Klaster Baru, Klaster Makassar

Klaster Baru, Klaster Makassar

Int ilustrasi

Tanjung Redeb, Disway – Penambahan kasus terjadi lagi. Kali ini, transmisi lokal oleh pelaku perjalanan Berau-60. Dan menjadi klaster baru, yakni Klaster Makassar.

Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi membenarkan, kasus transmisi lokal kembali terjadi di Bumi Batiwakkal.

Pasalnya, dari hasil scrining dan pemeriksaan terhadap kontak erat pasien terkonfirmasi positif Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pihaknya mendapati penambahan kasus kontak erat.

Penambahan kasus itu, merupakan kontak erat dari Berau-60. Di mana, Berau-60 merupakan pelaku perjalanan dari kota Makssar dan bekerja di perusahaan pelayaran.

Disebutkannya empat orang yang terkonfirmasi setelah kontak dengan Berau-60. Yakni, AL (28) atau Berau-61, SAI (35) atau Berau-62, KM (19) atau Berau-63, dan RM (19) atau Berau-64.

Keempat pasien tinggal di tempat yang sama dengan Berau-60. Yakni, di mes karyawan perusahaan.

Sementara itu, Iswahyudi menyebutkan, dalam satu mes tersebut, ada sekira 12 orang yang tinggal. Dan seluruhnya telah dilakukan swab test.

Dengan adanya transmisi lokal, maka saat ini telah ditetapkan bahwa di Berau telah terdapat klaster baru. Yakni, klaster Makassar.

“Ini jadi klater Makassar, karena IL atau Berau-60 baru pulang dari daerah sana,” tegasnya.

Kembali, pihaknya mengingatkan agar masyarakat yang baru tiba di Berau bisa melaporkan diri untuk ditindak lanjuti atau dilakukan pemantauan.

Pasalnya, tindakan tidak kooperatif akan membuat situasi dan kondisi di Bumi Batiwakkal jadi kalut.

“Kami berharap masyarakat itu jujur. Jangan sembunyi,” ungkapnya.

RSD Bisa Dibuka Lagi
Penambahan kasus terkonfirmasi COVID-19 terus terjadi, meski sempat ada pasien sembuh. Bahkan, pendataan kontak erat dan tracing masih belum selesai. Hal itu dibuktikan dengan adanya penambahan kasus yang baru saja dirilis Gugus Tugas Berau.

Iswahyudi mengatakan, dengan penambahan kasus positif di Berau, kemungkinan untuk dibukannya kembali RS Darurat COVID-19 di eks Hotel Cantika Swara itu bisa saja terjadi.

Jika RS Darurat kembali dibuka, maka pola yang akan diterapkan berbeda dari yang sebelumnya. Perbedaan tersebut nantinya terletak dari fungsinya.

“Mungkin nanti akan sama halnya seperti karantina mandiri. Seperti yang dilakukan di hotel-hotel,” katanya.

Namun Iswahyudi, masih berharap agar RS Darurat COVID-19 itu tidak dibuka kembali. "Semoga tidak bertambah terus. Jadi tidak dibuka kembali,” bebernya.

Namun, jika kondisi tetap memaksa untuk RS Darurat dibuka kembali, maka pihaknya telah menyiapkan anggaran. Iswahyudi mengungkapkan, persoalan COVID-19 ini, bukan perkara yang bisa dikesampingkan.

Sehingga, anggaran apapun, bisa dialihkan untuk dana COVID-19.

“Kalau sudah soal COVID-19, anggaran belanja pun bisa digeser,” tegasnya.

Dia mengungkapkan, saat ini akan fokus untuk memaksimalkan ruang perawatan yang ada di RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb. Menurutnya, ruangan isolasi RSUD dr Abdul Rivai masih sangat cukup menampung pasien terkonfirmasi.

"Sementara kemampuan rumah sakit kita masih 54 tempat tidur, masih cukup dan baru beberapa yang dimanfaatkan. Sehingga itu kita maksimalkan untuk saat ini," jelasnya. */fst/app

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: