Pemprov Kaltim Temukan 1.018 Kasus HIV Sepanjang 2025, Perluas Skrining Hingga 272 Faskes
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim dr Jaya Mualimin. -Mayang/Disway -
Menurut Jaya, stigma dan diskriminasi masih menjadi tantangan utama dalam penanganan HIV/AIDS di Kaltim dan Indonesia secara umum.
Banyak orang enggan memeriksakan diri karena takut disalahpahami atau dijauhi lingkungan sosial. Karena itu, penghapusan stigma menjadi prioritas pemerintah agar pasien merasa aman ketika datang ke fasilitas kesehatan.
Tak hanya itu, Ibu hamil yang terdiagnosis positif HIV juga mendapat perhatian khusus melalui pengobatan intensif untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi.
Penanganan ini mencakup pemeriksaan rutin, pemantauan kondisi kehamilan, hingga pemberian ARV yang aman bagi ibu dan janin. Tanpa penanganan medis, risiko penularan dari ibu ke anak dapat mencapai lebih dari 30 persen. Namun dengan pengobatan yang tepat dan konsisten, angka itu dapat ditekan hingga di bawah 2 persen.
BACA JUGA:Jika Diterpa Bencana, BPBD Kaltim Sudah Siapkan Mitigasi, dari Pra hingga Setelah Kejadian
Jaya menggarisbawahi, bahwa keberhasilan penanggulangan HIV bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat.
Setiap individu memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung pasien agar cepat pulih.
"Kami ingin masyarakat memahami bahwa setiap individu berhak hidup sehat dan bermartabat. Empati adalah kunci dalam perjuangan menghadapi HIV/AIDS," tutupnya.
Caption Foto : Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin (Disway Kaltim/MAYANG)
Foto 2 : Suasana Antrean Pasien di salah satu Rumah Sakit di Samarinda (Disway Kaltim/ MAYANG)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
