 35 meter. BPPJN memperkirakan butuh anggaran Rp 50 miliar untuk memperbaiki kerusakan itu. (data lengkap, lihat grafis)MOBILITAS USAHA TERGANGGU
Imbas longsor ruas jalan poros Samarinda-Balikpapan yang terjadi dua pekan lalu tidak hanya dirasakan warga setempat. Para pelaku usaha turut merasakan dampaknya. Wakil Ketua Umum Bidang Konstruksi dan Infrastruktur Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim, Heru Cahyono mengatakan mobilitas usaha terganggu. “Baik dalam pengiriman barang dan jasa, maupun mobilitas sehari-hari,” kata dia. Karena selama ini, jalan poros Samarinda-Balikpapan itu menjadi akses utama jalur transportasi. Meski pun sudah ada jalur alternatif baru melalui jalan tol. "Poros Samarinda-Balikpapan itu akses vital. Kalau pun ada tol, prinsipnya hanya opsi. Itu pun berbayar dan lumayan mahal. Dari sisi pengusaha pasti berat," ucap Heru, Selasa (19/1/2021). Apalagi di tengah kondisi pandemi seperti sekarang. Pengusaha harus super berhemat dalam mengatur pengeluaran bisnis. Di tengah situasi ekonomi yang sedang melemah di tengah wabah. Ia berharap pemerintah segera memperbaiki kondisi jalan longsor ini. Sehingga arus pengantaran barang dan jasa kembali normal. "Ini kan sudah lama ya, dalam konteks ini, seharusnya BPPJN bertindak cepat," imbuhnya. Kadin mengaku masih menghitung pembengkakan biaya yang dikeluarkan para pelaku usaha jasa logistik atas kerusakan jalan ini. Menurut Heru, bencana longsor memang menjadi masalah klasik di lajur jalan poros Samarinda-Balikpapan. Banyak titik potensi longsor sepanjang jalur yang menghubungkan dua kota itu. Dalam kondisi tersebut, pemerintah seharusnya sudah memiliki upaya antisipasi. Sehingga ketika longsor terjadi. Penanganan bisa dilakukan secara cepat dan tepat. "Memang serba salah. Kalau antisipasi pasang turap jalan sebelum longsor misalnya, nanti dibilang boros anggaran. Akhirnya ya.. hanya menunggu ketika longsor saja baru diperbaiki," ucap Heru. Meski begitu, sejak adanya alternatif baru Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam). Konsentrasi lalu lintas kendaraan mulai terbagi. Sebagian kendaraan beralih memilih jalur bebas hambatan melalui jalan tol. Kondisi di tengah pandemi, juga sedikit mengurangi mobilitas warga untuk bepergian. Sehingga, kondisi jalan poros Samarinda-Balikpapan sedikit lebih lengang. Namun, Heru mengatakan fenomena itu tidak seharusnya menjadi alasan molornya perbaikan. Pembenahan jalan harus menjadi prioritas. Apalagi, kendaraan bermuatan berat yang mengangkut logistik dan kebutuhan pokok masih banyak yang melintas di jalur itu. "Saya rasa, tinggal kemauan pemerintah saja. Sekarang kan sudah zamannya kerja cepat. Alat berat dan fasilitas lain juga tersedia. Tinggal dikerahkan," kata Heru. Otoritas sudah tahu penyebab longsoran, Kaltim juga tak kekurangan ahli konstruksi. Hanya saja, kata Ketua DPP Apindo Kaltim, Slamet Brotosiswoyo, pemerintah perlu memastikan pembangunan infrastruktur publik berkualitas. Sehingga dana perbaikan bisa dialihkan untuk membangun infrastruktur lain. “Bisa dipakai membuat jalan baru yang tentu akan lebih bermanfaat,” katanya. Di kalangan pengusaha konstruksi, sudah lama muncul guyonan ‘proyek mencari cincin permaisuri’. Istilah ini untuk merujuk proyek yang tak akan pernah selesai. Contohnya: perbaikan jalan. (das/krv/yos)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: