Bayang-Bayang Kontraksi Sektor Korporasi

Bayang-Bayang Kontraksi Sektor Korporasi

Sejumlah pabrik plywood di Kaltim mengalami penurunan permintaan di saat pandemi corona. Sehingga perusahaan mengurangi jumlah pekerja. (IN)

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Dampak pandemi COVID-19 terhadap ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) juga terasa di sektor korporasi. Pasalnya, berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha, pada triwulan II-2020, terjadi penurunan kapasitas produksi di beberapa sektor utama.

Rata-rata harga jual juga mengalami kontraksi. Dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 3,15 persen. Namun berdasarkan Survei Penjualan Eceran, beberapa komoditas mulai mengalami perbaikan sejak Juni. Hal ini juga terjadi di sektor korporasi Samarinda.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kota Samarinda, Novel Chaniago mengatakan, korporasi tak hanya penurunan kapasitas produksi. Penurunan skala bisnis dan penjualan juga terjadi. Hal ini menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja. karyawan). Ada juga yang mem-PHK. Ada yang sebagian berusaha

“Memulai dari merumahkan (mempertahankan dengan kondisi rugi. Pasti ada batas waktunya. Sampai kapan bisa bertahan? Ada batas kemampuan masing-masing korporasi,” ucapnya saat dihubungi melalui telepon seluler, Minggu (13/9) petang.

Ia mengatakan, jika situasi pandemi terus berlanjut, didukung dengan kondisi pasar dan perekonomian juga tidak membaik, maka aka nada korporasi yang mengalami hal lebih buruk.

Upaya yang dilakukan tiap korporasi untuk keluar dari masalah pun berbeda-beda. Seperti korporasi yang bergerak di bidang kesehatan. Mereka tidak mengalami gangguan kapasitas produksi. Melainkan menambah tingkat produktivitasnya.

“Tetapi berbeda halnya jika di bidang lain. Seperti di industri perkayuan, perhotelan, pariwisata. Pengunjung menurun. Di samping itu juga daya beli masyarakat makin lama makin turun juga,” ujarnya.

Dia menuturkan, pada kuartal III-2020, kemungkinan penurunan ekonomi di sektor korporasi juga akan kembali terjadi. Kontraksi akan dirasakan oleh sektoral tersebut. Ancaman krisis pun bisa terjadi.

“Yang menggunakan sumber daya alam, kemungkinan kegiatan produksinya tidak akan terganggu. Nah, yang jadi masalah untuk mereka adalah pasarnya,” kata pria yang akrab disapa Novel ini.

Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi pada kuartal II minus 5,3 persen. Ia menyampaikan, kemungkinan pada kuartal selanjutnya kontraksi ekonomi di Samarinda tak separah sebelumnya. “Antara minus 1 atau 2 persen. Ada peningkatan. Tapi sedikit,” lanjutnya.

Novel mengaku khawatir. Lantaran pertumbuhan ekonomi yang tergantung pada situasi pandemi. Di mana grafik kasus terkonfirmasi COVID-19 di Samarinda terus naik.

“Barometer kita kan Jakarta. Mereka di sana sudah melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Jika terus terjadi (peningkatan kasus terkonfirmasi COVID-19), kita berupaya maksimal. Dengan cara mengencangkan ikat pinggang, mengurangi efisiensi, juga mengurangi jam kerja,” tandasnya. (nad/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: