Akibat Gelombang Panas, Jepang Terancam Krisis Beras
Ilustrasi beras.-Gety Images-
JAKARTA, NOMORSATUKALTIM - Gelombang panas yang melanda beberapa waktu ini, mengancam Jepang menghadapi krisis beras yang semakin mengkhawatirkan.
Cuaca yang tidak normal dengan suhu tertinggi ini berpotensi mengganggu panen beras yang biasanya dimulai pada akhir musim panas. Sedangkan pasokan beras nasional selama ini sudah tertekan akibat cuaca buruk dalam beberapa tahun terakhir.
Wilayah penghasil beras utama seperti Tohoku dan Hokuriku mengalami curah hujan paling rendah dalam hampir 80 tahun terakhir pada bulan Juli lalu.
Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengingatkan bahwa kondisi ini dapat memperburuk situasi krisis beras di Jepang, mengingat tekanan pada pasokan sudah berlangsung beberapa tahun terakhir.
BACA JUGA: Suhu Panas di Jepang Pecahkan Rekor, Cuaca Ekstrem Juga Ancam Wilayah Lain di Dunia
Kementerian menjelaskan, bahwa risiko kekurangan beras ini dapat meluas ke daerah lain tergantung kondisi cuaca ke depan. “Jumlah produksi tahun ini baru bisa diketahui setelah panen musim gugur,” ungkap mereka dilansir Japan Times, Sabtu 9 Agustus 2025.
Sementara itu, harga beras saat ini telah melonjak sekitar 50 persen dibandingkan tahun lalu, yang tentu berdampak besar pada anggaran rumah tangga dan menambah tekanan pada pemerintah.
Kazunuki Ohizumi, profesor emeritus di Universitas Miyagi mengatakan, hasil panen dan volume distribusi beras akan menurun karena panas dan kekeringan.
Sebenarnya, krisis beras sudah sempat terjadi pada awal musim panas tahun ini. Harga beras yang mencapai rekor tinggi membuat beberapa sekolah terpaksa mengurangi penyajian beras untuk makan siang, sementara toko dan restoran menaikkan harga hidangan berbahan beras.
BACA JUGA: Darurat, Jepang Krisis Beras, Potensi Cuan untuk Indonesia
Menurut Ohizumi, jika tidak ada dampak panas dan kekeringan, produksi beras Jepang tahun ini sebenarnya diperkirakan naik sekitar 8 persen menjadi 7,35 juta ton metrik karena area tanam yang bertambah.
Namun, cuaca ekstrem membuat ketidakpastian hasil panen semakin tinggi sehingga sulit diprediksi secara tepat.
Sebagian ahli meyakini bahwa perluasan lahan tanam bisa membantu mengimbangi dampak cuaca buruk. “Produksi beras akan naik karena area tanam bertambah,” kata Masayuki Ogawa, profesor dari Universitas Utsunomiya.
Di sisi lain, Jepang menjaga ketat impor beras untuk melindungi produksi dalam negeri, dengan kuota impor hanya 770.000 ton beras bebas bea setiap tahun dan tarif tinggi untuk beras di luar kuota.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
