Rumah Sakit Penuh, Solusinya Tambah Kapasitas Ruangan
Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Rumah sakit rujukan pasien COVID-19 hampir penuh. Pemkot Balikpapan sedang mencari jalan keluar. Salah satu opsinya adalah menambah kapasitas ruangan perawatan.
Hingga kemarin, pasien yang dirawat sudah berjumlah 423 orang. Sementara kapasitas seluruh tempat tidur, ruang isolasi dan ruang ICU berjumlah 459 tempat tidur. Dari 37 tempat tidur di ruang ICU, sudah terisi 33. Sisanya empat tempat tidur diperuntukkan untuk pasien bayi dan anak-anak. "Seperti itu kondisinya. Sudah ada penambahan Rumah Sakit Medika Utama dan Rumah Sakit Angkatan Udara Dhomber untuk merawat pasien COVID-19," ujarnya, Selasa (19/1/2021). Dengan penambahan dua rumah sakit. Maka jumlah rumah sakit rujukan berjumlah 11. Rumah sakit yang lebih dulu menerima pasien COVID-19 adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Beriman Balikpapan, RS Siloam, Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD), RS Hermina, RS Restu Ibu, RS Dr R Harjanto (RS Tentara), RS Bhayangkara dan RS Balikpapan Baru. Rizal menyebut, wacana penambahan rumah sakit darurat bukan solusi yang tepat. Sebab pembangunannya memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Sementara kondisi kas daerah sangat terbatas. "Bukan hanya tempatnya saja (pemilihan lokasi pembangunan) tapi masalah tenaganya, peralatannya," ujarnya. Sehingga upaya yang bisa dilakukan saat ini adalah penambahan ruang dan tempat tidur di rumah sakit di Balikpapan. "Ini kan rumah sakit Kanujoso sudah meminta persetujuan gubernur. Karena penambahan ruang memerlukan penambahan biaya. Itu jauh lebih memungkinkan dari pada kita membuat rumah sakit darurat," katanya. Hal itu berbeda jika dibandingkan dengan daerah lain. Contohnya DKI Jakarta yang bisa membuat rumah sakit darurat. "Begitu membuat rumah sakit darurat harus sudah ada tenaganya (tenaga medis). Kalau kita ini tenaga mana yang harus diambil. Tenaga di rumah sakit saja sudah mulai berkurang. Tidak gampang cari perawat, dokter juga sudah banyak yang terkonfirmasi positif," katanya. Begitu juga dengan upaya alternatif lainnya. Yakni tenda darurat. Hanya saja keberadaan tenda darurat diperuntukkan untuk mengakomodir pasien dengan gejala ringan seperti Orang Tanpa Gejala (OTG). Bukan untuk pasien dengan gejala berat. "Banyak OTG yang ditangani marah. Katanya tidak ditangani. Padahal OTG memang cukup isolasi mandiri," tutupnya. (ryn/eny)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: