Biden Menang, Simak Resistance IHSG Pekan Ini

Biden Menang, Simak Resistance IHSG Pekan Ini

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih unjuk kekuatan pada perdagangan Jumat (6/11) lalu. IHSG mendaki naik +1,43 persen (+75 poin) ke posisi 5.335. Penguatan IHSG juga disertai dengan nilai tukar rupiah yang naik signifikan.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan IHSG pada pekan ini akan resistance di level 5,381 sampai 5,500. Dan support di level 5,246 sampai 5,161. Menurut Hans Kwee, sentimen global masih akan mempengaruhi pergerakan IHSG pekan kedua November 2020. Khususnya dari Amerika Serikat. Pertama, Pilpres Amerika Serikat telah berlangsung tanggal 3 November 2020 yang menjadi perhatian pelaku pasar. Indeks di pasar saham mayoritas menguat menyambut potensi Joe Biden memenangkan pemilu. Dari hasil prediksi perhitungan tidak resmi menunjukkan Biden berhasil memenangkan pemilu dengan 290 elektoral. Demokrat berdasarkan prediksi berhasil memenangkan suara di Georgia lagi sejak terakhir kali pada 1992 dan Arizona sejak 1996. Proyeksi BBC berdasarkan hasil tidak resmi negara bagian yang telah menyelesaikan perhitungan suara menunjukan kemenangan Biden dengan 273 suara elektoral. “Pelaku pasar sangat memperhatikan pemilihan presiden karena mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat ke depannya,” terang Hans Kwee kepada Disway Kaltim, Ahad, (8/11). Hans menilai potensi sengketa pemilu sangat mungkin terjadi. Hal ini tidak lepas dari metode pemilihan umum yang dilakukan. Yakni diizinkannya penggunaan pos untuk mengirim surat suara. Pendukung Demokrat lebih taat protokol kesehatan sehingga banyak mengirim surat suara via pos. Sedangkan pendukung Republik banyak datang ke tempat pengambilan suara. Karena itu, di awal perhitungan di beberapa negara bagian yang mengalami pertarungan berat suara Republik mampu menang. Tetapi setelah surat suara dari pos dihitung keadaan mulai berbalik. Belum lagi di negara bagian. Yang sangat ketat ini selisih suara kedua partai cukup ketat sehingga menimbulkan risiko diperdebatkan. Di negara bagian dengan pertarungan ketat seperti Georgia, Pennsylvania, Arizona, dan Nevada, Biden mampu memimpin setelah surat suara via pos dihitung. Trump merasa dicurangi karena pembalikan arah suara ini. Di beberapa negara bagian penting yang menentukan perhitungan suara Trump telah mengajukan gugatan hukum sehingga menaikkan ketidakpastian pasar. “Pemilu yang berakhir di pengadilan dikhawatirkan akan membuat pelaku pasar melakukan aksi ambil untung,” tuturnya. Selain pemilu Amerika Serikat yang memberikan sentiment IHSG. Kemenangan Biden membawa potensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat tidak menjadi lebih buruk. Ada harapan perang dagang AS dengan China, Eropa dan Meksiko akan berhenti. Hal ini cenderung membuat risiko pasar turun dan menurunkan votalitas pasar. Dan cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap USD, termasuk Yuan, Euro, dan lainnya. Rupiah tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. “Ini juga mendorong dana masuk ke aset, berisiko di emerging market,” ucap Dosen Universitas Trisakti ini. Han Kwee menjelaskan harapan stimulus fiskal AS yang besar nampaknya sedikit berkurang menyusul potensi gagalnya gelombang biru Demokrat. Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan partai Demokrat di DPR AS. Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat meloloskan kebijkan stimulus fiskal dalam jumlah besar. Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Tambahan stimulus moneter, suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi Amerika Serikat sulit cepat pulih. Hal ini menjadi keuntungan bagi pasar negara berkembang. Selain itu, tanpa gelombang biru selain menghalangi stimulus fiskal yang besar, juga menghalangi perubahan kebijakan yang radikal di AS. Hal ini akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan perseorangan, pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluas healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan green energy. “Ini merupakan kuncian yang baik terutama untuk pasar keuangan karena bila terjadi kenaikan pajak perusahaan mendorong valuasi saham menjadi mahal dan berpotensi mendorong pasar saham Amerika Serikat terkoreksi,” ujar Hans Kwee. Kenaikan kasus COVID-19 juga menjadi perhatian pelaku pasar. Peningkatan kasus telah memaksa beberapa negara melakukan lockdown kembali dan cenderung menghalangi tren pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung. Inggris memasuki penguncian kedua untuk menekan peningkatan jumlah kasus COVID-19. Italia dan Norwegia juga memperketat pembatasan akibat naiknya kasus. Biden juga dianggap lebih pro kesehatan sehingga berpotensi mendorong terjadinya lockdown yang ketat di Amerika Serikat untuk mengatasi pandemi corona baru yang sekarang terjadi. Penguncian ekonomi akibat pendemi berpotensi menurunkan aktivitas ekonomi dan berpotensi mendorong pasar saham terkoreksi. Sementara itu, kata Hans, ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 resmi mengalami resesi dengan tumbuh negatif -3.49%. Tetapi pertumbuhan tersebut lebih baik dari -5,32 % pada kuartal II dan lebih baik dari banyak negara lain di dunia. Menurutnya, hasil pemilu AS membuat mata uang yang paling volatil terhadap dolar seperti Yen Jepang, Rupiah dan Won Korea menguat. Potensi dana asing akan kembali masuk ke emerging market. Obligasi pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatkan sentimen positif karena nilai tukar rupiah yang dianggap undervalued, biaya lindung nilai yang relatif rendah dan Yield US Treasury masih akan tetap rendah. Ia mengatakan, pasar saham dunia termasuk Indonesia di awal pekan mungkin menguat menyambut kemenangan Biden. Tetapi sesudah itu sangat rawan mengalami aksi profit taking akibat kenaikan yang banyak pada minggu lalu. “Selain itu potensi sengketa politik di AS membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung,” ujarnya. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: