Mandau Menuju UNESCO, Saresehan Budaya Jadi Titik Tolak Kolaborasi Lintas Sektor
Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi, menerima Mandau dari Bupati Kutai Barat, Frederick Edwin, saat Serasehan Harmoni Mandau.-(Disway Kaltim/ Eventius)-
BACA JUGA: Jalur Dua Sendawar Dipoles Ulang, Pemkab Kubar Kucurkan Rp17,9 Miliar dari APBD 2025
Asih berarti menumbuhkan kasih dan kepedulian terhadap Mandau, bukan hanya sebagai benda bersejarah, melainkan sebagai jiwa budaya yang hidup.
Edukasi lintas generasi, pelibatan anak muda, dan penanaman rasa bangga menjadi bagian dari gerakan Asih.
Asah adalah panggilan untuk mengembangkan dan menggali lebih dalam Mandau dalam berbagai dimensi.
Proses pembuatan, motif ukiran, hingga narasi-narasi heroik di baliknya perlu didokumentasikan dan dikembangkan, termasuk sebagai bagian dari ekonomi kreatif dan pariwisata budaya.
BACA JUGA: Kapolres Kutai Barat Tegaskan Komitmen Awasi Tambang Ilegal: Kami Tidak Bisa Bekerja Sendiri
Asuh mengandung makna pembinaan dan perlindungan.
Menurut Frederick, empu pembuat Mandau dan para pewaris kearifan lokal perlu dijaga, baik secara keahlian maupun kehidupannya.
Asuh berarti memastikan regenerasi terus berjalan, sehingga warisan ini tidak terputus di tengah jalan.
Bupati Edwin berharap, forum serasehan ini mampu melahirkan gerakan kolaboratif yang lebih kuat dan berkelanjutan.
BACA JUGA: Disambangi BRIN, Kutai Barat Komitmen Tingkatkan Inovasi Daerah
Ia menilai pengusulan Mandau ke UNESCO bukan hanya bentuk pencapaian budaya, tetapi juga bukti bahwa Indonesia, khususnya Kutai Barat, memiliki komitmen kuat dalam menjaga keberagaman identitas lokal.
“Saya berharap kita dapat merumuskan langkah-langkah konkret, menyusun rencana aksi yang terpadu, dan mengidentifikasi potensi kolaborasi yang lebih luas. Mari kita jadikan forum ini sebagai titik tolak memperkuat jaringan, berbagi ide, dan menyatukan energi demi satu tujuan mulia. Menjadikan Mandau sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia,” ungkapnya penuh semangat.
Dalam suasana yang hangat dan reflektif, Frederick menutup sambutannya dengan harapan besar agar Mandau tak hanya menjadi simbol suku Dayak, tetapi juga kebanggaan dunia.
BACA JUGA: Disdikbud Kubar Gaungkan Pelestarian Budaya Lewat Ajang Kanda Dinda Duta Budaya
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
