Optimisme Vaksin Jadi Katalis Positif Pasar Saham

Optimisme Vaksin Jadi Katalis Positif Pasar Saham

Pekan ini ada beberapa sentimen yang akan mewarnai pergerakan IHSG. Salah satunya optimisme vaksin.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Akhir perdagangan Jumat (4/12) lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 12,46 poin atau 0,2% ke 5,810. Tercatat 201 saham menguat, 294 saham melemah dan 185 saham stagnan. Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menuturkan, pekan ini ada beberapa sentimen yang akan mewarnai pergerakan IHSG. Salah satunya optimisme vaksin. Ditambah harapan stimulus fiskal di Amerika Serikat akan menjadi katalis positif kenaikan IHSG di tengah lonjakan kasus COVID-19 di berbagai negara. Ia menyebut pekan kedua Desember ini berita utama yang menggerakan pasar keuangan saat ini adalah vaksin. Inggris menjadi negara pertama yang mengizinkan vaksin Pfizer-BioNTech untuk penggunaan darurat dalam melawan pandemi COVID-19. Pasar menanti perizinan penggunaan vaksin dari negara lain. "Hal ini akan menjadi sentimen positif yang menggerakan pasar pada pekan ini," kata Hans Kwee, Senin (7/12) kemarin. Di tengah optimisme itu, sedikit terganggu akibat Pfizer menyatakan bahwa hanya bisa mengirim setengah dari jumlah dosis yang sudah direncanakan sebelumnya. Karena adanya kendala pada bahan baku.  Hal ini pun menjadi sentimen negatif di pasar. Setelah optimisme perizinan vaksin, ke depan ketersedian pasokan vaksin COVID-19 akan menjadi hal yang sangat penting. Menurutnya, banyak negara mengalami kenyataan bahwa kasus COVID-19 naik signifikan yang diikuti rawat inap yang tinggi. Beberapa negara bagian Amerika mulai memberlakukan perintah tinggal di rumah. Hal yang sama juga telah diberlakukan oleh beberapa negara Eropa akibat tingginya kasus COVID-19 di tengah musim dingin. Pada pekan lalu pasar saham Indonesia sempat terkoreksi. Itu akibat berita hoaks tentang Gubernur DKI Anis Baswedan akan tarik rem darurat atau melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total kembali. "Pelaku pasar terlihat berhati-hati karena terlihat tren peningkatan kasus baru sejak 25 November dan beberapa kali membuat rekor baru," tandasnya.   Sentimen selanjutnya, kata Hans Kwee, perkembangan stimulus fiskal AS menjadi perhatian pelaku pasar. Sempat menjadi sentimen positif setelah kedua partai memulai pembicaraan. Sebelumnya Partai Demokrat menolak paket stimulus bipartisan senilai USD 908 miliar. Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan, Presiden Donald Trump mendukung proposal yang diajukan Pemimpin Mayoritas Republik Mitch McConnell. Paket yang didorong McConnell adalah proposal senilai USD 500 miliar yang ditolak Partai Demokrat karena dianggap tidak mencukupi. Para pemimpin Demokrat mengatakan bahwa rencana bantuan virus corona bipartisan bakal menjadi dasar untuk negosiasi segera di Kongres AS. Tanpa kursi mayoritas di senat, maka masalah yang sama akan tetap di hadapi pemerintah Biden di periode berikutnya.   Kemajuan perundingan perdagangan pasca Brexit juga menjadi perhatian pelaku pasar. Sebab sampai saat ini belum ada kepastian. Dikabarkan pihak Inggris dan Uni Eropa telah menghentikan pembicaraan pada Jumat. Setelah gagal mempersempit perbedaan untuk mencapai kesepakatan perdagangan. Hal ini terjadi kurang dari empat minggu sebelum Inggris keluar dari blok Uni Eropa. David Frost, negosiator dari Inggris dan Michel Barnier dari Uni Eropa mengatakan akan memberi tahu para pemimpin mereka untuk mencari dorongan baru untuk pembicaraan brexit. Pejabat Uni Eropa mengatakan perbedaan signifikan telah menjadi masalah yang sulit dalam melakukan perundingan dengan Inggris. Brexit tanpa kesepakatan akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan di jangka pendek. Hans menjelaskan, melalui data nonfarm payrolls yang dikeluarkan Departemen Ketenagakerjaan USA menunjukkan hanya terjadi kenaikan 245.000 pada periode November. Angka ini masih di bawah perkiraan para analis yang memperkirakan ada kenaikan 469.000 dan merupakan kenaikan terendah sejak 6 bulan terakhir. Data ini juga lebih rendah dari data Oktober sebesar 638.000. Presiden USA terpilih Joe Biden mengatakan, laporan data pekerjaan "suram" dan menunjukkan pemulihan ekonomi terhenti. Ini memberikan tekanan terhadap Kongres AS untuk segera meloloskan RUU Stimulus Fiskal. Investor berharap dengan data yang jelek ini RUU Stimulus lebih mungkin disepakati dan diluncurkan dalam jangka waktu dekat.   Kemudian, perang dagang China dan AS tidak akan segera berakhir. New York Times melaporkan presiden terpilih Amerika Joe Biden, tidak akan terburu-buru mengambil tindakan untuk menghapus atau membatalkan perjanjian perdagangan fase 1 yang ditandatangani Presiden Donald Trump dengan China. Artinya, tidak ada penghapusan tarif ekspor China dalam waktu dekat. Ini tentu mengurangi optimisme yang berkembang selama ini bahwa perang dagang akan segera berakhir setelah Biden terpilih. "Terbukti perang dagang dengan penerapan tarif telah menekan perekonomi global termasuk Indonesia," ujarnya. Selain itu, kenaikan harga minyak menjadi sentimen yang mendorong harga saham komoditas menguat. OPEC plus menyetujui kompromi sehingga hanya sedikit meningkatkan produksi pada Januari. Lalu tetap melanjutkan pembatasan pasokan yang ada untuk mengatasi lemahnya permintaan akibat dampak virus corona. OPEC dan Rusia sepakat untuk mengurangi pengurangan produksi minyak mulai Januari sebesar 500.000 barel per hari. OPEC + diperkirakan akan melanjutkan pemotongan yang ada hingga setidaknya Maret. Dengan keputusan ini OPEC Plus akan mengurangi produksi sebesar 7,2 juta barel per hari atau 7% dari permintaan global mulai Januari. Pemotongan Januari ini lebih sedikit dari pemotongan saat ini sebesar 7,7 juta barel per hari. Kesepakatan OPEC Plus ditambah optimisme vaksin serta harapan stimulus fiskal Amerika Serikat telah mendorong minyak ke level harga tertinggi sejak awal Maret. Hans mengatakan, angka indeks pembelian manajer (PMI) Indonesia dan Thailand yang berada di atas level 50, mengindikasikan adanya ekspansi. Sedangkan Malaysia dan Filipina masih di bawah level 50 indikasi masih terjadi kontraksi. Angka manufaktur yang membaik punya pengaruh positif pada surat utang. Obligasi Indonesia dalam dolar menghasilkan return sebesar 10% pada kuartal ini dan memimpin di negara emerging market (EM) Asia. Thailand berada di urutan kedua dengan return 5%. Kenaikan return  obligasi telah menarik aliran dana masuk ke obligasi pemerintah Indonesia senilai USD2,5 miliar pada kuartal ini. Ini lebih besar dari obligasi Thailand telah menyerap aliran dana sebesar USD 1 miliar. "Dengan data di atas menunjukan pasar obligasi pemerintah Indonesia masih menarik," sebutnya. Dia menambahkan optimisme vaksin ditambah harapan stimulus fiskal di Amerika Serikat akan menjadi katalis positif kenaikan IHSG di tengah meningkatnya kasus COVID-19. "IHSG mungkin akan konsolidasi melemah dengan support di level 5,775 sampai 5,563 dan resistance di level 5,853 sampai 5,950," imbuh Hans Kwee. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: