Upaya Mengurangi Pasokan dari Luar Daerah, Mahulu Kembangkan Pertanian Terpadu
Salah satu lokasi perkebunan sayur di Ujoh Bilang yang kelola para kelompok tani.-Iswanto/ Nomorsatukaltim-
MAHULU, NOMORSATUKALTIM - Pemerintah Kampung Ujoh Bilang, Mahulu terus mendorong masyarakat untuk mewujudkan kemandirian pangan.
Upaya ini bertujuan agar kebutuhan pangan tidak terus bergantung dari luar daerah, apalagi dengan kondisi harga yang mahal.
Pj Petinggi Kampung Ujoh Bilang, Romensius Kuleh mengatakan, bahwa upaya tersebut mendapat antusias masyarakat, bahkan sudah ada kelompok tani yang bersedia menjalin kerja sama untuk bergerak bersama di jalur pertanian terpadu.
“Sejauh ini sudah ada 5 kelompok yang menandatangani nota kesepakatan. Ada kelompok ikan, kelompok sawah, juga kelompok perkebunan kakao. Jadi semuanya berkelompok dan kita dampingi bersama,” kata Romensius, Senin 8 September 2025.
BACA JUGA: Sektor Pariwisata dan Pertanian Dinilai Punya Potensi Tingkatkan PAD Mahulu
Romensius menyebutkan, mahalnya biaya produksi dan keterbatasan SDM turut berpengaruh terhadap rendahnya hasil pertanian di wilayah tersebut.
Karena itu, ia memilih konsep pertanian terpadu, yakni di dalamnya, setiap unsur saling menghidupi.
Para kelompok tani yang ada sudah mulai menanam bibit pertanian, seperti sayur, jagung. Bahkan ada yang mulai membudidayakan ikan dan ayam petelur.
Menurut Romensius dari beberapa tanaman yang ada, semuanya saling berhubungan. Misalkan jagung yang dipanen, sebagiannya jadi pakan untuk ayam. Kemudian daunya untuk makanan kambing, dan sapi yang dipelihara kelompok yang ada.
BACA JUGA: Program Tanam Padi Gunung 10 Hektare di Mahulu Dinilai Gagal, Ketua DPRD Dorong Evaluasi Total
Sebaliknya, kotoran ternak kembali menyuburkan jagung dan sayuran. “Jadi semuanya saling berhubungan. Artinya dengan pola ini, biaya produksi juga bisa ditekan,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, pemerintah kampung tengah menyiapkan lahan untuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S).
Wadah ini dirancang sebagai rumah belajar petani lokal, agar mereka bisa beralih dari pola ladang tradisional menuju pertanian modern.
“Kita sudah siapkan lahan untuk training center. Nantinya kelompok tani kita arahkan ke sana. Kami juga sudah komunikasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset, mereka siap membantu kalau wadah itu ada,” terang Romensius.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
