Kaltim Menanti Belanja Emas Hitam Tiongkok

Kaltim Menanti Belanja Emas Hitam Tiongkok

Optimisme menghinggapi industri batu bara Kaltim. Rencana Tiongkok membelanjakan Rp 20,6 triliun batu bara menggairahkan bisnis emas hitam. Pengusaha batu bara Kaltim kini tengah bersiap. Awal tahun nanti tahapan akan dimulai.

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Perekonomian Tiongkok pulih. Negara tirai bambu ini berencana membeli batu bara dari Indonesia senilai Rp 20,6 triliun. Total keseluruhan pembelian batu bara itu sebanyak 440 juta ton. Hal ini disampaikan Umar Vaturusi, sekretaris jenderal Asosiasi Pertambangan Batubara Samarinda (APBS). Ditemui di salah satu kafe di Jalan Juanda, Samarinda, Umar Vaturusi mengatakan, dampak dari perubahan ekonomi Tiongkok yang membaik ini akan segera dirasakan di awal 2021 nanti. Sebanyak 440 juta ton batu bara yang akan dibeli, akan dimulai tahapannya di awal Januari ini. Dijelaskan Umar, penurunan cost batu bara memang sangat memberikan dampak ke pelaku usaha di industri tersebut. Dan kabar ini pun diakui olehnya memang sangat menggembirakan. "Imbasnya tentu juga untuk trader kita, karena permintaan sejak pandemi ini memang turun sekali," ucapnya, Senin (30/11). Untuk nominal pembagian dari Rp 20,6 triliun itu, dirinya masih belum mengetahui secara pasti berapa bagian yang didapatkan Kaltim, khususnya di Samarinda. Namun, berdasarkan kontribusinya, Bumi Etam sendiri sangat memberikan andil besar. Mengingat, beberapa perusahaan besar batu bara ada di Kaltim. Seperti Kaltim Prima Coal (KPC) dan Kideco Jaya Agung. "Untuk keseluruhan, kontribusi terbesar ada di 4 wilayah. Kaltim, Kalsel (Kalimantan Selatan), Kalbar (Kalimantan Barat), dan Sumatera. Untuk Sumatera hampir keseluruhan, khususnya Bengkulu yah," jelasnya. Umar juga menuturkan penurunan produksi batu bara di Samarinda sebanyak 60 persen sejak pandemi. Untuk di atas itu, dibeberkan Umar, belum ada perubahan angka produksi. Muhammad Awaluddin, salah satu trader juga ikut memberikan komentar. Ia mengatakan, permintaan batu bara saat ini lebih banyak dari India dan Pakistan. Disampaikan Muhammad Awaluddin, permintaan batu bara dari India dan Pakistan berada di kelas yang rendah. Namun rutin. "Apalagi ketika pandemi, justru mereka (India dan Pakistan) yang sering. China waktu itu menurun sekali," sebutnya. Permintaan India dan Pakistan bisa dikatakan hanya mentahan dari batu bara saja. Kemudian di India dan Pakistan akan diolah kembali dan dipasarkan secara global oleh kedua negara tersebut. Pembelanjaan India dan Pakistan diakui Muhammad Awaluddin cukup tinggi. Tetapi untuk kuantitinya, masih lebih banyak Tiongkok. "Permintaan kedua negara itu memang lebih mending saat pandemi kemarin, tapi sekarang tergantung sih. Cuma ya gitu, dua negara itu saat ini lagi gempur-gempurnya belanja batu bara ke kita (Kaltim)," sambungnya. Sementara itu, dihubungi terpisah, Ketua APBS Eko Priyanto memberikan tanggapan. Menurutnya, angin segar dari Tiongkok akan berbanding lurus nantinya. Walaupun tidak signifikan menanjak dan pulih. "Ketika industri China membaik, kemudian mereka membutuhkan energi banyak, akibatnya (ke kita) di supply-demand-nya. Di harga. Kemarin kan kita masalahnya banyak permintaan menurun," terangnya. Lebih lanjut, terang Eko, subtitusi harga minyak juga mempengaruhi harga batu bara. Karena, pengganti instrumen energi asal batu bara tidak bisa cepat. "Ketika (harga) minyak naik, batubara juga (naik). Tapi jika turun, yah kita juga (turun)," celetuknya. Kemudian, Eko menambahkan, untuk di Samarinda, beberapa perusahaan tambang sudah banyak yang tidak beroperasi. Hanya tambang-tambang kecil, dan berada di wilayah pinggiran Kota Tepian. Perusahaan tambang besar pun tak sampai 10 angkanya. Eko memperkirakan hanya ada 5 saja yang beroperasi. Ini pun diakui Eko akibat pandemi. "Harapannya dengan kabar pemulihan ekonomi China tersebut bisa memberikan manfaat kepada kita. Mungkin susah, apalagi bisa di atas survive seperti di 2013 lalu, tapi kita berharap berada di posisi bertahan saja sudah syukur," pungkasnya. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: