Bankaltimtara

RSF Sepakat Gencatan Senjata Demi Akhiri Perang Saudara di Sudan

RSF Sepakat Gencatan Senjata Demi Akhiri Perang Saudara di Sudan

Pengungsi Sudan yang melarikan diri dari el-Fasher setelah kota tersebut jatuh ke tangan RSF di kamp Um Yanqur, 3 November 2025.-AFP-

Morgan juga menyampaikan bahwa RSF menunjukkan antusiasme untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir.

Namun, militer Sudan justru masih menunjukkan sikap keras. SAF disebut tetap ingin melanjutkan pertempuran dan tidak yakin anggota RSF bisa kembali berbaur di tengah masyarakat Sudan.

Selain itu, SAF menolak keterlibatan Uni Emirat Arab dalam proses perundingan dan menuntut agar pasukan RSF menarik diri dari kota-kota yang mereka duduki.

“Akses kemanusiaan dari gencatan senjata ini memang sangat dibutuhkan, tapi tentara Sudan masih belum menyetujuinya karena ada sejumlah syarat,” ungkap Morgan dikutip Aljazeera.

BACA JUGA:Indonesia Dukung Bangun Kembali Gaza Setelah Tercapai Gencatan Senjata Hamas–Israel

Sementara itu, Panglima Angkatan Darat Sudan, Abdel Fattah al-Burhan, pada Kamis pagi menegaskan pasukannya akan terus melawan.

BACA JUGA:Kabar Gembira, Trump Umumkan Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata di Gaza

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional, ia menyatakan keinginan untuk membalas kematian dan penyiksaan yang dialami rakyat di wilayah yang diserang kelompok pemberontak.

Pernyataan keras itu muncul di tengah tuduhan terhadap RSF atas pembunuhan massal setelah berhasil merebut kota el-Fasher di Negara Bagian Darfur Utara pada 26 Oktober lalu, usai pengepungan selama 18 bulan.

Saat ini, RSF menguasai sebagian besar wilayah barat Darfur dan bagian selatan Sudan, sementara SAF masih mengendalikan wilayah utara, timur, dan pusat yang membentang di sepanjang Sungai Nil dan Laut Merah.

Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat lebih dari 70.000 orang mengungsi dari el-Fasher dan daerah sekitarnya sejak kota itu diambil alih oleh RSF.

BACA JUGA:Israel Bebaskan 137 Aktivis Global Sumud Flotilla, Termasuk Warga Malaysia dan Turki Setelah Dihadang di Gaza

Saksi mata dan kelompok hak asasi manusia melaporkan terjadinya eksekusi sewenang-wenang, kekerasan seksual, hingga pembunuhan massal terhadap warga sipil.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi adanya pembunuhan tragis terhadap lebih dari 460 pasien dan tenaga medis, di sebuah rumah sakit anak selama perebutan kota tersebut berlangsung.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: