Para Pemenang
SEBETULNYA ini polling sederhana. Hanya meramaikan jagat dunia maya. Harapannya bisa mendorong partisipasi pemilih. Juga bisa menjadi bahan evaluasi para kontestan pilkada.
Tapi hasilnya, beberapa daerah menyerupai Polling Pilkada yang dibuat nomorsatukaltim.com dan juga ditayangkan di Harian Disway Kaltim. Beberapa bulan sebelum penyelenggaraan pilkada. Yang meleset di antaranya di Balikpapan dan Kutai Kartenegara. Keduanya incumbent versus kotak kosong (Kokos). Di Balikpapan itu, hasil polling menunjukkan bahwa kolom kosong mendominasi. Dengan persentase lebih dari 70 persen. Kenyataannya berbeda. Dari hasil pemilihan 9 Desember itu, pasangan RM dan Thohari dinyatakan unggul. Setidaknya untuk sementara. Sebelum ada penetapan KPU. Angkanya mencapai 60 persen lebih. Sementara pemilih kolom kosong juga cukup tinggi. Ada di kisaran 38,0 persen. Angka 38 persen itu termasuk tinggi. Apalagi bagi kolom kosong yang tentu gerakannya tidak sistematis dan terstruktur. Sebaliknya bagi pasangan RM – Thohari angka 62,0 persen dari hasil rekapitulasi KPU kemarin termasuk boros. Artinya dengan komposisi partai dan kursi legislatif pendukungnya, seharusnya bisa di atas 70 persen. Sebelum pemilihan, gerakan kolom kosong di Balikpapan tampak gebyar gemerlap. Di dunia maya, pun di dunia nyata. Beberapa kalangan berpendapat Kokos di Balikpapan lebih kuat, ketimbang di Kutai Kartanegara. Selain media sosial yang ramai dengan grup-grup gerakan kokos, di dunia nyata pun tak kalah dahsyatnya. Dari beberapa informasi, ada sekitar 49 kelompok Kokos di Balikpapan. Bahkan ada mentornya. Didatangkan dari Sulawesi Selatan pula. Yang pernah berhasil memenangkan kokos. Kemudian pemilih di Balikpapan dikelompokkan sebagai pemilih yang rasional dan kritis. Sehingga wajar tampak di permukaan kokos begitu berkibar. Raihan 38 persen kokos ini seharusnya bisa menjadi bahan renungan Rahmad- Thohari dalam memimpin Balikpapan ke depan. Ini berbeda dengan kokos di Kutai Kartanegara. Sang incumbent Edi Damansyah dan Rendi Solihin sejak awal diprediksi unggul oleh banyak kalangan. Pemilih di Kukar tidak seperti di Balikpapan. Apalagi setelah KPU memutuskan untuk melanjutkan kontestasi. Setelah sebelumnya beredar surat rekomendasi dari Bawaslu RI. Sang petahana dipastikan melenggang. Terbukti Edi – Rendi bisa meraup 71,5 persen suara pemilih. Lebih tinggi dari capaian petahana di Balikpapan. Yang sama-sama didukung oleh partai besar dan mayoritas. Pengaruh Rendi sebagai wakil juga diprediksi cukup kuat. Terutama di wilayah pesisir Kukar. Sebagai anggota DPRD Kukar, Rendi termasuk yang berhasil meraih suara terbanyak di dapilnya. Sayangnya, polling nomorsatukaltim.com dihentikan lebih dini. Bawaslu Kaltim menegur agar ada izin terlebih dahulu dari KPU tiap-tiap daerah. Kita harus menghargai lembaga tersebut. Padahal sempat terjadi salip-salipan posisi pada Pilkada Kukar. Sebetulnya sudah juga dikomunikasikan terlebih dahulu ke Bawaslu, apakah polling seperti itu dilarang? Ketika itu Bawaslu masih mempersilakan. Alasannya polling bukan lembaga survei. Jadi tidak perlu izin. Belakangan. Setelah sekitar sebulanan tayang, Bawaslu menyampaikan bahwa polling tersebut masuk kategori jajak pendapat. Artinya harus ada izin dari penyelenggara. Selama itu belum ada, maka untuk sementara diminta untuk dihentikan. Kendati dihentikan jauh sebelum pemilihan, di Bontang hasil polling menunjukkan kemiripan. Yakni kemenangan Basri Rase dan Najirah. Hasil rekapitulasi KPU pun sama. Hingga kemarin, Basri-Najirah unggul atas Neni- Joni dengan raihan 51,7 persen. Padahal sepekan sebelum pemilihan, lembaga survei nasional sudah merilis kemenangan atas Neni - Joni. Tayang di beberapa media online dan cetak. Sebelumnya lagi, beberapa kalangan di kota itu juga menyoal polling nomorsatukaltim.com yang diterbitkan juga di Harian Disway Kaltim, dianggap bukan lembaga survei yang kredibel. Memang betul. Tapi hasilnya kok lebih mirip yang dianggap tidak kredibel itu. Di Samarinda, polling kita menunjukkan kemenangan atas Andi Harun - Rusmadi. Kemudian disusul Zairin-Sarwono. Berikutnya Barkati - Darlis (Badar). Hasil rekapitulasi KPU sementara juga menunjukkan urutan tersebut. Memang ketika sesi dialog program Good Times, tim Andi Harun kelihatan yang paling siap. Kebetulan lokasinya dipilih di atas kapal wisata di Sungai Mahakam. Ketika itu timnya yang hadir lebih dari 20 orang. Secara organisasi mereka tampak solid dan kompak. Ketika itu Andi Harun menyampaikan program pengentasan banjir di Samarinda dengan memanfaatkan lubang tambang. Banjir salah satu “jualan” laris di Samarinda. Ada lagi program yang mungkin lebih mengena dari pasangan ini; insentif buat RT. Yang seru sebetulnya di Kabupaten Berau. Lantaran diwarnai beberapa insiden kekerasan antar pendukung. Sri Juniarsih - Gamalis dalam polling pilkada itu juga menang atas Seri Marawiyah - Agus Tantomo. Hasil KPU juga demikian. Untuk sementara Sri-Gamalis menang dalam kontestasi di Berau dengan raihan 58,0 persen. Sri-Gamalis sebetulnya pemain cadangan. Mulanya, Muharram, sebagai calon petahana ingin menggaet kader Golkar Syarifatul Syadiah. Syarifatul bahkan sudah mendapat rekomendasi Partai Golkar di awal penjaringan pasangan. Belakangan, rekomendasi Partai Beringin itu beralih ke Seri Marawiyah. Istri Makmur HAPK, ketua DPRD Kaltim. Juga ketua harian Golkar Kaltim. Dan Seri Marawiyah memilih berpasangan dengan Agus Tantomo. Muharram kemudian memilih Gamalis sebagai pendampingnya. Takdir berkata lain, Muharram wafat karena Corona. Kemudian diganti istrinya, Sri Juniarsih. Didukung partai dengan jumlah kursi kecil. Yakni PKS, PPP, Gerindra, Demokrat dan PAN. Ini juga berarti, dukungan partai besar dan jumlah kursi legislatif yang mayoritas bukan jaminan kemenangan. Ini sekaligus menjadi otokritik terharap para pengurus partai. Sama halnya di Kutai Timur. Yang menang versi rekapitulasi KPU sementara ini dipegang Ardiansyah-Kasmidi Bulang dengan raihan 47,0 persen. Yang notabene diusung oleh partai-partai kecil. Yakni PKS, Demokrat dan Berkarya. Dengan jumlah 8 kursi. Pas-pasan. Sementara dua kandidat lainnya di bawah 40 persen. Selamat buat para pemenang. Apapun itu, pemenang adalah pemenang. Seperti yang sering disampaikan penasehat Harian Disway Kaltim dan nomorsatukaltim.com Zainal Muttaqin, “Jadilah pemenang, karena dengan menjadi pemenang akan memperpanjang silsilah. Banyak yang akan mengaku saudara”. Mungkin para pemenang Pilkada saat ini mulai merasakan itu. Banyak yang merapat dan mengaku saudara hehe...(*/Pemimpin redaksi Disway Kaltim dan nomorsatukaltim.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: