Bankaltimtara

BPBD Sebut Abrasi di Melak Belum Memenuhi Syarat Masuk Status Tanggap Darurat

BPBD Sebut Abrasi di Melak Belum Memenuhi Syarat Masuk Status Tanggap Darurat

Kondisi longsor akibat abrasi di RT 01 Kampung Muara Bunyut, Kecamatan Melak, Kutai Barat.-Eventius/Nomorsatukaltim-

KUBAR, NOMORSATUKALTIM – Pemerintah hingga kini belum menetapkan status tanggap darurat atas bencana abrasi besar yang terjadi di RT 01 Kampung Muara Bunyut, Kecamatan Melak, Kutai Barat.

Abrasi yang terjadi pada Sabtu 2 Agustus 2025, itu menelan tiga rumah warga dan satu bangunan masjid ke dalam sungai.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutai Barat masih menganggap situasi di lapangan belum memenuhi syarat penetapan status tersebut.

“Belum dikategorikan sebagai tanggap darurat pascakejadian. Tapi kami terus memantau pergerakan tanah,” kata Jamri, Sekretaris BPBD Kabupaten Kutai Barat, saat dihubungi Nomorsatukaltim, Minggu 3 Agustus 2025.

BACA JUGA: Sungai Mahakam Abrasi, Langgar dan Tiga Rumah Ambruk di Muara Bunyut

BACA JUGA: 3 Kampung Terancam Terisolasi, Wabup Berau Dorong Penanganan Jalan Longsor

Menurutnya, langkah awal sudah dilakukan. Tim BPBD telah turun ke lokasi, mendirikan tenda-tenda darurat, dan memberikan imbauan agar masyarakat yang terdampak segera mengungsi.

Mereka diarahkan untuk menempati tenda sementara atau tinggal di rumah kerabat yang lebih aman dari ancaman longsor susulan.

“Kami minta warga segera keluar dari zona berisiko tinggi. Tenda-tenda darurat sudah kami dirikan. Situasi masih terus dipantau,” ujarnya.

Bencana ini, lanjut Jamri, bukan kejutan yang datang tanpa tanda. Kawasan Muara Bunyut, seperti banyak wilayah lain di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam, telah masuk peta rawan bencana milik BPBD, khususnya rawan abrasi dan longsor.

BACA JUGA: Disurati Janda Korban Longsor, Bupati Kukar Turun Langsung Cek Lokasi

BACA JUGA: Kemarau Tiba, Sungai Mahakam Surut, Warga Mahulu Kesulitan Dapat Bahan Pokok dan BBM

“Wilayah bantaran DAS Mahakam dan sub-DAS Mahakam memang termasuk kawasan yang rawan bencana,” kata Jamri.

Kondisi geografis yang terus berubah akibat aktivitas aliran air dan kurangnya infrastruktur pengaman menjadi kombinasi yang mematikan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: