Peluang Biden Menumbangkan Trump di Pilpres AS
Washington, nomorsatukaltim.com - Joe Biden secara resmi menerima nominasi Partai Demokrat sebagai kandidat presiden. Guna bertarung habis-habisan melawan Donald Trump. Dalam pemilu November mendatang.
Jika Biden menang, hal itu dapat menjadi pencapaian puncak bagi seorang pria yang dipandang oleh para pendukungnya sebagai pakar kebijakan luar negeri. Dengan pengalaman puluhan tahun di Washington. Seorang orator yang cakap dengan pesona yang dapat menjangkau orang-orang biasa, serta pria yang dengan berani berjuang melewati tragedi pribadi yang mengerikan.
Jika dia kalah, para kritikusnya akan bertanya-tanya mengapa Partai Demokrat memilih seorang pria yang diejek sebagai sosok yang mapan, cenderung membuat kesalahan yang membuat ngeri. Sementara pasangan politiknya menggambarkan dia memiliki masalah dalam menangani masalah rasial. Jadi, apakah Biden memiliki kemampuan untuk mengusir Trump dari Gedung Putih?
PEMBICARA CEPAT
Biden tidak asing dengan kampanye pemilu presiden. Bahkan kampanye tahun ini adalah yang ketiga kali baginya. Kariernya di Washington bermula pada 1973 ketika ia menjabat sebagai senator AS. Adapun upayanya untuk menempati Gedung Putih dimulai pada 1987.
Dia bisa merayu para pemilih dengan sangat alami. Tapi sekaligus bisa menjadi bom waktu. Satu kalimat yang salah bisa tiba-tiba diucapkannya. Tak ada yang tahu apakah gaya berbicaranya itu bisa menjadi aset atau beban dalam perangnya melawan Trump.
Dia pernah mengakhiri kampanye kepresidenan pertamanya bahkan sebelum dimulai akibat terbawa suasana saat berbicara di depan orang banyak.
Dalam sebuah kampanye, Biden mengklaim, “Nenek moyang saya bekerja di tambang batu bara di timur laut Pennsylvania”. Dia marah karena mereka tidak pernah mendapat kesempatan dalam hidup yang layak mereka dapatkan.
Namun, faktanya, tak ada nenek moyang Biden yang menjadi penambang batu bara. Dia mengambil kalimat itu dan beberapa kalimat lain dari pidato seorang politisi Inggris, Neil Kinnock, yang beberapa kerabatnya memang penambang batu bara. Dan itu adalah kali pertama dari sekian banyak pernyataan kelirunya. S3ehingga dia dijuluki “Joe Bombs”.
Demikian halnya ketika dia membual tentang pengalaman politiknya pada 2012. Saat itu dia mengatakan kepada kerumunan orang, “Teman-teman, saya dapat memberi tahu Anda bahwa saya telah mengenal 8 presiden: 3 di antaranya sangat dekat.”
Dia menjabat sebagai wakil presiden Barack Obama. T3etapi mungkin beruntung telah dipilih. Setelah ia secara aneh menggambarkan Obama sebagai “orang Afrika-Amerika arus utama pertama yang pandai bicara dan cerdas dan bersih dan pria yang tampan”.
Terlepas dari komentar ini, dukungan terhadap Biden di antara pemilih kulit hitam sangat tinggi selama kampanye pilpres saat ini. Akan tetapi pernyataaanya dalam acara yang dipandu oleh presenter radio Charlamagne Tha God dengan cepat berubah menjadi bencana setelah dia mengklaim, “Jika Anda memiliki masalah untuk mencari tahu apakah Anda (memilih) untuk saya atau Trump, maka Anda tidak berkulit hitam.”
Pernyatannya itu memicu keramaian di media. Hal ini mengakibatkan timnya berjuang mati-matian untuk meredam tuduhan bahwa dia menggantungkan suaranya pada pemilih keturunan Afrika-Amerika.
Sangat mudah untuk melihat mengapa seorang jurnalis NY Magazine menulis tahun lalu bahwa “Biden berbicara terus terang adalah sesuatu yang tampaknya difokuskan untuk dicegah dalam kampanyenya.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: