Proyeksi Ekonomi Balikpapan Lebih Rendah dari Tahun Lalu

Proyeksi Ekonomi Balikpapan Lebih Rendah dari Tahun Lalu

Balikpapan, nomorsatukaltim.com -  Ekonomi Kota Balikpapan diproyeksikan lebih rendah dari 2019. Yang tumbuh mencapai 4,78 persen.

Hal itu disampaikan dalam virtual coffee morning Bank Indonesia dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Balikpapan. Yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Kamis (6/11) kemarin. Dalam diskusi yang mengangkat tema ketahanan dan pemulihan ekonomi daerah. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Bimo Epyanto menjelaskan perekonomian kota ini pada triwulan II-2020 mulai membaik. Selanjutnya triwulan III dan IV dipoyeksi terus mengalami perbaikan. Tercatat dari industri pengolahan, bahwa impor bahan baku minyak mentah naik, tercatat USD 12,84 juta. “Hasil produksi pengolahan minyak Pertamina RU V pada triwulan III 2020 diperkirakan membaik setelah beroperasi kembali dan mulai menguatnya demand BBM,” ucapnya. Kemudian sektor transportasi. Dia menyebut rata-rata aktivitas muat untuk rute domestik dan internasional di pelabuhan Kaltim Kariangau Terminal pada Juli–Agustus 2020 mengalami perbaikan. Dengan peningkatan sebesar 2,05 persen (yoy) untuk muat dan 12,43 persen untuk bongkar. “Rata-rata jumlah penumpang yang melakukan penerbangan dari bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan pada Juli-Agustus 2020 sebanyak 60.740 atau lebih tinggi dibanding rata-rata triwulan II yang hanya sebanyak 22.103 orang,” ujarnya. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Berdasarkan data, tingkat okupansi sektor akomodasi menguat menjadi 15 persen dari 5 persen. Triwulan III dan IV-2020, menurutnya, adanya pemulihan mulai bergeraknya ekonomi sejalan kebijakan relaksasi khususnya sektor perdagangan dan transportasi. Selain itu, faktor lain yang mencerminkan adanya perbaikan adalah indikator penjualan eceran. Hasil survei Bank Indoensia pada September 2020 naik sebesar 5,9 persen (mtm) dan membaiknya ekspektasi konsumen di level 115,5 poin. Melihat beberapa indikator ekonomi tersebut. Dengan demikian pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini akan lebih rendah dari tahun 2019. Dari data tercatat pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 4,78%. “Secara keseluruhan karena kontraksi yang cukup dalam di awal tahun 2020. Maka kami perkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 akan lebih rendah dibanding tahun 2019,” sebut Bimo Epyanto. Lanjut Bimo, beberapa fokus kebijakan yang dilaksanakan Bank Indonesia di antaranya melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar. Memperkuat ekosistem ekonomi dan keuangan digital melalui penggunaan instrumen pembayaran digital, kolaborasi bank, fintech, dan e-commerce. “Itu dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi,” tukasnya. Dalam kesempatan itu, Wali Kota Rizal Effendi mengatakan bahwa menghadapi pandemi yang kini terjadi cukup berat. “Kita berada di penghujung tahun 2020 yang tidak gampang,” kata Rizal Effendi. Balikpapan salah satu daerah yang jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 tinggi. Meskipun angka kesembuhannya di atas 80 persen. Namun angka kematiannya cukup tinggi yaitu 200 kematian. Menurut Rizal, perekonomian hampir lumpuh di semua sektor. Meskipun berdasarkan catatan pertumbuhan ekonominya masih ada positif. Situasi pendapatan daerah saat ini sangat terpukul berat. Dari pemerintah pusat bahwa pihaknya mendapat kabar setelah penetapan APBD 2021. Bahwa dana bagi hasil (DBH) akan dipangkas. “Kita kehilangan pendapatan dari DBH itu sekitar Rp 257 miliar. Tadinya Balikpapan itu bisa dapat DBH hampir Rp 1 triliun. Sudah dipangkas 50 persen kemudian sekarang dipangkas lagi Rp 257 miliar,” keluhnya. Rizal juga menyebut bahwa belanja akan segera direalisasikan. Pada pekan ini akan segera dicairkan bantuan sosial tunai sebesar Rp 50 miliar untuk 70 ribu penerima.   “Dana pilkada kita sudah dicairkan sekitar Rp 80 miliar. Jadi sudah dilakukan semua. Tidak ada dana yang disimpan,” ujarnya. Selain itu, orang nomor satu ini menyebut pada 2020 ini punya mimpi pada ekonomi Balikpapan akan lebih baik. Dengan indikator pembangunan ibu kota negara (IKN) baru dan pembangunan perluasan kilang Balikpapan. Namun di awal tahun harus dihadapkan dengan tantangan yang cukup berat. Yaitu datangnya wabah corona. “Tadinya kita ini sudah membayangkan mimpi indah di Balikpapan maupun Kaltim. Sebelum covid, karena Bapak Presiden sudah menetapkan IKN baru di Kalimantan Timur. Walaupun lokasinya di Kukar dan PPU tetapi secara fisik dekat dengan Balikpapan,” ujarnya. Meski begitu, ekonomi dapat tertolong dengan masih berlangsungnya pembangunan perluasan kilang Balikpapan. “Sehingga bisa menggerakkan ekonomi Balikpapan. Karena PDRB terbesar industri pengolahan terutama dari minyak dan gas,” sebutnya. Ia pun berharap vaksin segera disuntikkan tahun 2021. Agar bisa fokus pada pemulihan ekonomi. Di satu sisi kini Undang-Undang Omnibus Law sudah disahkan. “UU ini sangat baik dalam menarik investasi. Akan tetapi pemerintah daerah juga harus waspada karena ada sektor pendapatan daerah bisa hilang,” kata dia lagi. Rizal mencontohkan izin mendirikan bangunan (IMB). “Kalau dihapuskan bisa kehilangan Rp 15-20 miliar. Juga sektor lainnya kewenangan ditarik pusat,” imbuhnya. Untuk itu, pemerintah daerah juga intensif mengikuti pembahasan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden agar UU Cipta Kerja efektif dan tidak memukul kondisi keuangan daerah yang semakin berat. “Karena kita sudah banyak kehilangan PAD maupun pendapatan bantuan keuangan dan transfer dari pusat,” pungkasnya. (fey/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: