Dinas ESDM Sebut Longsor di KM 28 Batuah Dipicu Faktor Alam, Soal Tambang Tunggu Kajian
Kepala Dinas ESDM Kaltim, Bambang Arwanto menanggapi pertanyaan wartawan usai RDP bersama DPRD Kaltim, Senin (2/6/2025).-(Disway Kaltim/ Gilang)-
“Tapi tetap kita akan ke lapangan mendata apa yang disampaikan masyarakat tadi apakah memang ada lubang bukaan-bukaan lain yang memang bisa memicu terjadinya longsoran tadi,” sambungnya.
Sebelumnya, peristiwa longsor di KM 28 Batuah memicu aksi unjuk rasa puluhan warga yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Tani Jaya Bersatu.
BACA JUGA: 21 Rumah Warga Terdampak Longsor di KM 28 Jalan Poros Samarinda-Balikpapan
BACA JUGA: Polres Kukar Peringatkan Truk Agar Tidak Melintasi Jalur Longsor di Loa Janan, Kutai Kartanegara
Mereka menggelar demonstrasi di depan Kantor Gubernur Kaltim, pada Senin (2/6/2025), menuntut pemerintah segera bertindak atas kerusakan 21 rumah yang berdampak pada 28 kepala keluarga dan 88 jiwa selama 5 bulan terakhir.
Salah satu warga korban longsor, Rosfanawati (43), mengungkapkan bagaimana kehidupannya berubah drastis sejak awal Januari 2025.
Rumahnya yang rusak akibat tanah bergerak membuat ia dan keempat anaknya tinggal di tenda darurat.
"Sekarang jadi tidur bersama anak-anak di posko yang kasurnya di tanah, didirikan gotong royong warga setempat. Awalnya itu Januari 2025, lantai dapur saya mulai retak. Kami pikir cuma biasa, ternyata makin parah. Rumah kami sudah runtuh, tempat tidur kami sudah tidak ada," ujarnya haru.
BACA JUGA: Antisipasi Longsor Susulan di Desa Sepakat, Kecamatan Loa Kulu Lakukan Pemetaan
BACA JUGA: Seno Aji Siapkan Rumah bagi Korban Longsor Samarinda
Selain meminta perhatian Pemprov Kaltim, Rosfanawati juga berharap adanya pembebasan lahan dan tanggung jawab perusahaan tambang BSSR, yang diduga kuat menjadi pemicu kerusakan lingkungan di sekitarnya.
Perwakilan aliansi, Romy Hidayatullah, menyebut longsor terjadi melalui 3 fase sejak Januari hingga Mei 2025.
Ia menyoroti bahwa bencana ini tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui retakan tanah yang terus membesar, bahkan sebelum curah hujan tinggi.
"Masyarakat Batuah sudah tinggal di sana sejak 1978. Tapi sejak aktivitas tambang masuk sekitar 2017, kami mulai resah. Banyak perubahan terjadi, khususnya di struktur tanah," jelasnya.
BACA JUGA: Penambang Pasir di Berau Minta Bantuan Bupati Urus Dokumen Resmi Izin Galian C ke Pusat
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
