“Belum Apa-Apa, tapi Kami Bangga”

“Belum Apa-Apa, tapi Kami Bangga”

Harian Disway Kaltim berusia 1 tahun 23 Desember lalu. Masih bayi, belum apa-apa, tapi kami bangga.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com  - Saya sedang menunggu kawan lama di sebuah kedai kopi. Ralat; ia atasan saya dulu. Tapi, tidak salah juga disebut kawan. Ya karena sosoknya yang begitu humble-pun sama anak buahnya. Hari itu adalah janji temu setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Katanya akan ada sebuah project besar. Memang begitu biasanya kalau ia menghubungi saya. Ada saja yang kami kerjakan. Kalau ajakan ngopi-ngopi saja, dua hari kemudian baru pesan instan yang saya kirim berbalas. Hehehe.. Saya sengaja datang 30 menit lebih awal dari jam yang dijanjikan. Sudah kebiasaan. Ditambah rasa penasaran. Project apa sih, kok sepertinya penting sekali? Sampai-sampai harus “booking” jadwal saya dua hari sebelumnya. Hahaha… Setibanya ia langsung menyapa. Memanggil saya dengan sapaan khas dulu. Yang sepermainan pastilah sudah tahu. “Kita akan bikin koran baru,” sebutnya, setelah menyeruput kopi susu seduhan Vietnam Drip kesukaannya. “Serius, Bos?” Tentu saja saya paham kalau ini serius. Hanya sekadar ingin menegaskan. Rasanya tak pernah ia main-main berucap. Bahkan bercanda saja dia serius. Lalu, kenapa ada kata “kita”. Lagi-lagi ia serius soal ini. Kita, yang artinya juga saya, akan terlibat dalam project ini. Walau dia belum mengutarakan itu. Huuh.. Kopi gelas kedua saya pesan. Sembari mendengarkan ia bercerita. “Kamu gabung ya”. Kata-kata itu akhirnya keluar juga. Saat saya belum sempat menyesap kopi yang baru disajikan. “Saya minta waktu”. “Oke, setelah saya ke toilet, sudah ada keputusan”. Gelas kopi yang mendarat di bibir belum saya taruh. Ia sudah berlalu. Artinya, satu setengah menit waktu tersisa. Untuk membuat keputusan besar. Bukan apa-apa. Waktu itu saya juga masih bekerja. Juga sedang menunggu proses rekrutmen di sebuah perusahaan. “Masa iya..ah sudahlah”, gumam saya. Yang kemudian kami “tos” sekembalinya ia dari toilet. Pertanda saya bergabung. Yang saat itu saya masih berpikir. Sepertinya saya dikalahkan waktu. Obrolan kemudian berlanjut. Membahas apa saja yang akan kami lakukan esok. Tentu saja harus dilakukan cepat. Kalau tidak, akan dipaksa kalah oleh waktu. Baru kemudian saya tahu, bahwa harian ini diawali dengan media online. Yang ternyata juga sudah dibuat: www.diswaykaltim.com. Itu nama awalnya. Yang kini sudah berganti menjadi www.nomorsatukaltim.com. Yang saat itu belum punya wartawan. “Jadi, kapan mulai liputan?”. “Besok”, tantangan saya dijawab cepat. Dua bulan berlalu setelah pertemuan pada Juni 2019 itu. Disway kala itu sudah punya 3 kontributor. Kerja selanjutnya adalah menyusun format media cetak. Yang sedari awal memang ini tujuannya. Disway akan melayani segmen ini. Yang kata orang-orang: sudah tidak laku. Semua serba digital. Serba online. Termasuk soal membaca berita. Lah, Disway kan memulai dengan online. Keragaman platform memang yang sejak awal sudah direncanakan. Memaksimalkan semua lini. Membuat koran, atau kami menyebutnya harian, bukan perkara mudah. Butuh investasi besar. Lalu berbicara produk. Perwajahan adalah hal mutlak bagi media cetak. Daya tarik awal sebelum membaca isinya. Siapa yang akan mengerjakan ini? Disway ingin memulai semuanya dari nol. Meski harus merekrut anak-anak muda tanpa pengalaman- bahkan ada yang baru lulus sekolah. Jadilah bulan ketiga dan seterusnya menjadi masa penggemblengan 4 anak muda. Yang tidak punya background desain koran sama sekali. Bayangkan mendesain satu halaman saja menghabiskan waktu 3-4 jam. Bagaimana dengan 16 halaman. Bisa dibayangkan. Tapi Dery, Fuad, Febri dan Hafizh-nama terakhir kini menjadi fotografer- punya semangat belajar tinggi. Mereka tertantang. Setiap hari belajar. Memperbaiki catatan waktu mereka menyelesaikan desain satu halaman. Meski sudah sebulan sejak Agustus itu masih saja lambat. Hahaha.. Kami semua (lagi-lagi) berkejaran dengan waktu. Oktober ditentukan Disway Kaltim akan cetak perdana. Mesin akan segera tiba awal Oktober. Hanya butuh seminggu merakit hingga mesin bisa digunakan. Tim redaksi lah yang paling deg-degan. Meski komposisi wartawan dan redaktur saat itu dirasa cukup. Persoalan ada di pra-cetak. Tim desain kreatif belum siap. Benar-benar belum siap. Masih butuh 2 jam untuk menyelesaikan satu halaman. Sementara kalender sudah September. Angin berubah. Disway Berau-Kaltara didahulukan naik cetak perdana. Yang tadinya ingin sama-sama. Sekadar informasi, Disway Berau-Kaltara berada di bawah jaringan Disway Kaltim. Yang menginduk dalam jaringan Disway News Network. Yang dibina Dahlan Iskan dan Zainal Muttaqin sebagai penasehat. Bertepatan hari lahir Kabupaten Berau, 15 September 2019 lalu, momen bersejarah itu tiba. Disway Berau-Kaltara lahir. Hadir dengan perwajahan ciamik. Liputan perdana kala itu mengulas potensi wisata. Menyajikan data grafis dengan ilustrasi menarik. Menyegarkan mata. Belakangan, performa inilah yang melecut semangat tim layout Disway Kaltim. Yang juga sengaja “dibakar” jajaran manajemen. Kembali ke Disway Kaltim. Kabar akan cetak Oktober pun mundur. Mesin cetak masih tertahan di Jakarta. Di Pelabuhan Tanjung Priok. Ada persoalan teknis yang harus diselesaikan. Perpanjangan waktu ini kami gunakan mematangkan tim, termasuk layout. Yang dikirim belajar ke Disway Berau-Kaltara. Dua minggu dirasa cukup. Lihatlah perwajahan Disway Kaltim sekarang-kalau belum pernah tahu, silakan berlangganan, karena memang hanya tersedia format itu saat ini. Sambil menunggu mesin tiba, sudah belasan wartawan- termasuk kontributor bergabung. Yang punya latar belakang sangat berbeda. Bahkan, tak satupun berpengalaman di media cetak. “Justru ini bagus. Nilai lebih kita. Kalau ini jadi (berhasil), sejarah terukir,” kata Devi Alamsyah, yang menjadi pemimpin redaksi. Harian Disway Kaltim akhirnya terbit perdana 23 Desember 2019. Melengkapi format media online www.nomorsatukaltim.com yang sudah lebih dulu mengudara. Terbit perdana selalu tidak mudah. Kami harus pulang subuh dari kantor. Memastikan semua berjalan baik. Tapi rasanya luar biasa. Sudah setahun ini kami hadir menemani pembaca. Respons positif pun berdatangan. Satu tahun begitu cepat berlalu. Disway terus bertarung dengan waktu. Satu tahun yang cepat ini juga dihiasai beragam prestasi. Yang bisa disebut sebagai bukti. Bahwa keberadaan kami diakui. Tulisan berjudul "Utari Oktavianty: Dewi Laut dari Kampung Baru" berhasil menyabet juara 1. Dalam gelaran "East Ventures Digital Competitiveness Index Journalists Writing Competition 2020". Dalam kategori online – Feature/ In Depth News. Adalah Yoyok Setiyono yang berhasil sejajar dengan wartawan dari dua media nasional lainnya. Saat ini, ia menjabat wakil pemimpin redaksi. Yulius Samuel Laurens terpilih sebagai The Best Journalist dalam Journalist Competition Astra Motor Samarinda 2019. Pada Journalist Challenge Pertamina Hulu Kalimantan Timur, wartawan Disway merebut dua juara. Ferry Cahyanti menggondol juara 1 kategori media cetak. Dengan berita berjudul “Siapkan Pariwisata Pasca Corona-Kaltim Buka Pusat Informasi Pariwisata di Bali”. Ferry juga meraih juara 2 kategori feature media cetak dalam Lomba Anugerah Jurnalistik Pertamina Tahun 2020 di Regional Kalimantan. Mengangkat berita dengan judul “BBM WhatsApp”. Wartawan Disway Kaltim (nomorsatukaltim.com) di Penajam Paser Utara, Nur Robbi Syai'an, meraih juara harapan kategori news online. Yakni dengan berita “Tanamkan Daya Juang Berwirausaha pada Perempuan”. Kemudian, ada wartawan muda. Namanya Darul Asmawan dengan berita “Kita Bisa Satu Juta Barel” yang meraih juara 1 Lomba Karya Jurnalistik SKK Migas-KKKS Kalsul. Ini yang terbaru. Fotografer Dian Adi Probo Pranowo mendapat juara 2 Lomba Fotografi Dinas Perkebunan Kaltim. Disway Kaltim juga punya produk video. Tim multimedia ini sudah banyak menerima orderan. Bahkan juara 1 “Lomba Video Pendek Road Safety Prioritas 7 Pelanggaran Tingkat Polda Kaltim”. Satlantas Polresta Balikpapan memercayakan tim Disway menggarap video itu. Sungguh di luar ekspektasi kami. Disway memang terus berupaya menguatkan segala lini. Tidak hanya media online, cetak atau video. Tim sosial media Disway juga menunjukkan kemajuan siginifikan. Laman Facebook Nomor Satu Kaltim sudah punya pengikut 9.409 dan disukai 6.231 orang. Sementara laman Instagram Nomor Satu Kaltim berfollower 21,1 ribu. Disway sejatinya tidak melawan arus. Hanya beradaptasi dan berinovasi mengikuti kemajuan. Karena kami ingin terus maju. Sama seperti Anda. Jadi, tidak ada salahnya kita maju bersama-sama. Salam Disway. Salam Spirit Akal Sehat. (benny oktariyanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: