Kendaraan Listrik Kian Menarik

Kendaraan Listrik Kian Menarik

Para produsen kendaraan listrik mulai berani melakukan ekspansi ke Kalimantan Timur. Tahun ini setidaknya dua merek motor listrik memasarkan produknya di Balikpapan dan Samarinda. Di Jakarta, seorang warga menjadi perbincangan publik karena memesan mobil listrik melalui marketplace.

nomorsatukaltim.com - Awal tahun ini, motor listrik buatan dalam negeri, Gesits, gencar dipasarkan melalui pameran di pusat-pusat perbelanjaan. Kendaraan yang dibuat PT Wijaya Manufakturing itu berhasil memikat sejumlah warga Balikpapan. Diproduksi perusahaan patungan yang dibentuk lewat anak usaha WIKA, PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi, bersama PT Gesits Technologies Indo (GTI), Gesits dilepas dengan harga Rp 29 juta (On The Road-OTR Balikpapan). Kendaraan ini diklaim mampu berakselerasi dari nol sampai 50 kilometer per jam hanya dalam waktu 5 detik. Modelnya mirip motor matik asal Jepang. Selain Gesits, pemain lain yang melirik Kaltim ialah Auto Electric Bike. Merek asal Tiongkok ini diboyong ke Indonesia atas kerja sama PT Alma Madani dan PT Borneo Trans Automotive. Menurut Direktur Borneo Trans Automotive, Joko Purwanto, empat seri sepeda motor listrik ini telah diluncurkan tahun lalu di Pulau Jawa. “Saat ini sudah persiapan untuk wilayah Kaltim. Lagi cek ekspedisi (jasa pengiriman),” kata Joko Purwanto. Dibandingkan Gesits, harga jual merek ini jauh di bawahnya. Menurut Joko Purwanto, selain lebih murah, ada jaminan garansi spare part, dan baterai. “Minimal 500 unit akan datang di Kaltim,” ujarnya. Selain kendaraan roda dua, pabrik kendaraan roda empat semakin gencar memasuki pasar Indonesia. Tahun lalu saja ada empat ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) yang memboyong mobil listrik ke Indonesia. Di antaranya PT Nissan Motor Indonesia yang menghadirkan Nissan Kicks e-POWER seharga Rp 450 jutaan. Kemudian PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) yang memboyong dua seri mobil listrik, yakni Hyundai Ioniq EV dan Kona Electric. Dua seri itu dilepas seharga Rp 600 jutaan. Sementara PT Toyota Astra Motor (TAM) merilis mobil listrik pertamanya, yakni Lexus UX 300e dengan banderol Rp 1,245 miliar berstatus CBU dari Jepang. Tak kalah menariknya ialah Tesla yang menghadirkan tiga model, Tesla Model 3, Model S, dan Model X yang memiliki harga di atas Rp 1,5 miliar.

KESIAPAN KALTIM

Pengusaha sekaligus pegiat otomotif, Gatotkoco mengatakan kendaraan listrik akan menjadi tren di dunia otomotif Indonesia. Termasuk di Kalimantan Timur. Perlahan namun pasti, akan menggeser kendaraan konvensional di masa depan. Hal ini didukung oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih. Dan meningkatnya kesadaran lingkungan. "Dibandingkan kendaraan yang menggunakan BBM, kendaraan listrik per kilometernya lebih hemat. Walaupun, cost awal memang lebih mahal," ujar Gatot kepada Disway-Nomor Satu Kaltim, Senin (11/1/2021). "Akumulasi lebih hemat untuk jangka panjang. Minimal setahun baru dirasakan penghematannya," sambungnya. Menurut Gatot, kendaraan listrik memang memiliki banyak keunggulan. Selain bebas polusi. Kendaraan listrik juga dinilai lebih hemat. Kendaraan listrik yang berbahan dasar baterai, sebagai sumber energi. Diklaim sangat ramah lingkungan. Karena tidak mengeluarkan emisi yang menyebabkan polusi udara. Dan meminimalisasi penggunaan energi minyak bumi yang semakin menipis. Ketua Indonesia Offroad Federation (IOF) Balikpapan itu menyebut minat masyarakat Kaltim terhadap kendaraan listrik memang meningkat. Kampanye penggunaan kendaraan listrik pun terus disosialisasikan. Bahkan pemerintah mencanangkan, transportasi di kawasan ibu kota negara baru menggunakan kendaraan listrik. Mahalnya biaya pembelian kendaraan listrik ini, kata Gatot. Karena unsur pendukungnya yang belum tersedia. Seperti stasiun pengisian baterai. Dan mahalnya harga stok baterai kendaraan listrik. Karena mahalnya biaya awal itu lah, kendaraan listrik mayoritas baru dinikmati masyarakat kalangan menengah atas. Menurut Gatot, penggunaan kendaraan listrik harus didukung oleh sumber energi  panel surya. Hal ini, dinilai akan lebih menghemat biaya untuk memasok pengisian daya kendaraan listrik. Serta antisipasi listrik yang sering mati. Sayangnya, teknologi panel surya ini pun. Belum berkembang masif di Indonesia. Sehingga penggunanya belum optimal. "Kendaraan listrik lebih ideal pakai solar panel. Saya lagi pelajari investasi solar panel ini. Dan sama, mahal di awal juga," ungkap Gatot. Untuk itu, kampanye penggunaan panel surya sebagai unsur pendukung kendaraan listrik ini. Harus didukung penuh oleh pemerintah. Pemerintah bisa memulai dengan pengadaan fasilitas panel surya. Dan fasilitas armada kendaraan listrik di kantor-kantor pemerintahan dan BUMN. Sembari mengedukasi masyarakat keunggulan kendaraan listrik. "Saya rasa, semakin lama (kendaraan listrik) akan diterima. Sama kaya matik juga kan dulu. Sekarang siapa pun sudah pakai matik," ucap Gatot. Pada kondisi alam wilayah Kaltim pun. Gatot menyebut kendaraan listrik tetap aman digunakan. Bahkan, kendaraan listrik diklaim lebih mampu bertahan untuk menerjang banjir. Dibanding kendaraan konvensional. Sistem perangkat kendaraan listrik relatif aman digunakan untuk menerjang banjir.  Karena memiliki International Protection (IP) rating system. Yakni rating mengenai ketahanan perangkat terhadap kebocoran air. "Pada batas tertentu, mobil listrik terendam air masih aman, karena ada teknologi waterproof yang bikin kedap. Seperti GoPro, nyelam berapa meter di air kan bisa. Itu kan pakai baterai juga," pungkasnya.

SUMBER ENERGI

Komponen yang paling penting dalam mendukung pertumbuhan kendaraan listrik ialah pasokan listrik itu sendiri, dan baterai. Khusus untuk listrik, masyarakat di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara tak perlu khawatir, karena energi listrik di daerah ini berlimpah ruah. Berdasarkan data PLN Kaltimra, PLN di provinsi memiliki kemampuan produksi sebesar 1.007 megawatt (Mw). Sementara beban puncak ‘hanya’ 516,79 Mw. Sehingga PLN memiliki cadangan atau surplus energi sebesar 50 persen. Terkait kendaraan listrik, secara nasional, PLN menargetkan membangun 60 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum atau SPKLU tahun ini dengan investasi sekitar Rp 400 juta per unit. Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLN tak hanya membangun charging station untuk umum, PLN juga menyiapkan alat pengisian daya di rumah rumah pelanggan.  Perusahaan setrum pelat merah ini juga bakal memberikan diskon 30% bagi pelanggan yang mengisi daya kendaraan listrik di malam hari. "Karena apa, pembangkit kami kalau siang hari itu kerja keras. Tetapi kalau malam hari pembangkit kami nganggur. Untuk itu di malam hari kami berikan diskon," ujar Darmawan dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (4/1/2021). Stasiun pengisian kendaraan untuk umum nantinya akan dibangun menjadi satu sarana terpadu. Selain untuk tempat pengisian daya, SPKLU akan didesain khusus sehingga membuat nyaman, seperti dalam bentuk kafe dengan menyediakan jaringan internet. Berdasarkan roadmap, pembangunan pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) membutuhkan investasi sebesar Rp 309 miliar pada 2020 yang kemudian meningkat hingga Rp 12 triliun pada 2030. "Naik drastis di 2030 yakni Rp 12 triliun untuk bangun 7 ribu SPKLU," kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi beberapa waktu lalu. Sedangkan kebutuhan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) diproyeksikan mencapai 22.500 unit pada 2035. Sementara berkaitan dengan baterai, Direktur Industri Logam Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Budi Susanto mengatakan, RI memiliki sumber bahan baku penyusun baterai lithium. Seperti nikel, cobalt, mangan, alumunium dan ferrum yang cukup melimpah. Direktur Jenderal ILMATE Kemenperin, Taufiek Bawazier menyatakan, usia baterai listrik bisa mencapai 10-15 tahun. Artinya, sepuluh tahun ke depan perlu dipersiapkan fasilitas daur ulang (recycling). Untuk memperoleh nilai tambah baru. Berupa material seperti lithium, nikel, cobalt, mangan dan copper. Asal tahu saja, di Indonesia saat ini ada 3 jenis kendaraan listrik yang tersedia. Yaitu Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) yang menggunakan dua sumber energi. Baterai dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Serta Battery Electric Vehicle (BEV) yang sumber tenaganya hanya mengandalkan baterai saja. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat. Berdasarkan data pasar otomotif Indonesia, pada 2019 lalu kendaraan hybrid HEV terjual sebanyak 685 unit, danplug-in hybrid PHEV 20 unit. Sedangkan  mobil listrik BEV, tak satu unit pun yang terjual. Baru lah pada periode Januari - Oktober 2020,  penjualan mobil listrik BEV di Indonesia mulai meningkat. Gaikindo mencatat, selama 10 bulan pertama di tahun 2020 itu, mobil listrik BEV terjual sebanyak 250 unit. (krv/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: