Pilih Mana, Belajar Tatap Muka atau Jarak Jauh
Balikpapan, nomorsatukaltim.com –Belajar tatap muka atau jarak jauh masih menjadi perdebatan. Hasil angket metode Pembelajaran Tatap Muka (PTM) juga menuai reaksi publik. Tidak semua sepakat. Alasannya takut. Karena pandemi masih menerpa.
Dalam angket atau kuisioner yang dirilis pemkot itu ada sekitar 63.827 responden. Yang merupakan orang tua murid jenjang Sekolah Dasar (SD). Sementara yang memilih PTM sebanyak 82,16 persen, dan yang memilih Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) 17,84 persen. Untuk tingkat SMP juga sama. Mayoritas memilih PTM dari pada PJJ. Dari sekitar 27.496 responden, yang memilih setuju dengan PTM berjumlah 21.764 atau sekitar 79,30 persen. Sisanya memilih PJJ. Secara persentase semua menggambarkan besarnya keinginan orang tua agar anaknya belajar langsung di sekolah. Namun ada juga pengecualian. Warga yang merasa tidak yakin dengan hasil rilis itu. "Jika nanti ada lonjakan positif, terkhusus jika anak-anak yang positif, siapa yang bertanggung jawab?" komentar Firmansyah Ella, salah satu warga. Orang tua murid yang lain, Ristan Manan ikut berargumen. Jika PTM menjadi suatu keharusan dan PJJ ditiadakan, maka ia nekat akan mencutikan anaknya selama satu tahun. Dan beralih dengan opsi alternative. Yakni homeschooling. Ia tak ingin mengambil risiko. "Tapi jika blended learning (PTM dan PJJ) diterapkan, maka PJJ yang akan saya pilih. Sekalipun teman-temannya memilih PTM," tegasnya. Baca juga: Pantai Manggar akan Ditutup Sementara, Mohon Pengertiannya Tanggapan dari orang tua lainnya beragam. Ada yang menyebut rencana PTM sudah di-cancel di beberapa daerah di Pulau Jawa. Ada juga yang mengusulkan. Pihak Satgas Penanganan COVID-19 bersama sekolah dan orang tua murid mengadakan perjanjian terlebih dahulu sebelum melakukan PTM. Perjanjian itu untuk menentukan siapa yang akan bertanggung jawab. Dan bagaimana mekanisme treatment atau pemulihan anak jika sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan Iwan Wahyudi angkat bicara. Ia berencana memanggil Disdik Balikpapan dalam waktu dekat. Kemungkinan menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Disdik setelah Pilkada 9 Desember, usai. "Kita perlu mendengar lebih jauh persiapan seperti apa jika PTM sudah dimulai," ujar Iwan saat dihubungi, Senin (7/12/2020). Menurutnya keputusan pemerintah akan melakukan metode belajar di sekolah sudah tepat. "Kita tidak bisa menghindar 100 persen dengan adanya pandemi," katanya. Sekarang yang perlu dilakukan mempersiapkan mental orang tua agar bisa melepas anaknya untuk kembali beraktivitas di sekolah. Namun dengan tetap saling menjaga agar terhindar dari COVID-19. "Kita perlu mengetahui mekanismenya, apakah nanti misalnya setiap Senin hanya 50 persen saja yang masuk kelas, 50 persen lagi di hari yang lain," terangnya. Ia menekankan lagi agar semua pihak saling bersinergi. Orang tua mempersiapkan anaknya mulai menerapkan perilaku kebiasaan baru. Sekolah menata sarana dan prasarana sesuai protokol kesehatan. Pemerintah daerah terus melakukan pemantauan dan evaluasi. Saat ditanya mengenai skenario terburuk yang bisa terjadi, yakni munculnya klaster baru dari sekolah, Iwan menyebut, sekolah harus ditutup kembali. "Ya harus ditutup lagi. Kita lakukan evaluasi. Saya kira biasa itu terjadi di negara-negara yang sudah lebih dulu menerapkan (PTM)," urainya. Ia menyebut upaya Komisi IV saat ini ialah mendengarkan penjelasan lebih detail terkait rencana PTM. Karena tidak ada yang memginginkan anaknya menjadi korban srlanjutnya dari virus corona. "Ya kan tanggal 14-17 Desember juga akan ada simulasi. Kita akan panggil (RDP dengan disdikbud) dulu," imbuhnya. (ryn/boy)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: