Hari Pertama 919 Ekor

Hari Pertama 919 Ekor

BUPATI Berau Muharram secara simbolis menyerahkan sapi kurban kepada pengurus Masjid Agung Baitul Hikmah.

Tanjung Redeb, Disway – Pelaksanaan penyembelihan hewan kurban tahun ini berbeda, protokol kesehatan diterapkan akibat COVID-19. Pada hari H, sebanyak 919 ekor hewan disembelih di Bumi Batiwakkal.

Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Berau, Datu Kesuma mengatakan, ratusan ekor tersebut dipotong merata di seluruh wilayah Bumi Batiwakkal.

“Seperti tahun sebelumnya, dalam momen Iduladha ditandai dengan pemotongan hewan kurban. Pemotongan dilakukan di sekitar lingkungan masjid yang telah ditentukan oleh PHBI setempat, atau tempat lain yang aman,” jelasnya, Jumat (31/7).

Hewan kurban yang diserahkan ke sejumlah PHBI, baik itu di kampung maupun di Kota Tanjung Redeb, tidak hanya dari peternak lokal. Juga didatangkan dari luar daerah, seperti Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan.

Diakui Datu Kesuma, suasana Lebaran Iduladha tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya, akibat adanya pandemik COVID-19. Sehingga, semua hewan kurban yang akan dipotong lebih dulu diperiksa secara intensif oleh petugas kesehatan hewan. Dalam hal ini adalah, Dinas Pertanian Peternakan (Dispertan) Berau.

“Kalau terkait kesehatan hewan itu sudah dilakukan pemeriksaan oleh tim kesehatan dari Dispertan. Jadi sapi yang akan dikurbankan, harus sehat, dan layak konsumsi.

Pengawasan kesehatan kurban sangat diperhatikan,” terangnya.

Sejauh ini, kata Datu Kesuma, dari pemeriksaan yang dilakukan pihak terkait, juga belum menemukan adanya gejala-gejala penyakit berbahaya seperti antraks pada hewan ternak yang akan dkurbankan.

“Alhamdulillah, belum ada ditemukan penyakit itu pada hewan yang akan dikurbankan. Insya Allah, sapi kurban di Berau aman dan layak konsumsi,” ujarnya.

Setelah hewan kurban dipotong, selanjutnya dibagikan ke masyarakat. Ada dua cara pembagian daging kurban yang dilakukan, yakni diantar langsung dari rumah ke rumah, atau penerima manfaat datang ke panitia pemotongan kurban dengan membawa kupon.

Meski begitu, pembagian daging kurban tetap menggunakan standar protokol kesehatan (Prokes). Hal itu dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

“Tergantung dari panitia di masing-masing masjid yang melakukan pemotongan. Karena tidak semua menggunakan kupon. Ada juga yang mengantar secara langsung dari rumah ke rumah. Warga yang menerima manfaat juga sudah terdata sebelumnya,” ungkapnya.

Kabid Keswan dan Kesmavet Dispertan, I Putu Setion mengatakan, berdasarkan data sementara dari 13 kecamatan, hewan kurban yang dipotong di hari pertama Iduladha sebanyak 919 ekor, terdiri dari 582 ekor sapi dan 337 kambing.

Pengumpulan data hewan kurban dilakukan bisa sampai 4 hingga 5 hari lamanya, setelah seluruh kecamatan selesai melakukan pemotongan hewan kurban. Apalagi, di beberapa wilayah ada data yang belum sepenuhnya terkumpul seperti Kecamatan Gunung Tabur, dan Maratua.

“Karena tidak semua hewan kurban dipotong hari ini (kemarin, Red.), banyak juga yang dipotong besok (hari ini),” terangnya.

Untuk data tahun 2019, dijelaskannya sebanyak 1.557 hewan kurban terdiri dari 963 ekor sapi, dan 594 ekor kambing dari 260 titik pemotongan di 13 kecamatan.

Ditegaskannya, pada hari pertama, memang pemotongan hewan kurban tidak dilakukan secara menyeluruh, di beberapa masjid besar ada memotong hewan kurban sehari berikutnya.

“Sepertinya kurban yang dipotong hari ini lebih sedikit, dibanding pemotongan besok (Hari ini). Tim kami juga akan melakukan pengawasan setiap pemotongan kurban, dan mendatanya,” tuturnya.

Ketika ditanya, apakah dalam pemeriksaan kesehatan sapi menggunakan standar COVID-19? Dirinya mengatakan, untuk pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan pemeriksaan biasa.
Karena virus penyebab COVID-19 tidak menular dari sapi ke manusia.

“Melainkan dari manusia ke manusia. Hanya petugas kami saja yang mengenakan APD lengkap dalam melakukan pemeriksaan hewan kurban,” jelasnya.

Untuk pemeriksaan hewan kurban dilakukan dua kali.

Pemeriksaan pertama dilakukan sebelum dipotong, termasuk mendata hewan kurban saat berada di lokasi penjualan.

Pemeriksaan berikutnya yakni dilakukan saat hewan kurban hendak dilakukan pemotongan, yakni melihat organ dalam sapi seperti hati untuk menentukan apakah sapi layak konsumsi atau tidak.

“Kalau hatinya terlihat sehat dan bersih bisa dikatakan daging sapi yang dipotong juga layak konsumsi. Apabila hatinya rusak atau rapuh dan cepat hancur nanti dibuatkan rekomendasi untuk di afkir atau dipisahkan dan tidak dibagikan,” jelasnya.

Kerusakan pada organ hati kata Dia, bisa dilihat dengan kasat mata. Biasanya, hati hewan kurban yang tidak bagus, terkadang memiliki cacing, apabila dipegang bagian hatinya rentan hancur.

“Sejauh ini belum ada kami temukan. Hanya luka biasa di bagian kulit. tentu harapannya hewan kurban yang akan dipotong dalam kondisi sehat,” terangnya.

Begitu juga dengan umur hewan kurban yang dijual juga tidak luput dari perhatian. Hanya kata dia, meskipun sudah mengingatkan kepada pedagang, semua keputusan kembali kepada penjual dan pembeli.

Diketahui, sapi minimal berumur 3 tahun dan telah masuk tahun ketiga. Sementara kambing jenis domba atau biri-biri berumur 1 tahun atau minimal berumur 6 bulan (jika sulit mendapatkannya).

“Kambing biasa minimal berumur 1 tahun dan telah masuk tahun kedua,” katanya.

Setiap tahun, rata-rata kebutuhan hewan ternak kurban khususnya sapi cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan permintaan kurban masyarakat, pengusaha banyak mendatangkan sapi dari Pulau Sulawesi.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 18 pedagang hewan kurban, setidaknya ada 693 hewan kurban terdiri dari 507 ekor sapi, dan 186 ekor kambing yang didatangkan pedagang.

Untuk populasi sapi di Berau, berkisar antara 5 hingga 6 ribu ekor. Jumlah tersebut bukan untuk persediaan hewan kurban.

Melainkan fokus dalam pengembangan ternak sapi, ada juga yang menjual sapi ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH), untuk mencukupi persediaan daging bagi masyarakat di Kabupaten Berau.

“Kalau jumlah perkiraan persediaan sapi di Berau untuk kurban per tahun itu tidak bisa dipastikan, begitu juga dari Sulawesi. Apalagi sapi ini, juga tidak hanya untuk kurban saja.

Setiap bulan juga ada yang dipotong dan dikembangbiakkan,” pungkasnya.

Taat Protokol, Pengorbanan Lawan COVID-19
Meski kini pemerintah memperbolehkan melaksanakan salat Iduladha di masjid. Dengan catatan, menerapkan protokol kesehatan guna menekan penularan COVID-19.

Dikatakan Bupati Berau Muharram, masa pandemik telah mengubah tatanan kehidupan manusia. Seperti pelaksanaan salat Iduladha maupun proses penyembelihan hewan kurban, saat ini harus mengikuti protokol kesehatan. Mulai jaga jarak, menggunakan masker dan mencucui tangan untuk menghindari penularan virus yang menyerang pernapasan.

“Seperti pelaksanaan hari ini (kemarin, Red). Kita ketahui, virus corona telah merubah tatanan kehidupan,” katanya kepada Disway Berau, Jumat (31/7).

Kendati demikian, lanjut Muharram, Pemerintah Kabupaten (pemkab) Berau tidak memberikan batasan kepada masyarakat dalam merayakan Iduladha. Hanya saja, tetap ada penekanan yang harus dipatuhi.

“Kami tetap memberikan ruang, seperti tradisi merayakan lebaran haji (Iduladha, Red.), seperti beribadah dan silaturahmi. Yang jelas harus tetap memerhatikan dan mentaati protokol kesehatan,” katanya kepada Disway Berau, Jumat (31/7).

Dengan keterbatasan ini, tidak hanya sekadar diperingati sebagai peristiwa pengorbanan Nabi Ismail oleh ayahnya sendiri yakni Nabi Ibrahim. Tetapi makna Iduladha, kata dia, tetap terjaga dalam meningkatkan keimanan dan saling berbagi.

Bahkan, hari raya umat Islam ini memiliki nilai kepatuhan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah agama, serta belajar tentang makna pengorbanan Nabi Ibrahim.

“Simpel, mengikuti ajuran pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan setiap aktivitas. Hal ini, menyelamatkan keluarga dan orang banyak,” terangnya.

Selain itu, Hari Raya Iduladha tidak hanya sebatas melaksanakan ritual penyembelihan kurban, namun menjadi momentum untuk berbagi. Karena pandemik COVID-19 telah berdampak pada ekonomi dan sosial masyarakat.

“Saat ini, kondisi tepat untuk melaksanakannya. Dengan berbagi, meringatkan beban merek. Terutama keluarga menengah bawah atau kehilangan pekerjaan akibat COVID-19,” tuturnya.

Seiring meningkatnya jumlah kasus terkonfirmasi di Bumi Batiwakkal, Muharram mengajak seluruh masyarakat di Bumi Batiwakkal menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, guna menekan penularan COVID-19.

“Mudahan pendemik ini secepatnya berakhir, agar ekonomi kembali normal seperti semula. Karena kunci keberhasilan berada di masyarakat, sebagai garda terdepan,” pungkasnya. *ZZA/*JUN/APP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: