PTMA Soroti Moto Kampus Berdampak dan Tantangan Masa Depan Pendidikan Tinggi
Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bambang Setiaji, saat diwawancarai langsung.-salsabila/disway kaltim-
Ia mengakui keterbatasan anggaran menjadi tantangan untuk kampus swasta. Yang mana, masyarakat juga tidak selalu mampu membayar biaya pendidikan tinggi yang ideal.
Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah mereka.
"Kita harus tetap masuk ke kolaborasi internasional. Seperti UMKT yang sudah punya double degree dengan Korea, saya minta tambah dengan Vietnam untuk bidang IT," imbuhnya.
Wakil Rektor III UMKT, Suprayitno mengungkapkan bahwa kepercayaan menjadikan UMKT sebagai tuan rumah Rakornas bukan tanpa alasan.
Ia mengatakan, meski tergolong kampus muda, UMKT mengalami pertumbuhan signifikan dalam delapan tahun terakhir.
"Mahasiswa baru tahun lalu 3.300, tahun ini ditargetkan 3.500. Dari 23 prodi yang ada, lima sudah terakreditasi unggul," beber Suprayitno saat diwawancara terpisah.
Program studi yang dimaksud antara lain S1 Kesehatan Lingkungan, D3 Keperawatan, S1 Kesehatan Masyarakat, S1 Keperawatan, dan Profesi Ners.
Pihaknya juga menargetkan peningkatan jumlah program studi terakreditasi unggul menjadi sembilan pada tahun ini.
Tak hanya itu, UMKT telah mencetak sejarah sebagai PTS pertama di Kalimantan yang mengelola Program Studi Kedokteran, sebelum kini diikuti oleh universitas lain seperti di Palangkaraya.
Dalam konteks Ibu Kota Nusantara (IKN), Suprayitno melihat tantangan persaingan yang semakin ketat dengan perguruan tinggi lain, termasuk PTS nasional.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas akademik dan SDM menjadi fokus utama. Diketahui, sebanyak 60 dosen bergelar doktor di UMKT, dan beberapa lainnya masih dalam proses studi lanjut.
"Mutu perguruan tinggi itu diukur dari akreditasinya. Tanpa itu, kita akan tertinggal," pungkasnya.
Baginya, Rakornas tahun ini menjadi momentum strategis. Tak hanya mempertemukan pemimpin PTMA dari seluruh Indonesia, tetapi juga menjadi ruang refleksi atas masa depan pendidikan tinggi yang adaptif, kolaboratif, dan berdampak nyata.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
