Mengenal Aeromodelling yang Katanya Olahraga Mahal
Samarinda, nomorsatukaltim.com – Cabang olahraga ini sedikit unik. Karena jika disebut aeromodelling, pastilah banyak orang mengernyitkan dahi. Tanda tak paham. Tapi jika disebut pesawat remote control, nah…pasti langsung paham.
Tak hanya namanya yang belum familiar. Olahraga ini masih cenderung eksklusif karena lebih dekat dengan olahraga hiburan. Karena permainan pesawat-pesawatan erat kaitannya dengan minat dan hobi. Ketimbang sebagai olahraga resmi.
Soal harga pun begitu. Banyak orang beranggapan kalau aeromodelling adalah olahraga super mahal. Padahal faktanya tidak begitu. Sebagai gambaran, untuk pertandingan resmi di Porprov misalnya. Atlet panahan membutuhkan perangkat sedikitnya seharga Rp 40-an juta. Sedangkan aeromodelling, 40 kali lipat lebih murah. Mari kenali olahraga ini.
Aeromodelling awalnya adalah olahraga Dirgantara yang tumbuh dan berkembang bersama industri penerbangan. Baik sipil maupun militer.
Di Indonesia, aeromodelling dimulai sejak tahun 1946 lalu. Bersamaan dengan dirintisnya pesawar layang pertama di Jogjakarta. Lalu berkembang ke kota-kota besar lain seperti Bandung, Surabaya, Malang, dan Surakarta.
Sementara pertandingan resmi pertama aeromodelling adalah pada 27 Januari 1952. Di Pangkalan Udara Cilitan –saat ini bernama Halim Perdanakusuma, Jakarta. Saat itu sudah diikuti perwakilan klub aeromodelling dari Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Sejak saat itu, aeormodelling terus berkembang di Tanah Air. Dengan pertandingannya digelar saban tahun sampai saat ini.
Jenis pesawat-pesawatannya juga beragam. Ada yang berbahan dasar besi dan plastik layaknya miniature pesawat. Dan digerakkan dengan remote control. Ada juga yang berbahan baku kayu. Yang dari kayu ini, bisa dibuat sendiri malah. Asal paham saja selahnya. Karena bukan hanya memperhatikan bentuk. Melainkan pesawat kayu itu bisa terbang tanpa mesin. Alias saat dilempar, pesawat mini itu bisa mengudara lama. Sehingga pembuatannya harus sangat memperhatikan presisi.
Jika pesawat model kayu saat dilombakan sangat bergantung pada teknik lempar dan bentuk pesawat sendiri. Model remote control sedikit lebih rumit. Karena harus paham benar dengan kondisi angin dan pandai bermanuver. Agar selain lincah, juga untuk menghindari crash.
Cabor yang bernaung di bawah Federasi Aero Sport Indonesa (FASI) ini sendiri memiliki beberapa kategori. . Meliputi free flight (terbang bebas) dengan jenis pesawat tanpa mesin. Seperti OHLG (outdoor hand launch glider), A1 dan A2. Kemudian jenis Remote Control Land. Dengan jenis pesawat F2A, F2B, F2C, dan F2D.
Terakhir, yaitu jenis RC (Remote Control). Pesawat yang satu ini menggunakan mesin. Pakai bahan bakar. Layaknya pesawat sungguhan. Bedanya pesawat ini dikendalikan dari daratan. Tidak dari dalam kabin. Jadi harus dilakukan oleh pemain aeromodeling yang terlatih.
Bendahara FASI Samarinda, Irwan Adinata mengatakan. Awalnya cabor ini memang merupakan hobi. Tapi dikembangkan menjadi sebuah cabang olahraga prestasi. Pemainnya pun ada yang hanya sekedar hobi, ada pula yang menekuni menjadi atlet aeromodelling profesional.
“Persepsi orang kebanyakan sih, ini dikatakan olahraga mahal. Padahal tidak demikian. Untuk kejuaraan kelas Porprov itu. Cukup sekitar Rp 1 juta sudah dapat pesawat layak tanding. Meskipun untuk jenis-jenis tertentu beda lagi,” ungkapnya belum lama ini.
“Jadi ada sembilan mata lomba. Bermacam-macam. Soal penilaian juga beragam. Termasuk lama-lamaan di udara juga ada dilombakan,” tambahnya.
Disinggung mengenai persiapan Porprov Klatim 2022. FASI Samarinda menargetkan meraih medali emas di Berau nanti. “Semoga berhasil nantinya, kita berupaya terus dengan latihan rutin setiap Minggu pagi,” urainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: