Laris Manis Asuransi karena Pandemi

Laris Manis Asuransi karena Pandemi

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Geliat bisnis asuransi di Kaltim cukup menjanjikan. Lantaran, target beberapa perusahaan asuransi justru tercapai di Benua Etam. Bukan di Jakarta. Atau beberapa kota besar lainnya yang berada di Pulau Jawa.

Agency Manager PT Axa Financial Indonesia Cabang Balikpapan Muhammad Syafiq mengatakan, berdasarkan pengalamannya di bisnis asuransi selama 14 tahun, agen crossing tertinggi paling sering terjadi di Kota Samarinda. Diikuti pula dengan Kota Minyak, Balikpapan. Untuk perbandingan angkanya secara signifikan Syafiq tak bisa menyebutkan secara detail. Lantaran hal tersebut hanya ada di Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). "Tapi yang paling sering antara dua kota besar di Kaltim itu, yah Samarinda," kata Syafiq, Jumat (23/10) lalu. Saat pandemi seperti sekarang, bisnis asuransi juga merasakan dampak. Namun turunnya tidak merata. Beberapa agency justru mengalami “panen keuntungan”. Karena produk yang ditawarkan meng-cover COVID-19. Tren asuransi pun dijelaskan Syafiq sudah berganti. Dulu masyarakat ikut asuransi untuk tabungan masa depan atau tabungan pendidikan anak. Saat ini, hal itu tidak dilakukan karena harga unit produk yang ada nilai investasinya turun akibat pandemi. Nilai tabungan nasabah pun ikut mengalami penurunan karena itu. Dijelaskan Syafiq lagi, nilai investasi di asuransi berbeda dengan bank. Belum tentu 20 tahun lagi unit produk bisa mencapai harga tinggi. Keinginan masyarakat pun saat ini lebih kepada kepastian janji yang diberikan oleh perusahaan asuransi yang mereka ikuti. Syafiq juga membenarkan, saat ini asuransi jiwa dan kesehatan yang menjadi keunggulan. "Masyarakat masuk sebagai nasabah, polis disetujui. Kemudian dua hari setelahnya divonis mengidap COVID-19, lalu meninggal. Saat itu juga langsung dibayarkan (asuransinya). Tidak ada masa tunggu, ini yang disukai," beber Syafiq. Tak jauh berbeda, hal ini juga disampaikan Agency Director Asuransi Zurich Topas Life Muhamad Iqbal. Dihubungi terpisah, Iqbal panggilannya, mengatakan peminat asuransi jiwa dan kesehatan banyak berasal dari kalangan keturunan Tiongkok. Iqbal melanjutkan, masyarakat lokal Kaltim sendiri sebenarnya sadar pentingnya asuransi jiwa atau kesehatan. Walaupun biasanya masih piker-pikir untuk mendaftarkan diri. Bahkan lebih memilih untuk mendaftar dengan nilai premi kecil. Padahal dari segi ekonomi mampu mengambil nilai yang lebih besar. "Asuransi (jiwa atau kesehatan) ini kan seperti paper asset. Uang pertanggungan yang nantinya akan berfungsi ketika kondisi ekonomi sedang tidak bagus," jelasnya, Sabtu, (24/10). Antara Balikpapan dan Samarinda, diungkapkan Iqbal, Kota Tepian lah yang peminatnya lebih tinggi untuk berinvestasi di asuransi jiwa dan kesehatan. Di Samarinda, kalangan nasabah asuransi yang terdaftar berasal dari pengusaha, karyawan instansi pemerintah, juga karyawan swasta. Sedangkan di Balikpapan, yang banyak mengikuti asuransi hanya masyarakat menengah ke atas. Dijelaskan Iqbal, perbedaan culture juga menjadi faktor. Di Balikpapan yang masyarakatnya terdiri dari pekerja justru lebih susah untuk ditemui. Saat hari libur, warga Kota Minyak lebih rutin menghabiskan waktu bersama keluarga. "Jika tidak memiliki hubungan atau historis, yah susah ditemui," tambahnya. Iqbal menuturkan, hal tersebut disebut dengan pasar ilmiah. Dimana historical sebelumnya sudah terjadi. Antara nasabah dan agen yang menawarkan asuransi. Proteksi diri dari asuransi juga dilakukan oleh masyarakat kalangan tersebut. Pengetahuan mengenai asuransi juga perlu diberikan kepada masyarakat. Karena tak jarang, ada beberapa oknum yang tidak profesional memberikan kesan tidak baik kepada masyarakat. Yang justru mencoba untuk percaya kepada asuransi. "Rata-rata perusahaan (asuransi) dari luar negeri itu bagus. Lebih stabil. Cuma yang terpenting kami juga perlu membekali diri kami," sambungnya. Iqbal menyampaikan, tujuannya tak lain adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Pelatihan bagi agen-agen juga harus dilakukan. Agar traumatis masyarakat terhadap asuransi tak berkepanjangan. Saat ini, perusahaan-perusahaan asuransi sedang berlomba membuat program unggul ciri khas masing-masing. Iqbal menyarankan, apapun jenis produknya nanti, harus memiliki persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK pun mempunyai rambu-rambu dan ketentuan. Seperti, premi yang tidak terlalu murah. Atau produk yang terlalu gampang dan menyebabkan perusahaan merugi. Hal tersebut tidak diperbolehkan OJK. "Tinggal kita para marketing dan financial consultants saja bagaimana memublikasikan dan membuat masyarakat percaya akan produk asuransi yang sudah memiliki persetujuan OJK," pungkasnya. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: