Elemen Penting Menentukan Karir di Masa Depan
Orang tua juga perlu menerima dan memahami bahwa anak masih memiliki pengetahuan yang terbatas, kebijaksanaan yang masih berproses, dan sering kali hanya mengedepankan interest. Sehingga kurang mengenal resiko atas pilihan yang sudah diambil.
Keempat, mengukur kapasitas diri (skill).Saya sering mendapati klien yang ingin menjadi arsitek. Ternyata setelah dilakukan asesmen psikologi, klien tersebut tidak bisa menggambar. Tidak mampu mengkhayal. Apalagi ketika diminta untuk berhitung. Tentunya berat jika menjadi arsitek.
Salah satu jurusan yang membutuhkan skill tentara (akademi militer). Jika siswa baru berfikir ingin menjadi tentara saat kelas tiga SMA, atau sudah lulus, saya katakan hal itu telat. Mengapa? Karena untuk menjadi tentara dibutuhkan persiapan yang matang. Sejak jauh-jauh hari sebelumnya (SMP). Lebih mudah jika siswa tersebut masuk ke SMA Taruna Nusantara terlebih dahulu dan berlatih olah fisik. Memastikan bahwa tidak ada riwayat penyakit berat ataupun menular seperti panu.
Keempat elemen inilah yang kemudian para siswa dan orang tua harus menyelami kemampuan diri, keinginan dan visi di masa depan. Para psikolog yang tergabung di bawah naungan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)Wilayah Kalimantan Timur bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi berupa edukasi, informasi, agar para siswa tidak sampai salah jurusan.
Tugas psikolog dalam hal ini adalah untuk memfasilitasi para siswa menemukan keempat hal tersebut. Tetapi semua itu juga sangat tergantung pada seberapa jauh siswa mengenali diri mereka. Sehingga masalah penjurusan ini tidak bisa diserahkan hanya kepada psikolog atau orang tua saja. Tanpa para siswa mau terlibat secara totalitas memikirkan hal ini.
Para siswa juga harus menggali sebanyak-banyaknya informasi tentang jurusan maupun perguruan tinggi yang akan dimasukinya. Informasi tersebut akan menghasilkan komitmen. Jika kita komitmen terhadap pilihan yang kita ambil, maka kesulitan dapat dihadapi dengan baik.
Setelah yakin dengan jurusan yang kita pilih, kemudian kita dapat menetapkan perencanaan karir. Seperti memilih perguruan tinggi yang tepat. Disesuaikan dengan skill yang kita miliki. Penting juga bagi para siswa untuk mengetahui bahwa saat ini semakin variatif jalur masuk perguruan tinggi. Baik di dalam maupun di luar negeri. Kesempatan ini terbuka lebar. Meskipun informasinya tidak begitu tersebar luas di masyarakat.
Para siswa juga harus jeli. Mengingat banyak jurusan yang sebenarnya memiliki prospek kerja yang tinggi di masa depan, tingkat persaingan kecil, meskipun tidak ada di pilihan strata satu. Sehingga konsep berfikir S1 lebih mulia daripada D3 harus dibuang jauh-jauh. Jelas sekali bahwa pilihan strata ini tidak secara signifikan menentukan tingkat kesuksesan seseorang.
Terakhir, hati-hati terjebak persepsi profesi menyilaukan. Seperti pilot itu keren. Arsitek itu hebat. Pengusaha itu kaya. Padahal tidak tahu bagaimana suka dukanya profesi tersebut. Kita harus banyak mengeksplorasi diri. Sehingga kita tidak terjebak pada kesilauan yang tampak bagus. Tidak masalah menunda satu tahun untuk lebih mengenali dan mengeksplorasi diri kita. Sebab kemuliaan seseorang tidak ditentukan dari menunda kuliah selama satu tahun untuk kesuksesan besar di masa yang akan datang. (*Dosen, Psikolog, Direktur Trust Pscyhology Consulting, Pembina Harmoni Psychology Center, & Anggota HIMPSI Kalimantan Timur)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

