74 Kasus Pengidap HIV/AIDS Terjadi di Kutim, DPPKB Waspadai Penyebaran kepada Anak
Ilustrasi stop penyebaran HIV/AIDS--
BACA JUGA:Pembangunan Pelabuhan Kenyamukan Kutim Butuh Rp 214 Miliar
Pihaknya juga memberikan ruang kepada para pakar untuk mengulas lebih mendalam tentang korelasi antara HIV/AIDS dan risiko stunting.
“Kami hanya melakukan pencegahan melalui program-program yang telah kami lakukan,” tuturnya.
Ia menambahkan, dengan adanya program edukasi yang berkesinambungan, pihaknya berharap masyarakat yang terindikasi HIV/AIDS dapat lebih terbuka dalam melaporkan diri kepada fasilitas kesehatan.
Sebagai informasi, dari 10 kabupaten/kota, kasus baru paling banyak ditemukan di Samarinda dengan 209 kasus.
Disusul Balikpapan sebanyak 167 kasus, Kutai Kartanegara 74 kasus, serta Kutai Timur 74 kasus.
Sementara itu, Tim Pakar IDI Kutim, dr Meitha Togas, dalam kesempatan yang sama menegaskan pentingnya perhatian serius terhadap isu HIV/AIDS.
BACA JUGA:Cegah Krisis Ekologi, Pemkab Kutai Timur Rancang Aturan Perlindungan Lingkungan
BACA JUGA:Mangrove Kutim Jadi Korban Alih Fungsi, Pemkab Terganjal Kewenangan untuk Menindak
Menurutnya, HIV/AIDS dan stunting merupakan dua masalah kesehatan yang saling berkaitan serta membentuk lingkaran setan dalam menghambat pertumbuhan anak.
Hal inilah yang menjadikan risiko stunting semakin tinggi apabila tidak ditangani secara terpadu.
“HIV/AIDS itu sangat mempengaruhi kekebalan tubuh. Jadi Anak yang terindikasi HIV/AIDS beresiko tinggi stunting,” ungkapnya.
Meitha menjelaskan lebih lanjut, anak dengan HIV/AIDS memerlukan penanganan yang menyeluruh dari tim kesehatan.
Penanganan tersebut tidak cukup hanya berupa pengobatan, tetapi harus mencakup terapi medis berkesinambungan, manajemen gizi yang tepat, serta sistem deteksi dini untuk memastikan kondisi anak dapat dipantau dengan baik.
BACA JUGA:Anggaran Terbatas, Perayaan HUT Kutim Ke-26 Tanpa Pakai APBD
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
