Jabatan di Pertamina Dilelang, DPR Tak Jamin Ciptakan Manajemen Mumpuni
Jakarta, nomorsatukaltim.com - Kebijakan PT Pertamina (Persero) untuk melakukan lelang jabatan strategis di holding maupun subholding tidak bisa menjamin untuk mendapatkan jajaran manajemen yang mumpuni untuk bisa mencapai target perusahaan.
Anggota Komisi VII DPR, Harry Poernomo mengatakan, mekanisme lelang jabatan dalam suatu perusahaan tidaklah lazim dilakukan perusahaan. Apalagi sekelas Pertamina.
“Boleh-boleh saja menempuh cara itu (lelang). Meskipun sepanjang yang saya tahu tidak lazim dilakukan di perusahaan besar lain. Semua ini kan latah saja, Hanya mengikuti apa yang dilakukan para pemegang kuasa. Hasilnya belum terbukti,” kata Harry, Selasa (11/8).
Menurut Harry, untuk membentuk jajaran manajemen yang solid diperlukan aturan ataupun syarat yang harus dipenuhi melalui assesment khusus.
Mantan anggota direksi Pertamina itu menyatakan, inti dari organisasi adalah kerja sama antar manusia. “Unsur-unsurnya adalah manusia (trust atau kepercayaan). Pasti ada unsur subyektivitas (kecocokan atau chemistry). Dengan tetap memenuhi syarat-syarat obyektif tertentu. Tidak bisa dengan lelang saja,” ungkap Harry.
Lelang juga berpotensi dilakukan dengan tidak transparan. Hal ini berdampak buruk bagi psikologi pekerja lainnya. Padahal menurut Harry, sebelum Pertamina menjadi persero tanpa lelang malah tidak pernah ada direksi dari luar. Selamanya direksi adalah jabatan karir. Hanya dirut yang berasal dari eksternal Pertamina.
“Jelas (lelang) tidak menjamin keberhasilan. Yang ada malah demotivasi karyawan. Karena aturan dan proses lelang tidak transparan,” kata Harry.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengungkapkan, di antara jajaran pekerja Pertamina ada gap cukup besar dari sisi usia. Sehingga perlu ada langkah ekstra untuk melakukan regenerasi sekaligus mencari pimpinan yang berjiwa muda. Gap tersebut terjadi terutama saat masa krisis keuangan di akhir tahun 90-an lalu. Kala itu, hampir semua perusahaan tidak melakukan rekrutmen.
“Terjadi gap panjang karena pasca krisis ekonomi waktu itu hampir semua perusahaan, termasuk Pertamina, melakukan moratorium. Sehingga terjadi gap 7-10 tahun. Kenapa kami harus akselerasi? Supaya beberapa tahun ke depan mereka siap jadi pemimpin di Pertamina,” kata Nicke.
Oleh karena itu, kini Pertamina mencari para pimpinan baru. Dengan menggunakan mekanisme lelang. Langkah tersebut merupakan akselerasi untuk menjawab tantangan saat ini. Yang perlu pemikiran atau inovasi modern dan milenial.
Dalam perjalanan karir di Pertamina, para pekerja tidak harus melalui karir berjenjang yang panjang dan membutuhkan waktu lama. Setiap pekerja Pertamina bisa mengikuti lelang jabatan. Untuk berbagai posisi di berbagai struktur: vice president, manager, bahkan direksi. Baik di holding maupun subholding.
“Sebelumnya harus berjenjang. Sekarang tidak. Kami buka. Kami punya digital aplikasi (I-am talent) untuk karir. Kami bidding. Ada posisi VP, manager, ada posisi direksi di anak perusahaan. Jadi kemudian mereka apply. Kemudian dilakukan pemilihan,” ungkap Nicke.
Dengan cara ini, lanjut Nicke, bisa sekaligus melihat potensi yang belum bisa mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi di level yang lebih tinggi. Padahal dari sisi kualitas tidak kalah. Selain itu, proses lelang juga akan dilakukan secara online. Untuk menjamin transparansi.
“Ini cara kita untuk akselerasi. Untuk memilih orang-orang milenial kompeten dan punya leadership skill dan teknikal yang cocok. Dan semuanya online. Like or dislike kita hindari,” ujar Nicke
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: