Banyak Sebabkan Kematian, Dinkes Kaltim Ingatkan Bahaya Laten Penyebaran TBC
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin.-istimewa-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur menunjukkan komitmen serius dalam menangani penyakit Tuberkulosis (TBC) dengan membentuk Tim Percepatan Penanggulangan dan Eliminasi TBC.
Melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, kini pihaknya berfokus pada upaya pencegahan penularan Tuberkulosis (TBC) dengan edukasi publik penanganan Infeksi Laten TBC (ILTB).
"Hal ini sebagai komitmen global dan nasional untuk memutus rantai TBC pada tahun 2030. Mengingat tingginya angka kasus tersebut di Indonesia, ini adalah tantangan berat dan tugas bersama," ungkap Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin.
Jaya menjelaskan, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah India dalam Global TB Report 2024.
BACA JUGA : Bankaltimtara Siap Danai 70 Persen Proyek RS I.A Moeis Senilai Rp 740 Miliar
Data tersebut menunjukkan perkiraan 1.097.000 kasus TBC dan 144.000 kematian per tahun di Indonesia.
Menurut Jaya, penyebaran TBC milier merupakan jenis penyakit yang paling bahaya.
Sebab, bakteri Mycobacterium Tuberculosis menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan menyerang berbagai organ dalam jangka waktu 3-6 bulan yang berdampak pada kematian.
Gejala umum saat penderita positif TBC milier ini, seperti demam, penurunan berat badan, keringat malam, dan batuk.
Bakteri tersebut membentuk granuloma kecil seperti biji millet pada organ yang terinfeksi.
BACA JUGA : Pemkot Balikpapan Siapkan Raperda Penataan Gudang, Tekankan Syarat Lingkungan dan Tata Ruang
"Jadi, Tuberculosis itu yang diserang paling utama paru-paru. Nah, kalau tuberculosis milier kena, paru-parunya langsung bercak-bercak. Selama 3 bulan langsung bercak seluruh parunya," kata Jaya.
"Bakteri mycobacterium TBC kalau tidak diobati, bisa menyebar ke mana-mana. Bisa ke tulang, namanya jadi TBC tulang. Bisa ke kulit, jadi TBC kulit. Bisa ke usus, Bisa ke otak, sehingga terjadi namanya meningitis tuberculosis," tambahnya.
Berdasarkan data yang dipaparkan Jaya, capaian penemuan kasus baru TBC di Indonesia pada 2024 baru 78 persen dari estimasi, yaitu 856.420 kasus yang terdeteksi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
