Waduk Benanga Rawan Jebol
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan potensi peningkatan curah hujan sepanjang pekan ini. Berdasarkan analisis terkini BMKG, terdapat peningkatan pertumbuhan awan-awan hujan di atas wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Timur. Unit Pengelola Bendungan Waduk Benanga, siaga penuh.
nomorsatukaltim.com - BMKG memperkirakan sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang. Kondisi itu berpeluang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. “Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin,” bunyi siaran pers BMKG. Di Samarinda, ancaman banjir yang meningkat telah diantisipasi Unit Pengelola Bendungan (UPB) Waduk Benanga. Waduk yang juga dikenal sebagai Bendungan Telake, punya peran besar dalam pengendalian banjir. Dalam beberapa hari terakhir, ketinggian air di waduk yang dibangun sejak 1978 ini memang cukup mengkhawatirkan. Level ketinggian yang terpantau sempat mendekati angka merah. Namun, muncul kekhawatiran. Bukan soal banjir jika bendungan itu meluap. Melainkan potensi jebol tanggul waduk. Jika itu terjadi, posisi tanggul yang berada di dataran tinggi. Akan membahayakan masyarakat yang bermukim di bawahnya. Sandi Erryanto, Kepala Satuan Kerja Bendungan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan 3, Provinsi Kalimantan Timur mengatakan. Ancaman jebolnya waduk selalu ada. Apalagi, saat awal dibangun dulu. Konstruksi bangunan bukan didesain untuk kriteria bendungan. Melainkan hanya dibangun untuk konstruksi bendung. Yang hanya berfungsi untuk menaikkan muka air. Seiring berjalan waktu, Waduk Benanga terus diperbaiki. Sehingga kini sudah beralih menjadi fungsi bendungan. Yakni menampung aliran sungai dan membentuk cadangan air. Meski begitu, menurut Sandi, masih banyak kriteria bendungan yang masih harus dipenuhi Waduk Benanga. Salah satunya, adalah ketinggian fondasi bangunan waduk. "Waduk Benanga secara volume, tingginya hanya 4 - 5 meter dari fondasi. Padahal kalau disebut bendungan, harusnya 15 meter," jelas Sandi, baru-baru ini. Dari riwayatnya, waduk yang telah berusia 42 tahun ini, pernah mengalami insiden jebol tanggul. Tepatnya, pada 28 Juli 1998. Ketika Samarinda, dilanda La Nina selama 2 bulan. Waduk Benanga tak mampu menampung besarnya debit air yang masuk karena tingginya curah hujan. Sehingga terjadi overtopping dan tanggul pun jebol. Banjir besar melanda kota dengan ketinggian air hampir 2 meter. Selama sepekan lamanya. Insiden itu menjadi perhatian khusus BWS. Otoritas mengantisipasi agar insiden tanggul jebol tidak terulang lagi. Upaya ini dilakukan dengan membentuk Unit Pengelola Bendungan (UPB). Tugasnya, untuk memantau kondisi Benanga. Terutama, kondisi tinggi muka air. "Kami selalu amati. Jangan sampai kejadian lagi overtopping, air meluap, dan tanggul jebol. Walau pun, potensi itu selalu ada," ungkapnya. Kondisi kualitas fungsi waduk juga terus menyusut. Dari luasan total genangan air yang mencapai 110 hektare. Hanya 12 hektaren luasan yang menjadi genangan air eksisting pada waduk. Sementara 98 hektare lainnya, menjadi sarang tumbuhan gulma. Demikian pula dengan volume tampungan air. Dari potensi 1,4 juta meter kubik. Volume tampungan waduk eksisting, hanya mampu menampung sekitar 671 ribu meter kubik. Banyaknya gulma yang tumbuh di kawasan waduk itu, dapat memperlambat proses aliran air serta mempercepat proses pengendapan sedimen. Sandi mengaku, pihaknya rutin melakukan operasi pemeliharaan. Pembersihan gulma dan pengerukan sedimen terus dilakukan. Supaya besarnya sedimentasi yang masuk bisa dikurangi. Kriteria bendungan Waduk Benanga pun terus dilengkapi. Perbaikan terus dilakukan. Dalam 2 tahun terakhir pihak BWS telah menjalankan proyek Dam Operational Improvement and Safety Project (DOISP). Atau peningkatan operasional dan keselamatan bendungan. "Coba Anda bandingkan, Waduk Benanga 5 tahun yang lalu dengan sekarang. Beda, kita sudah lebih tertata," ungkapnya. Ia menegaskan, peran menjaga dan mengelola waduk Benanga adalah tanggung jawab bersama. Bukan hanya BWS. Apalagi keberadaan waduk ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Selain sebagai pengendali banjir, Waduk Benanga juga menjadi sumber irigasi pertanian di kawasan itu. Serta menyuplai kebutuhan air baku sebesar 100 liter per detik untuk warga kota. Maka sudah sepatutnya masyarakat dan jajaran pemerintah kota turut menjaga ketahanan waduk.TITIK RAWAN
Ada beberapa titik di bendungan itu yang dianggap rawan jebol. Terbukti dengan dicantumkannya tulisan. “Kendaraan yang melintas dilarang berhenti." Artinya, jangan sampai di wilayah itu ada beban berlebih. Hal itu dibenarkan Sandi. Rambu-rambu itu diterapkan di lapangan sebagai upaya menjaga kemanan bendungan. Karena tanggul memang didesain dengan kriteria dan kepadatan tertentu. Sehingga tak boleh ada beban yang melebihi kapasitas tanggul. Karena dikhawatirkan akan menyebabkan posisi tanah turun. "Kalau tanah turun lalu ada air masuk, itu akan mengganggu," jelasnya. Mengingat potensi bahaya selalu ada, upaya antisipasi terus dilakukan. Pihaknya selalu waspada dan stand by pada rencana tindak darurat bendungan. Apabila bendungan jebol, jalur evakuasi masyarakat pun sudah disiapkan. Yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah lingkungan padat penduduk di sekitar Waduk Benanga. Padahal menurut Sandi, idealnya, kawasan bendungan harus bersih dari aktivitas pemukiman warga. "Jarak aman, minimal 500 meter tidak boleh ada bangunan. Agar tidak mengganggu struktur bangunan bendungan," jelasnya. Ke depan perlu adanya penataan wilayah untuk mengatur kembali kawasan waduk. Pihaknya juga tengah berencana untuk menetapkan zonasi menjadi dua bagian. Yakni zona publik yang boleh dikunjungi warga. Dan zona privat yang khusus untuk petugas bendungan. Hal ini dalam upaya menjaga keamanan kawasan bendungan. (krv/yos)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: