Komsumsi Bumil Tak Seimbang

Komsumsi Bumil Tak Seimbang

Posyandu di Kelay mengukur panjang dan bobot balita untuk mengecek tergolong stunting atau normal.

Tanjung Redeb, Disway - Pencegahan stunting atau gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dilakukan sejak bayi dalam kandungan. Makanya, ibu hamil (bumil) sangat perlu mendapatkan asupan kalsium, mineral dan vitamin.

Hal tersebut diungkap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Diskes) Berau, Lamlay Sane, Rabu (5/8), di ruang kerjanya.

Bumil juga perlu melakukan pemeriksaan di puskesmas.

Tidak hanya ke dokter atau bidan. Sebab, katanya, puskesmas memiliki sistem standar pelayanan antenatal.

Antenatal adalah standar pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan profesional kepada ibu hamil agar kondisi ibu dan janin sehat. Pelayanan terdiri dari identifikasi risiko, pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang disertai dengan penyakit; dan pendidikan dan promosi kesehatan.

Khusus di Berau, Lamlay mengungkap konsumsi ibu hamil kurang seimbang. Misalnya memakan protein, karbohidrat, tidak seimbang dengan mineral dan vitamin.

“Misalkan kita banyak makan ikan, tapi sayur-sayurannya kurang. Seperti itu bisa memyebabkan stunting," ungkapnya.

Pihaknya mengaku selalu berupaya mendorong petugas sebagai fasilitator menggencarkan sosialisasi. Turun ke posyandu untuk mengontrol. Sebab tempat ini paling dekat dengan masyarakat. “Biasanya di posyandu akan ada pembinaan gizi," katanya.

Lamlay mengaku masalah stunting di Berau perlu mendapatkan perhatian.

Walaupun jumlahnya menurun. Data di Dinas Kesehatan Berau, balita yang dikategorikan mengalami stunting pada 2018 sebanyak 21,1 persen dari jumlah 19.578 jiwa. Atau sekira 4 ribu lebih.

Pada 2019, dari jumlah 15.106 balita turun 16, 8 persen yang masuk kategori stunting. Jumlahnya sekira 2.537. "Tapi usia di bawah dua tahun di tahun 2018 sebanyak 10,38 persen meningkat menjadi 13,86 persen di 2019," ujarnya.

Menurut Lamlay, jika anak di bawah 2 tahun masih bisa segera dilakukan penanganan cepat. Dengan perbaikan pola komsumsi. "Seperti mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan mineral,” jelasnya.

Berbeda jika anak yang telah berumur di atas 5 tahun. Lamlay mengaku pencegahannya akan sangat lebih sulit. Perlu kerja keras. "Tidak hanya menimbulkan ganguan fisik, namun menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitaske depan," urainya.

Ibu yang cenderung berisiko memiliki anak dengan kondisi stunting, kata Lamlay, adalah pekerja. Sesuai riset. Sebab pengaturan makanan dengan gizi seimbang sulit dilakukan ibu yang memiliki kesibukan. (RAP/ANM)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: